Rabu, 02 Agustus 2017

THIRTA BERFUNGSI PEMELIHARA KEHIDUPAN

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (Ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Pendengar sedharma yang berbahagia, Puja dan Puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena Atas segala Asung kerta wara nugrahaNya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang TIRTHA BERFUNGSI SEBAGAI PEMELIHARA KEHIDUPAN.”
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Tirtha berfungsi sebagai simbol pemelihara kehidupan yang suci yang dapat dicapai melalui suatu proses perjuangan. Tirtha Pengelukatan dan Pebersihan juga bermakna sebagai unsur untuk memotivasi spiritual umat untuk bangkit dan tangguh menghadapi halangan hidup (Wighna) dari luar dan tantangan hidup dari dalam yaitu menghapuskan kegelapan hati nurani.
Pendengar Sedharma,
Memercikan atau dalam bahasa Bali Maketis Tirtha Panglukatan untuk memohon agar mendapatkan kekuatan melawan halangan dari luar diri. Sedangkan Tirtha Pabersihan untuk mendapatkan kekuatan rohani untuk menghilangkan kegelapan hati nurani dari dalam diri. Itulah makna pemujaan pada Tuhan.
Pendengar Sedharma yang saya banggakan,
Orang yang telah mencapai keadaan tersebutlah yang akan dapat mencapai karunia Tuhan. Karunia Tuhan ini perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya. Karunia Tuhan dan memelihara karunia tersebut dilambangkan oleh Tirtha Wangsuh Pada. Tirtha ini diberikan atau dipercikan dikepala dan diraupkan ke wajah agar mengenai semua alat Panca Budhindria. Alat Panca Budhindria atau Panca Jnyanendria adalah mata, telinga, hidung, lidah dan kulit wajah. Hal itu bermakna bahwa semua alat Panca Budhindria tersebut telah tersucikan. Penyucian alat-alat Panca Budhindria ini adalah sebagai karunia Tuhan yang paling penting. Kalau orang telah mampu menguasai indrianya sesungguhnya ia telah menguasai hidupnya untuk diarahkan mewujudkan kebahagiaan.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun anda berada,
Penguasaan indria sebagai karunia Tuhan wajib dipelihara dengan baik. Karena itu setelah kita diperciki Tirtha Wangsuh Pada tersebut, usahakan sekali agar jangan banyak bicara, terutama berbicara yang tidak ada maknanya. Seperti bercanda yang berlebihan, apa lagi membicarakan kejelekan orang lain dan bicara yang jorok-jorok.
Pendengar Sedharma,
Habis sembahyang kalau tidak pulang, mungkin sebaiknya mengikuti pembacaan Sastra Agama kalau kebetulan ada di Pura tersebut. Kalau tidak mampu ikut membaca atau mebebasan setidak-tidaknya ikut mendengarkan dengan serius alur pembacaan dan penterjemahan Sastra Agama tersebut. Ini juga akan lebih memelihara karunia Tuhan dalam wujud Tirtha Wangsuh Pada tersebut.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Tirtha Wangsuh Pada ibarat tali pengikat indria agar air kehidupan (Tirtha Amertha) dapat menyejukan kehidupan ini. Setelah mendapatkan percikan Tirtha Wangsuh Pada terus kita berbuat yang bukan-bukan, maka perbuatan tersebut akan mengendorkan tali pengendali indria sebagai salah satu makna dari Tirtha Wangsuh Pada. Tirtha Wangsuh Pada tersebut akan dapat memberikan kesan lebih mendalam lagi apa bila sebelum sembahyang bersama, misalnya di suatu Pura kita mengikuti pengulang-ulangan melantunkan kidung-kidung suci untuk beberapa lama misalnya setengah jam sampai satu jam. Karunia Tuhan ibarat sebuah bibit untuk ditanam dikebun. Kidung-kidung suci tersebut ibarat menyiapkan lahan untuk digemburkan dan mencabuti rumput-rumput liar yang akan dapat mengganggu tumbuhnya bibit dengan baik.
Pendengar Umat Sedharma,
Setelah pikiran hening, barulah melakukan Kramaning Sembah. Sembah yang dihantarkan dengan pikiran yang hening itu akan lebih memantapkan makna dari sembah dan Tirtha Wangsuh Pada sebagai lambang karunia Tuhan. Tirtha Wangsuh Pada itu ibarat bibit yang ditanam dalam lahan yang gembur dan bersih. Pemangku atau Pinandita saat memercikan Tirtha Wangsuh Pada pada umat, biasanya dengan pengantar Mantra Pancaksara Stuti. Mantra Pancasara Stuti itu diawali dengan Mantram: Om Pancaksara Maha Tirtham, pawitram papa nasanam, papa-koti sahasranam, agadam bhawet sagaram  dst.
Pendengar Sedharma dimanapun anda berada,
Panca Aksara itu adalah lima Aksara suci yaitu Na, Ma, Si, Wa dan Ya. Lima Aksara ini adalah lambang dari kesucian Panca Dewata dalam konsepsi Siwa Sidhanta. Saat memercikan Tirtha Wangsuh Pada itu dimohonkan semoga  Panca Dewata sebagai manifestasi Tuhan memberikan kesucian pada Tirtha Wangsuh Pada yang sedang dipercikan. Dengan lima Aksara suci lambang Panca Dewata itu Tirtha dipercikan untuk menghancurkan semua Papa dan ribuan juta dosa, air suci itu merupakan lautan obat.
Pendengar Umat Sedharma,
Setelah mengucapkan Panca Aksara Stuti, dilanjutkan dengan pengucapan Mantra Sapta Wrddhi. Mantram tersebut adalah sbb: Om ayur wrddhi yasa wrddhih, Wrddhih prajnya suka sriyam, Dharma santana wrddhisca, Santute Sapta wrddhayah. Dalam Mantram Sapta Wrdhi ini ada tujuh hal yang diharapkan dapat dicapai dengan Tirtha Wangsuh Pada teresebut. Sapta Wrddhi artinya tujuh macam perkembangan baik yang diharapkan dalam pemujaan pada Tuhan Sapta Wrddhi itu adalah: Ayu, Yasa, Prajnya, Sukha, Sri, Dharma dan Santana.  Ayu artinya cantik atau harmonis. Kata Ayu ini menjadi Rahayu artinya keselamatan. Yasa dalam bahasa Sansekerta berarti keharuman nama, kemasyuran atau kehormatan atas jasa-jasa yang pernah diperbuat. Prajnya artinya berilmu atau bijaksana.
Pendengar Sedharma dan para bhakta terkasih,
Ciri orang berilmu adalah mampu mewujudkan sifat-sifat arif bijaksana dalam prilaku sehari-hari. Sukha artinya kebahagiaan atau kegembiraan rokhani. Sukha dalam hal ini bukan kegembiraan karena pemuasan hawa nafsu. Sukha disini karena keberhasilan dari pemujaan Tuhan. Dalam syair Sanskerta disebutkan Hari Bajana bina sukha santi nehi. Artinya Tidak mungkin Sukha dan Santi diperoleh tanpa pemujaan pada Tuhan. Selanjutnya Sri artinya makmur dalam artian ekonomi yang didapat atas pemujaan pada Tuhan. Dharma memiliki arti yang sangat luas. Dalam artian yang lebih terbatas Dharma artinya perwujudan dari kebenaran.
Pendengar Sedharma yang saya banggakan,
Kebenaran tertinggi adalah Satya. Wujud Satya adalah Dharma. Dharma juga berarti kewajiban suci, Dharma juga berarti kebajikan. Intinya pemujaan pada Tuhan dengan puncaknya mendapatkan Tirtha Wangsuh Pada akan mendapat kekuatan untuk berbuat Dharma. Berbuat berdasarkan Dharma tidaklah segampang teorinya. Karena itu perlu mendapatkan tuntunan dari Tuhan. Santana dengan percikan Tirtha Wangsuh Pada tersebut diharapakn  keturunan mendapatkan keselamatan. hidup berdasarkan tuntunan Hyang Widhi. Demikianlah makna Sapta Wrddhi Mantram memohon berkembangnya tujuh hal tersebut, melalui percikan Tirtha Wangsuh Pada.
Pendengar sedharma yang saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya hal ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang WIDHI senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya. Akhir kata;
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
“ Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...