Rabu, 02 Agustus 2017

FILOSOFIS DEWA GANESHA

.
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun renungan kita dengan Tema FILOSOFIS DEWA GANESHA”.
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Ketika kita memperhatikan arca Dewa Ganesha, maka tampak kepala seekor gajah, badannya seorang manusia. Perutnya besar dan seekor ular diikatkan disekelilingnya. Salah satu gadingnya patah. Struktur yang besar ini memiliki seekor tikus sebagai kendaraan yakni wahananya. Seluruh struktur tampak begitu menggelikan dan begitu tidak masuk akal. Hal ini hanya menunjukkan bahwa orang semacam itu sebenarnya tidak ada dan ada sesuatu yang disiratkan atau ditunjukkan melalui ini. Dewa Ganesha merupakan putra Dewa Siwa yang biasa dikenal sebagai Ganapati dan masih banyak lagi nama lain dari Dewa Ganesha. Dewa Ganesha digambarkan sebagai Dewa yang memiliki kepala gajah dan badan manusia dengan perut yang buncit. Tentu saja semua hal ini mempunyai ataupun mengisyaratkan makna tertentu. Penggambaran Dewa Ganesha tersebut sesuai dengan penggambaran Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk Personal God (Tuhan  Berpribadi) yang termasuk dalam kategori penggambaran semianthropomorphes, yaitu sebagai setengah manusia atau setengah binatang.
Pendengar Sedharma,
Makna dari Dewa Ganesha adalah:
Kepala Gajah: Kepala Ganesha adalah kepala gajah dan tubuhnya adalah tubuh manusia. Ini berarti bahwa Dewa atau kebenaran tercakup di dalamnya, yakni kerajaan hewan dan kerajaan manusia. Tubuh melambangkan kerajaan manusia dan kepala melambangkan kerajaan hewan. Dewa berada di dalam dan melalui kerajaan manusia dan kerajaan hewan.
Telinga: Telinga yang besar melambangkan telinga seseorang yang terjaga adalah orang yang pendengarannya sangat tajam, sangat penuh perhatian. Pada umumnya pendengaran seseorang tidak memberikan perhatian. Sedikit sekali diantara kita yang mampu mendengarkan secara objektif. Sangat sering hal ini terjadi begitu saja, sehingga kita mendengarkan hal dengan tidak terfokus pada apa yang sedang dikatakan, namun kita asyik dengan percakapan/ kesimpulan dan penilaian kita sendiri tentang apa yang dikatakan. Karena itu pendengaran kita sangat dangkal. Pendengaran yang penuh perhatian adalah pendengaran yang terfokus pada apa yang sedang dikatakan dan bukan olehan tentang apa yang dikatakan. Jadi, telinga yang besar menunjukkan pendengaran yang penuh perhatian. Dalam bahasa Sansekerta ini disebut Shravanam.
Belalai: Belalai merupakan alat yang sangat efektif bagi gajah. Dengan menggunakan belalainya, maka gajah dapat memungut benda yang sangat kecil seperti jarum dan sekaligus mencabut pohon atau mendorong batu besar. Belalai itu mampu menangani benda kecil secekatan menangani benda besar dengan belalai itu juga. Ini secara simbolis berarti bahwa orang yang terjaga itu bagaikan belalai, yang memiliki kapasitas untuk secara efektif menangani masalah besar sebaik menangani masalah kecil di dalam hidup ini. Keefektifan ini dapat ditunjukkan oleh belalai. Keefektifan ini muncul dari persepsi obyektif yang ditunjukkan oleh telinga yang besar. Persepsi obyektif baru ada bila pendengaran seseorang itu sangat tajam.
Tangan: Ganesha memiliki empat tangan. Keempat tangan ini menunjukkan keempat aspek pikiran yakni Manah, Budhi, Chitta, dan Ahamkara. Dalam setiap aspeknya maka Antah karana ditunjukkan oleh tangan, ada alat tertentu.
Mata: Mata gajah adalah kemurnian dan keadaan tidak bersalah yang dijelmakan. Mata seperti ini sebening kristal dan begitu indah untuk dipandang bagaikan kaca yang jernih. Mata yang bening ini menunjukkan pikiran yang murni. Pendengar Sdharma, Mata tidak dapat dimanipulasi, kecuali jika seseorang benar  benar telah mempraktekkan manipulasi mata. Mata akan demikian gelisah kalau kita marah. Banyak komunikasi berlangsung hanya melalui mata. Sebenarnya tidak perlu menyampaikan perasaan dengan kata  kata. Mata menyampaikan segala  galanya. Pikiran yang murni ditunjukkan oleh mata yang berkilau.
Gading: Jika kita memperhatikan Ganesha, maka kita mengetahui bahwa salah satu gadingnya patah. Ini berarti bahwa kegandaannya (dualitas/dwandwa) patah atau pecah. Dewa Krishna dalam Bhagawad Gita berkata : Mirdwandah Hi Mahabaho Sukham Bandhat Pramuchyate.
“Begitu dualitas dalam diri kita pecah, maka dengan sendirinya kita dibebaskan dari belenggu kebebasan”. Dwandwa berarti raga dan dwesha yakni rasa suka dan tidak suka. Rasa suka dan tidak suka sangat berharga bagi kita tak ubahnya seperti berharganya gading. Kita menjalani kehidupan dari latar belakang rasa suka dan tidak suka, akibatnya kita merasa bahagia bila rasa suka kita terpenuhi, dan juga kalau tidak suka kita terpenuhi maka kita akan merasa tidak bahagia. Dwandwa itu harus dipatahkan. Ini berarti bahwa orang yang arif tidak akan menjalani kehidupan dari latar belakang ini. Sebenarnya seseorang yang arif menjalani kehidupan dari latar belakang sankalpa (komitmen) dan Samarpana (penyerahan diri). Kedua tiang ini berarti menerima apa adanya, kita berkiprah dari ruang komitmen.
Vibhuti: Di dahi Ganesha ada tiga garis vibhuti yang dioleskan. Vibhuti adalah abu. Itulah sebabnya mengapa dalam bahasa Sansekerta tubuh disebut Deha yang berarti Dahana Yogyah Deha. Yang pantas untuk dibakar disebut deha. Ketika kesadaran ini ada maka kegilaan terhadap tubuh akan lenyap. Ada pengertian yang muncul bahwa aku bukanlah jasad. Anggapan tentang Ego Keakuan itu dibakar. Dari situ sebagai pemujaan (Vibhuti), dia mengoleskannya di dahi. Bukan berarti bahwa ia tidak peduli pada jasadnya tetapi kepedulian itu timbul dari pengertian tentang sifatnya dan bukan dari kegilaan terhadapnya.
Perut: Badan Ganesha sangat berat karena perut yang besar. Perut yang besar menggambarkan kapasitas untuk menampung semua masalah kehidupan. Masalah merupakan bagian dari kehidupan dan bingkisan kehidupan. Orang merasa tidak bahagia bila mencoba menghindar atau menjauh dari masalah. Mereka mendambakan kehidupan tanpa masalah. Dengan latar belakang semacam itu, ketika kita melakukan pendekatan kepada suatu masalah dalam kehidupan, maka masalah akan menjadi sumber ketidak-bahagiaan. Orang harus sadar bahwa kehidupan tanpa masalah tidak pernah ada. Sebenarnya masalah itu akan menambah bumbu kehidupan. Masalah harus ditangani dalam kehidupan. Orang harus dapat mengambil sari dari kehidupan. Jadi perut yang buncit melambangkan dua hal yaitu :
a. Kapasitas untuk mengambil sari dari berbagai masalah dalam kehidupan.
Selera untuk menjalani kehidupan dalam arti yang partisipatif.
Kapak: Di tangan kanan sebelah atas ada sebilah kapak. Kapak ini menunjukkan pemisahan. Dewa Krishna dalam Bhagawad Gita berkata : Asanga Shastrata Drohena Chitwa, dengan pedang pemisahnya menebas semua masalah/belenggu kebebasan kita.
Secara harfiah pemisahan berarti tidak tergantung pada benda”
Jerat: Di sebelah kiri atas Ganesha, kita melihat jerat (Pasha). Pasha adalah Prema Pasha. Ini berarti bahwa sesudah melepaskan semua ikatan/kegilaan pada sesuatu dengan menggunakan kapak, maka seseorang yang arif menarik perhatian semua orang yang dekat dengannya, dengan menggunakan Pasha cinta/kasih sayang (Prem Pasha). Ini berarti pelepasan.  Jika tidak memiliki kasih sayang, maka ini bukan pelepasan yang sesungguhnya. Pelepasan tidak boleh disalah pahami sebagai suatu dimana tidak ada kasih sayang. Orang seperti itu hanya akan menjadi seseorang yang kasar seperti benda mati.
Pendengar Sedharma,
Demikian yang dapat saya sampaikan semogga dapat bermanfaat bagi kita semua. Serta semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi kita semua. Akhir kata:
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...