..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Pendengar sedharma yang berbahagia, Puja dan Puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena Atas segala Asung kerta wara nugrahaNya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa kembali pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang FUNGSI CATUR WARNA”
Pendengar Umat sedharma yang Saya cintai,
Ajaran Catur Warna adalah konsep membangun hidup harmonis antar profesi. Secara umum Tuhan menciptakan empat profesi yang disebut Catur Warna. Dengan empat profesi tersebut umat manusia bisa hidup untuk saling bersinergi berdasarkan empat profesi tersebut. Mantra Yayurveda XXX.5 menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan Brahmana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Ksatria untuk perlindungan, Vaisya untuk kesejahtraan ekonomi dan Sudra untuk pekerjaan jasmani. Bhagawad Gita IV.13 menyatakan untuk menentukan Brahmana, Ksatria, Vaisya dan Sudra diitentukan oleh Guna dan Karma, artinya oleh sifat/bakat dan perbuatan/ pekerjaan dan bukanlah berdasarkan Wangsa atau keturunan
Pendengar Sedharma dimanapun anda berada,
Antara Warna satu dengan warna yang lainya berbeda-beda. Warna Bramana, Ksatria, Vaisya dan Sudra berbeda-beda. Tetapi perbedaan itu saling lengkap melengkapi. Keempat Varna itu posisinya setara. Harkat dan martabat kemanusiaannya sama. Mereka tidak akan produktif kalau dalam kehidupan bersama tidak saling bersinergi dengan setara, bersaudara dan merdeka dalam mengembangkan profesinya masing-masing.
Pendengar Umat Sedharma,
Dari gambaran umum itu dapat disimpulkan bahwa keempat profesi yang disebut Catur Warna itu harus membangun hubungan yang harmonis antara satu profesi dengan profesi yang lainya. Inlah yang dapat kita sebut keharmonisan pararel horisontal. Kaharmonisan itu sudah diciptakan oleh Tuhan landasan filosofinya. Manusia hanya berupaya mengembangkan konsep keharmonisan yang pararel horisontal itu.
Pendengar Sedharma,
Tapi sayang ajaran Catur Warna yang demikian mulia itu terpeleset disalah pahami menjadi Kasta dan Wangsa. Karena kesalah pahaman tersebut menyebabkan banyak ketidak harmonisan sosial yang dimunculkan oleh eksistensi Kasta dan Wangsa. Tetapi akan menjadi suatu Yadnya yang amat mulia bagi mereka yang berjuang untuk mengembalikan ajaran Catur Warna Sabda Tuhan itu, agar sesuai dengan konsepnya. Melalui pengembangan ajaran Tri Hita Karana itu dapat diupayakan lebih nyata kemurnian ajaran Catur Warna dari debu Kasta dan Wangsa.
Pendengar umat Sedharma yang berbahagia,
Konsep Wagsa sesungguhnya konsep yang amat mulia untuk membangun keharmonisan family, untuk berbhakti pada leluhur sebagai tangga menuju pemujaan pada Tuhan. Karena amat mulia pahalanya berbhakti pada leluhur itu. Atau yang sering disebut Vrddhopasevinah. Kata Vrddha artinya orang tua, seperti ayah ibu, kakek nenek, buyut dan seterusnya. Orang tua itu juga termasuk saudara dari ayah ibu, kakek nenek dst.
Pendengar sedharma,
Empat pahala yang didapatkan oleh mereka yang berbhakti pada orang tua sebagaimana dinyatakan dalam Sarasamuscaya 250 itu adalah : kirti, ayusa, yasa dan bala. Artinya hidup sejahtra, umur panjang, berbuat jasa (patitinggal rahayu), bala artinya sakti. Sakti menurut Wrehaspati Tattwa 21 adalah banyak memiliki ilmu dan banyak kerja dengan ilmu tersebut (Sakti ngaran sarwa jnyana muang sarwa karya).
Pendengar sedharma yang saya banggakan,
Dalam kitab Manawa Dharmasastra II.121 juga dinyatkan bahwa, ada empat pahala yang akan diproleh bagi mereka yang berbhakti pada orang tua yaitu : Ayu, Widya, Yasa dan Bala. Ayu artinya sehat sejahtra dan panjang umur, Widya berilmu, Yasa dapat berbuat jasa, Bala kuat fisik dan mental. Dalam Sloka Manawa Dharmasastra ini berbhakti pada orang tua itu disebutkan dengan istilah yang sama dengan Sarasamuscaya yaitu : Vrddhopasevinah . Istilah yang digunakan bukan bhakti tetapi sevinah yang berasal dari kata seva artinya melayani. Istilah seva nampaknya berarti lebih khusus pada perlakuan nyata sebagai wujud bhakti pada orang tua. Kata bhakti memiliki makna lebih umum dan luas. Ini artinya seva itu ada wujud dari bhakti.
Pendengar sedharma di manapun anda berada,
Pandangan inilah yang sebaiknya dijadikan dasar untuk mengembalikan kesalah pahaman dalam menerapakan konsep Wangsa dalam kontek ajaran Agama Hindu tersebut. Ini artinya dalam membangun keharmonisan sosial marilah tegakan konsep Catur Warna sesuai dengan substansinya, yaitu membangun keharmonisan sosial berdasarkan profesi. Sedangkan konsep Wangsa sebagai konsep untuk memotivasi umat Hindu agar berbhakti pada orang tua untuk meraih empat pahala sebagaimana dinyatakan dalam Sarasamuscaya dan Manawa Dharmasastra tersebut.
Pendengar sedharma yang berbahagia,
Dengan demikian mengembalikan kemurnian ajaran Catur Warna bukan berarti menghapuskan konsep Wangsa. Justru konsep Wangsa sebagai lembaga berbhakti pada orang tua sebagai sub sistem dari membangun keharmonisan sosial dengan ajaran Catur Asrama. Ini artinya konsep Wangsa dalam kaitannya dengan Tri Hita Karana adalah konsep untuk membangun keharmonisan sosial antar generasi. Dengan lembaga kewangsaan itu dapat dibangun hubungan yang harmonis antara generasi muda dengan generasi tua.
Pendengar sedharma yang saya cintai,
Itulah arti dan maksud catur Warna. Yang pada intinya sebagai media untuk menjalin keharmonisan antar sesam manusia dan demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya hal ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya. Akhir kata;
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar