.
Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Visvatah, (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah) Saudara pendengar umat Sedharma yang berbahagia, Puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire, adapun topik kita pagi ini yaitu tentang “MENGAPA MANUSIA DI SEBUT MANUSIA
Pendengar Sedharma yang saya banggakan,
Ajaran Agama Hindu yang disebut Tri Hita Karana itu adalah sebagai filsafat Hidup umat Hindu dalam membangun sikap hidup yang benar menurut ajaran Agama Hindu. Sikap hidup yang benar menurut ajaran Hindu adalah bersikap yang seimbang antara percaya dan bhakti pada Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia dan menyayangi alam berdasarkan Yadnya. Sebenarnya yang membutuhkan terlaksananya ajaran Tri Hita Karana ini adalah manusia. Karena kalau terbangun hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam lingkungannya. Maka dengan demikian hidup itu serasa sempurna dan harmonis.
Saudara Pendengar Sedharma dimanapun berada,
Keharmonisan dengan tiga dimensi tersebut sebagai pengejawantahan dari intisari Veda yaitu Satyam dan Siwam yang kekal abadi. Satyam adalah kebenaran tertinggi dari Veda. Siwam dalam hal ini artinya kesucian. Dari kebenaran dan kesucian inilah diwujudkan kehidupan yang indah dan harmonis yang disebut Sundaram. Untuk mewujudkan kehidupan yang Sundaram berdasarkan Satyam dan Siwam itulah yang dilakukan dengan falsafah Tri Hita Karana. Jadinya manusialah yang harus melakukan secara aktif falsafah hidup keharmonisan yang disebut Tri Hita Karana itu. Karena manusialah yang paling utama dan pertama mendapatkan manfaat kalau Tri Hita Karana itu terwujud dengan berhasil.
Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Dengan demikian berhasil dan gagalnya ajaran Tri Hita Karana itu sangat tergantung dari manusia itu sendiri. Ajaran Tri Hita Karana itu berasal dari Tuhan yang dinyatakan dalam Bhagawad Gita III.10, tetapi untuk manusia dan pelaksanaannya oleh manusia itu sendiri. Manusialah unsur sentral dalam ajaran Tri Hita Karana tersebut.
Pendengar sedharma,
Mengapa makhluk hidup yang memiliki Sabda, Bayu dan Idep (kemampuan bicara, bertenaga dan berpikir ) ini disebut manusia?. Kata manusia dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata Manu artinya bijaksana. Kata Manu“ dalam bentuk Genetif menjadi Manusia artinya memiliki kebijaksanaan. Manusia sesungguhnya memiliki suatu kekuatan yang dapat menjadikanya makhluk hidup yang paling bijaksana ciptaan Tuhan. Tetapi bisa juga manusia yang belum berhasil mengeksistensikan kekuatan kemanusiaannya menjadi menusia yang lebih kejam dari binatang yang paling kejam lebih jahat dari makhluk yang disebut raksasa dalam berbagai mitologi.
Pendengar Umat sedharma di manpun anda berada,
Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada Atman yang suci, karena Atman itu menurut kitab Upanisad adalah bagian dari Brahman. Kalau saja manusia itu mampu menyingkirkan berbagai selubung yang menghalangi sinar kesucian Atman untuk mengendalikan indria dalam menghadirkan prilaku manusia. Sayangnya manusia yang tidak seimbang, justru lebih menguatkan eksistensi indria atau hawa nafsunya, sehingga supremasi hawa nafsu itulah yang lebih kuat dari pada supremasi kesucian Atman. Ibarat sinar matahari ditutupi oleh gelapnya awan di angkasa. Karena gelapnya awan di angkasa itulah sinar matahari tidak mampu menyinari bumi persada ini. Demikian jugalah halnya dengan kesucian Atman yang ditutup oleh gelapnya hati nurani, sehingga tidak mampu berprilaku bijaksana. Manusia yang belum mampu berbuat bijaksana itu sesungguhnya ia belum berhasil mengekpresikan jati dirinya sebagai manusia dimana ada Atman yang suci yang dipercikkan oleh Tuhan pada diri manusia. Logikanya manusia seperti itu belumlah tepat secara idial disebut manusia.
Pendengar sedharma,
Sering kita mendengar ada istilah manusia itu adalah binatang berpikir. Artinya manusia bisa lebih kejam dari binatang kalau kebinatangannya itu disertai dengan pikiran. Kalau pikirannya yang menguasai kebinatangannya, maka sifat kebinatangannya itu akan menjadi tenaga fisik yang kuat membantu pikiran dan intelektualnya. Hal itu akan menyebabkan manusia itu akan menjadi manusia yang bijaksana. Intinnya manusia itu akan bijaksana apa bila hawa nafsu indrianya dibawah kendali pikiran. Pikirannya itu berada dicerahkan oleh kesadaran budhi. Kondisi dimana indria dikuasai oleh pikiram dan kesaran budhi, itulah yang akan dapat mengekpresikan kesucian Atman dalam prilaku manusia. Manusia yang demikian itulah yang akan dapat disebut manusia idial.
Pendengar Umat Sedharma yang saya banggakan,
Menurut pandangan Samkhya Darsana manusia itu terjadi dari dua unsure, yaitu unsur kejiwaan yang disebut Purusa dan unsur kebendaan yang disebut Pradana kedua Pertemuan dua unsur itulah yang menyebabkan manusia lahir dan ada di dunia ini. Purusa memiliki kesadaran yang disebut Chitta. Setelah Purusa bertemu dengan Pradana dari Pradana muncul Klesa. Chitta memiliki empat kekuatan yaitu Dharma, Jnyana, Wairagia dan Aiswara. Sedangkan Klesa memiliki lima kekuatan yaitu: Awidya, Asmita, Raga, Dwesa dan Abhinivesa. Kekuatan Chittta melehirkan kecendrungan kedewaan dan kekuatan Klesa melahirkan kecendrungan keraksasaan.
Pendengar umat Sedharma yang berbahagia,
Dalam Bhagwadgita kecendrungan Kedewaan itu disebut Dewi Sampad. Sedangkan kecendrungan keraksasaan disebut Asuri Sampad. Dewi Sampad membawa manusia lebih banyak berbuat Subha Karma yaitu perbuatan baik dan benar. Sedangakn Asuri Sampad mendorong orang lebih banyak berbuat Asubha Karma. yaitu perbuatan yang bertentangan dengan Dharma. Subha Karma pahalanya Sorga dan sangat mungkin Moksha. Sedangkan Asubha Karma menimbulkan pahala Neraka dan Samsara.
Pendengar Sedharma,
Setiap perbuatan menimbulkan Karma Wasana yaitu bekas-bekas perbuatan. Dalam Upacara Nyepi gejolak Klesa yang mengejawantah kedalam Guna Rajah dan Thamah itulah yang harus disepikan agar muncul kekuatan Chitta menguasai pikiran Kalau Klesa dikuasai oleh Chitta maka manusia akan dapat melahirkan moral yang baik. Aplikasi Agama adalah suatu upaya untuk menggerakan kekuatan Chitta menguasai pikiran.Kalau pikiran dikuasai oleh Chitta maka Indriapun dapat dikuasai sehingga manusia dapat di sebut sebagai manusia.
Pendengar sedharma yang saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga ini semua dapat memotivasi kita semua untuk terus berbuat dan berkarya sesuai tugas dan fungsi kita di tengah tengah masyarakat. dan Akhir kata,,,,,,,,
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM
…
Rabu, 02 Agustus 2017
MENGAPA MANUSIA DI SEBUT MANUSIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...
-
SEJARAH PURA SP. C (PURA SURYA BHUANA) NABIRE Desa bumi mulia, atau yang lebih di kenal dengan SP. C merupakan rentetan UPT dari SP.A dan ...
-
SEJARAH PURA SP. 2 (PURA PUJA TRI SAKTI) NABIRE Pada sekitar tahun 1982 merupakan tahun kedatangan warga transmigrasi UPT (Unit Pemukim...
-
SEJARAH PURA BATALYON (PURA GIRI WIRA BHAKTI) NABIRE Berdirinya suatu tempat ibadah, pasti memiliki cerita penyebab kenapa harus di ban...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar