Rabu, 02 Agustus 2017

MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL YANG BERBUDAYA

.
OM SWASTYASTU, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah). Pendengar umat Sedharma yang berbahagia, selamat pagi dan selamat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu. Puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk Berbagi ajaran Beliau, adapun topik kita pagi ini yaitu tentang “MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL YANG BERBUDAYA”.

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Orientasi hidup manusia dewasa ini sudah sangat bergeser. Dari hidup mencari ketenangan rohani telah begeser menjadi hidup mencari kesenangan indriawi. Dengan demikian kebutuhan hidup manusia pada benda-benda pemuas nafsu semakin meningkat. Untuk mendapatkan benda-benda itu manusiapun harus bekerja keras untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Waktu, perhatian, pikiran dan tenaga sebagian terbesar habis untuk mencari uang.

Pendengar sedharma,
Sehingga Sangat sedikit waktu, perhatian, pikiran dan tenaga digunakan untuk mengembangkan hubungan kasih sayang dengan sesama dalam kehidupan masyarakat. Demikian juga Bhakti pada Tuhan mendapatkan porsi waktu, perhatian, pikiran maupun tenaga yang sangat sedikit. Hal inilah nampaknya sebagai penyebab utama bergesernya hubungan antara manusia dengan manusia dalam masyarakat. Hubungan tersebut menjadi bergeser dari hubungan berdasarkan kasih sayang menjadi hubungan berdasarkan kepentingan. Hubungan menjadi berakrabria kalau ada kepentingan dibaliknya. Kalau tidak ada kepentingan tidak ada waktu untuk berakrab-akrab seperti itu. Para penguasapun menjadi sangat sulit dihubungi karena penguasa itu tahu bahwa yang ingin berhubungan denganya itu ada kepentingan tertentu. Namun kalau sang penguasa  ada kepentingan, waktupun menjadi sangat mudah diatur.

Pendengar Sedharma yang saya banggakan,
Demikian juga orang kaya akan menjadi sulit dihubungi kalau mereka tidak punya kepentingan. Namun kalau mereka ada kepentingan uangpun dihambur-hamburkan. Hubungan sosial yang berbudaya harus ada keseimbangan antara hubungan berdasarkan kasih sayang dan hubungan berdasarkan kepentingan. Kepentingan yang menjadi dasar hubungan sosial itupun hendaknya kepentingan  umum. Bukan kepentingan individu yang sempit dan tidak berlandaskan Dharma. Peningkatan hidup baik rohani maupun duniawi tidak dapat diraih dengan baik tanpa Prema dan Bhakti. Prema artinya kasih sayang sebagai dasar hubungan antar manusia dengan manusia dan manusia dengan alam lingkunganya. Sedangkan Bhakti adalah landasan hubungan antar manusia dengan Tuhannya. Hubungan yang berdasarkan Prema dan Bhakti inilah yang  dapat menumbuhkan hubungan sosial yang berbudaya.

Saudara Pendengar Sedharma dimanapun berada,
Prema dan Bhakti ini dapat membawa seseorang meningkat kehidupanya secara bertahap. Peningkatan itu menuju tahapan hidup yang bersifat Sekala dan Niskala atau kehidupan duniawi dan kehidupan rokhani. Untuk mengembangkan hubungan berdasarkan Prema dan Bhakti umat Hindu mengembangkannya melalui sistem pemujaan pada Tuhan dan leluhur. Lewat sistem pemujaan itulah umat Hindu diarahkan untuk mengembangkan hubungan berdasarkan Prema dan Bhakti. Ada empat sistem Pemujaan yaitu:

Pendengar Umat sedharma di manpun anda berada,
Pertama pemujaan lewat Pura Keluarga atau Sanggah yang disebut Pura Kawitan. Dari keluarga inti dengan  Merajan Kamulanya sampai kelurga besar dalam satu keturunan (satu leluhur). Lewat Pemujaan Keluarga inilah umat dibina untuk mengembangkan hubungan berdasarkan kasih sayang yang murni (Prema Wahini) dalam satu keluarga. Dari Keluarga inti sampai keluarga satu satu keturunan yang yang lain. Lewat Pura Kawitan/keluarga inilah dikembangkannya kerukunan family.

Pendengar Umat Sedharma yang saya banggakan,
Kedua lewat Pura Desa. Pura Desa itu meliputi Pura Kahyangan Tiga, apabila ada, dan Pura yang di empon oleh Desa bersangkutan. Lewat Pura Desa ini dikembangkan kerukunan teritorial dengan kasih dan Bhakti yang meliputi umat yang bermukim diwilayah Desa bersangkutan. Dan yang Ketiga lewat Pura Swagina. Pura Swagina adalah Pura sebagai tempat pemujaan Tuhan bagi umat Hindu yang memiliki profesi yang sama. Misalnya petani memiliki Pura Subak, Pura Ulun Carik, Alas Arum dll. Pedagang memiliki Pura Melanting. Nelayan memiliki Pura Segara. Dan pegawai memliki Pura Padmasana di kantornya masing-masing, dan apabila ini semua belum ada, hendaknya untuk di buat, karena di Pura Swagina inilah dikembangkan kerukunan fungsional. Artinya kerukunan bagi mereka yang bekerja dalam satu profesi atau satu fungsi.

Pendengar sedharma,
Dan yang terakhir. lewat Pura Kahyangan jagat atau Pura Agung. Di Pura Agung ini umat dibina untuk mengembangkan hubungan berdasarkan Prema dan Bhakti pada sesama dengan tidak membeda-bedakan Suku, Ras, Asal dan jenis profesinya. Lewat Pura Agung inilah umat mendapatkan kondisi untuk mengembangkan kerukuan Universal. Untuk membangun hubungan sosial yang berbudaya dalam kehidupan kota budaya, hendaknya hubungan itu dapat dikembangkan melalui empat jenis kerukunan tersebut.

Pendengar umat Sedharma yang berbahagia,
Itulah fungsi Pura dalam ajaran Agama Hindu. Jadi pura bukan saja sebagai tempat beribadah, tetapi sebagai media untuk simakrama atau silaturahmi antar sesama.

Pendengar sedharma yang saya cintai,
   Pen Demikian makna dari pura sebagai media menjalin hubungan sosial yang harmonis dalam kehidupan di dunia ini. Dan semoga apa yang saya sampaikan ini dapat memotivasi kita semua untuk terus berbuat dan berkarya dalam menjalin hubungan sosial yang harmonis  dalam kehidupan kita ini. Akhir kata,,,,,,,,
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
“ Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH SANTIH  SANTIH  OM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...