.
Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Saudara pendengar umat Sedharma yang berbahagia, Pertamatama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME) karena di pagi ini kita dapat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu RRI Nabire., adapun judul santapan pagi kita ini adalah “SUSILA ADALAH LANDASAN KEHIDUUPAN”.
Saudara Sedharma yang saya cintai,
Agama adalah dasar tata susila yang kokoh dan kekal, ibarat landasan bangunan, dimana suatu bangunan harus didirikan. Jika landasan itu tidak kuat, maka bangunannya mudah roboh. Demikian juga halnya dengan tata susila, bila tidak dibangun atas dasar agama sebagai landasan yang kokoh dan kekal, maka tata susila tidak meresap dalam diri pribadi manusia. Tata susila berdasarkan ajaran-ajaran agama, atau yang berpedoman atas ajaran kerohanian sebagai yang terdapat di dalam kitab suci Upanisad (Wedanta), Tatwa-tatwa (Tutur-tutur), mulai dengan dalil atau axioma yang mengakui tunggalnya jiwatma (roh) semua mahluk dengan Brahma atau Paramaatma.
Pendengar Sedharma,
Didalam Upanisad terdapat suatu sloka yang berbunyi sebagai berikut: “Brahma atma aikyam” yang artinya Brahma dan atma (jiwatma) adalah tungal. Oleh karena jiwatma semua mahluk tungal dengan Brahma, maka jiwatma mahluk tungal juga dengan semua jiwatma, dan jiwatma kita pun tunggal dan sama dengan jiwatma (roh) semua mahluk. Keinsyafan akan tunggalnya jiwatma (roh) kita, maka kita akan merasakan dengan renungan kebijaksanaan yang dalam, bahwa kita sebenarnya satu dan sama dengan mahluk yang lain. Sang Hyang Widhi Wasa berada dimana-mana dan tungal. Menjadi dasar hidup segala ciptaan-Nya yang berpisah-pisah. Sebagai matahari yang menyinari segala pelosok, meskipun ribuan rumah yang membatasi tembok-tembok yang tinggi, akan tetapi sinar matahari akan menyinari semuanya dan sinar serta panas pada tiap-tiap rumah itu adalah berasal dari matahari yang tunggal. Begitulah jiwatma-jiwatma dalam semua mahluk, diasingkan satu dengan yang lainnya dengan badan yang berbeda-beda, dihidupkan pada dasarnya oleh Sang Hyang Widhi Wasa.
Saudara sedharma yang berbahagia,
Jika tata susila mendasarkan ajarannya hanya kepada ke-Esaan Sang Hyang Widhi Wasa saja, yang menyadari dasar semua mahluk, maka berarti tiap-tiap perbuatan yang baik dan yang tidak baik, yang dilakukan oleh seseorang pada tetanggnya, berarti juga berbuat baik atau tidak baik kepada dirinya sendiri; umpamanya melukai tangan, juga akan mempengaruhi bagian badan lainnya, meskipun tidak ada lukanya, karena dirasai sakit itu datangnya dari bagian badan. Jika kita merasakan ini, maka kita akan selalu berbuat baik, untuk kebaikan semua mahluk (ingatlah akan pengertian “Tat Twam Asi” dan “Aham Brahma Asmi”). Tetapi oleh akrena kita jarang menyadari hal kebenaran ini, perlu ada peraturan tata susila, yang pada pokoknya menghalangi perbuatan menyiksa orang lain dan juga diri sendiri.
Saudara Sedharma yang terkasih,
Para rsi mengetahui kebenaran yang utama ini, yaitu bahwa Paramatma di tiap-tiap orang adalah tunggal, mereka lalu membangunkan tata susila diatas kebenaran ini. Oleh karena itu kekuasaan kebenaran tata susila dalam Weda-weda yang lainnya pun adalah mutlak, karena berdasarkan kebenaran. Sebagai tersbeut didalam Bhagawad Gita X.39, disebutkan :
Yac ca pi sarwabhutanam
bijam tad aham Arjuna
na tad asti wina yat syan
maya bhutam caracaram
Maksudnya :
Wahai Arjuna, Akulah benih segala mahluk, dan tidak ada suatu ciptaan yang bergerak maupun tidak bergerak, tanpa Aku.
Jadi tata susila agama Hindu dibangun atas dasar kebenaran yang maha adil. Jika bertentangan dengan ini akan timbul ketidakselarasan di dalam mahluk. Dari itu, kebenaran yang mutlak berdasarkan perikemanusiaan.
Pendengar Sedharma,
Sang Hyang Widhi Wasa menuntun dunia ini melalui jalan yang benar. Segala sesuatu yang dapat menolong dunia ini melalui jalan yang telah ditentukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa sendiri adalah benar, dan segala sesuatu yang menghalangi jalan ini adalah salah. Kebahagiaan dan penderitaan mahluk lain berarti kebahagiaan dan penderitaan diri sendiri. Menyiksa orang lain sama dengan menyiksa diri sendiri, karena jiwatma kita sendiri tunggal dengan jiwatma semua orang dan semua mahluk. Keyakinan akan tunggalnya jiwatma yang ada di dalam diri kita sendiri dengan jiwatma semua mahkluk, maka kita berhasrat melakukan amal saleh terhadap semuanya. Keyakinan akan tunggalnya jiwatma dengan Brahman, maka timbul hasrat untuk mempersatukan atma sendiri dengan Brahman (Hyang Widhi). Amal saleh dan kebajikan yang dilakukan untuk kesejahteraan sesama mahluk disebut dharma: dan kesatuan antara jiwatma dengan Brahma disebut moksa. Jalan untuk beramal saleh melakukan dharma disebut Prawerti marga, dan jalan untuk mencapai kesatuan jiwatma dengan Brahman (moska) disebut Niwrti Marga. Setelah jiwatma dapat bersatu dengan Brahma, berarti telah menginjak alam Moksa. Dan orang yang mendapat moksa disebut mukti. Roh orang yang telah moksa menjadi murni dan sama dengan Brahman. Di dalam Candogya Upanisad, 6,7,8 bunyinya sebagai berikut: Tat Twam Asi yang artinya: “Semua mahluk adalah Engkau”. Engkaulah awal mula roh (jiwatma) dan zat (prakrti) semua mahluk. Aku ini adalah mahluk yang berasal dari-Mu. Oleh karena itu jiwatmaku dan prakrtiku tungal dengan jiwatma semua mahluk dan Dikau sebagai sumberku dan sumber semua mahluk. Oleh karena itu aku adalah Engkau; aku adalah Brahma Aham Brahma Asmi (Brhadara-nyaka Upanisad 1.4.10).
Menurut ajaran Upanisad, tutur-tutur, dan Bhagawad Gita dikatakan bahwa ada satu atma yang memberi hidup kepada semua mahluk dan menggerakkan alam semesta yang disebut Paramatma. Adapun atma yang terdapat didalam diri tiap-tiap mahluk adalah bagian dari Paraatma itu. Bagian dari Paramaatma yang ada didalam disebut juga Jiwtama. Jalan yang benar adalah segala sesuatu yang menuju kearah kesatuan. Segala sesuatu yang menghalangi kesatuan, adalah tidak benar. Untuk mengetahui jalan yang benar, Sang Hyang Widhi Wasa tidak membiarkan kita didalam keadaan yang gelap (Awidya). Dia mengirikan orang-orang besar dan suci, memimpin umatNya bilamana ada yang merintangi. Dia memberikan kita kekuatan pikrian, dengan mana kita dapat mngertikan mana yang salah dan mana yang benar.
Pendengar Sedharma yang saya Cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, dan semoga ini semua dapat bermanfaat bagi kita semua demi menjaga perdamaian di antara ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Akhir kata:
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM
..
Rabu, 02 Agustus 2017
SUSILA ADALAH LANDASAN KEHIDUPAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...
-
SEJARAH PURA SP. C (PURA SURYA BHUANA) NABIRE Desa bumi mulia, atau yang lebih di kenal dengan SP. C merupakan rentetan UPT dari SP.A dan ...
-
SEJARAH PURA SP. 2 (PURA PUJA TRI SAKTI) NABIRE Pada sekitar tahun 1982 merupakan tahun kedatangan warga transmigrasi UPT (Unit Pemukim...
-
SEJARAH PURA BATALYON (PURA GIRI WIRA BHAKTI) NABIRE Berdirinya suatu tempat ibadah, pasti memiliki cerita penyebab kenapa harus di ban...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar