Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Dalam Tema kita malam ini yaitu SELINGKUH TIADA AKHIR”.
Pendengar sedharma di manapun anda berada,
Ada sebuah cerita. Alkisah, ada seorang wanita yang amat setia pada suaminya. Tidak pernah sekalipun, ia melakukan kegiatan perselingkuhan. Oleh karena itu, bisa dimaklumi kalau ketika meninggal ia masuk surga. Dan yang paling penting, ia berangkat ke surga dengan mengemudikan mobil mewah Fortuner.
Pendengar sedharma,
Tetangga wanita tadi lain lagi. Ketika ditanya oleh petugas pintu surga dan neraka, apakah ia pernah selingkuh atau tidak, dengan jujur ia menjawab, hanya pernah selingkuh sepuluh kali. Menyadari, bahwa angka sepuluh terakhir masih di bawah rata-rata, maka tetangga inipun bisa masuk surga. Bedanya, ia pergi ke surga hanya dengan menaiki Toyota Kijang. Alangkah terkejutnya pengemudi Kijang terakhir, ketika menemui wanita tetangganya yang naik Fortuner tadi, berhenti di tengah jalan sambil menangis tersedu-sedu. Beberapa kali ditanya, tetap saja tidak bisa menjawab, karena hisak tangisnya yang tidak berhenti-berhenti.
Saudara Pendengar Sedharma yang saya bangakan,
Ketika semua air matanya habis, sambil menyesal ia bertutur : bukannya saya tidak mensyukuri naik Fortuner, namun ketika menoleh ke jalan bawah sana, dengan terang kelihatan kalau suami saya sedang menuju ke sini hanya dengan mengendarai sepeda.
Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Demokrasi sudah lama memasuki wilayah tawa. Jadi, Kita semua bebas sebebas-bebasnya tertawa dengan cerita ini. Hanya saja, setiap kali saya membaca dan mendengar kisah Republik kita ini yang demikian terpuruknya, lengkap dengan banyaknya yang terkena negative spread, serta nilai rupiahnya yang tidak kunjung menggembirakan, saya teringat lagi lelucon tadi. Antara lelucon tadi di satu sisi, dengan krisis Kepemimpinan Indonesia di lain sisi, sepintas memang tidak ada hubungannya. Atau kalau dicari hubungannya, hanya akan mencari-cari saja. Entah di dunia lelucon, atau di dunia ilmiah, sebenarnya keduanya disatukan oleh sebuah benang merah: mau bepergian, membeli tiket pesawat, tapi tidak tahu tujuannya mau ke mana.
Pendengar Sedharma,
Serupa dengan sang suami yang naik sepeda ke surga, demikian juga nasib negeri kita ini. Kesakitan, lelah, habis keringat dikuras oleh kegiatan-kegiatan yang tidak jelas mau kemana. Coba lihat korupsi merajalela, bahkan seolah-olah memakan uang rakyat itu merupakan kebuah keharusan. Banyak politisi dalam mencari jalan keluar, atau juga perseteruan MPR/DPR dengan presiden dalam mencari jalan keluar, sampai membentuk KPK dan dilarang menakut-nakuti penjabat dalam mengambil keputusan, sehingga penjabat atau pemimpin daerahpun bingung harus kemana?. Tetapi di balik itu semua dan yang jauh dari jangkauan KPK penjabat berjamaah/bersama-sama untuk melakukan praktetk KKN.
Saudara Pendengar Umat Sedharma,
Tidak jauh berbeda dengan orang bepergian yang mesti mulai dengan tujuan, demikian juga dengan pengelolaan Negeri kita. Kebijakan dan strategi yang dibangun di atas tujuan yang tidak jelas, hanya akan membawa kita pada kepanikan-kepanikan baru. Demikian banyak dan menumpuknya kepanikan, sampai-sampai banyak orang tidak sadar lagi, kalau sedang menaiki pesawat yang terbang tinggi dengan kecepatan yang tinggi juga, tapi tidak memiliki tujuan.
Pendengar sedharma dan para bhakta terkasih,
Sebagaimana kita semua sudah tahu, seberapa cepatpun kita terbang, tidak akan pernah bisa sampai di tujuan, kalau tujuannya tidak jelas dari awal hingga akhir. Ia hanya akan membuat semua orang berputar lelah di wilayah yang tanpa arah.
Pendengar Sedharma,
Kadang ada sahabat yang bertanya: kenapa setelah demikian banyak intelektual yang dihasilkan negeri ini, toh kita semakin terpuruk dengan perebutan kekuasaan, merauk keuntungan menjadi penjabat bublik, mengatas namakan mengembalikan modal saat ia berkampanya. Entah bagaimana pendapat Anda, bagi saya intelektualitas bukanlah segala-galanya. Ia hanyalah salah satu sudut pandang, di tengah banyak sekali sudut pandang lainnya.
Pendengar sedharma di manapun anda berada,
Tujuan dan kebenaran lainnya, lebih mungkin didekati, kalau kita bersedia merangkum, merangkai dan menggandengkan beragam pendekatan ini. Seperti cermin yang sudah pecah, wajah kita akan tampil utuh, kalau kegiatan merangkai terakhir bisa dilakukan. Sayangnya, kegiatan merangkai inilah yang sulit sekali dilakukan di negeri ini. sosiolog menuduh polititisi sebagai biang keladi. Politisi mengatakan sosiolog tidak becus dalam membangun fundamen-fundamen manusia. Dan seterusnya tanpa mengenal kata henti. Seolah-olah, semua orang sedang 'berselingkuh' demikian asiknnya dengan kebenaran dan profesi masing-masing. Maka jadilah negeri ini sebuah skandal 'selingkuh' terbesar. Bagaimana tidak terbesar, bila suami atau isteri yang berselingkuh, ia masih dihinggapi perasaan bersalah dan berdosa. sosiolog, politisi dan pembela-pembela kebenaran parsial lainnya, berselingkuh tanpa menyadari sedikitpun kekeliruannya.
Pendengar Sedharma yang berbahagia,
Mungkin benar anggapan semua orang, bahwa kita memang sekumpulan manusia yang amat 'setia' pada bangsa dan negara. Dan salah seorang sahabat yang entah melawak entah frustrasi, menyebut setia itu kepanjangannya adalah selingkuh tiada akhir. Dan bahkan tulisan inipun sebenarnya bentuk lain dari selingkuh. Bagaimana tidak selingkuh, kalau hanya bermodalkan selembar halaman majalah, namun mau menyelesaika persoalan bangsa?
Pendengar sedarma yang saya cintai,
Marilah kita bertobat, dan marilah kita bangun bangsa kita ini dengan kesucian hati, keiklasnan, kesabaran, cinta kasih, dan yang pastinya kalau kita telah menjadi penjabat, hendaknya jabatan itu sebagai media beryadnya, bukan malah menjadi media memperkaya diri dan family.
Pendengar sedharma yang saya bangakan,
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua demi kelangsungan bangsa dan Negara Indonesia tercinta. Akhir kata:
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar