Rabu, 02 Agustus 2017

PERANAN WARNA SUDRA


Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah (ya Tuhan Semoga pikiran yang baik datang dari segala Arah), pendengar Sedharma yang berbahagia, Pertama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, kita dapat berjumpa dalam acara renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun tema kita malam ini adalah “PERANAN WARNA SUDRA”.
Pendengar umat Sedharma yang kami muliakan,
Istilah Sudra (aslinya Cudra) yang berasal dari bahasa Sansekerta, Cuma akar katanya belum diketahui secara pasti. Kata Cudra berarti golongan pelayan. Nama-nama dari golongan sudra hendaknya menggunakan kata-kata yang mengandung arti kepuasan atau kata-kata pengabdian. Tetapi ada juga yang mengguraikan kata Sudra berasal dari kat Su artinya utama dan dra artinya pengabdian. Jadi Sudra artinya pengabdian yang utama.

Pendengar sedharma dimanapun anda berada,
Keterangan-keterangan dan peranan serta fungsi warna Sudra dari sumber-sumber pustaka suci agama Hindu hampir senada dengan kata Sudra itu sendiri. Saramusccaya 60, menuraikan peranan dan fungsi warna Sudra sebagai berikut :
Brahmana ksatram vaicyamvarna ca cudrah kramenaitannyaya tah pujyamanah, tustesvetasva vyato dagdhapapastyaktvadeham sidhimictamlabhate. Yampwam ulahaning cudra, bhaktya sumewa ri sang brahmana, ri sang ksatrya, ring vaicya, yatakrama, parituste sang telun sine sinewakanya hilang ta papanya, sidha sakaryannya.
Artinya:
Akan halnya prilaku sudra, setia mengabdi kepada Brahmana, Ksatria dan Waisya sebagaimana mestinya, apabila puaslah ketiga golongan yang dilayani olehnya, maka terhapuslah dosanya dan berhasil segalanya.
Di dalam kitab manawa Dharmasastra I, 91, menjelaskan pula peran sudra yang artinya:
Hanya satu tangan yang Tuhan tentukan untuk para Sudra yaitu memberikan pelayanan dengan setia terhadap ketiga golongan lainnya.

Pendengar Sedharma,
Sloka tersebut merupakan landasan hukum dan kreteria untuk menentukan apakah seseorang termasuk katagori sudra atau tidak. Menurut ayat ini kehidupan pokok dari Sudra adalah kerja memburuh, pekerja yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain dan hasil dari pada menjual tenaga. Seandaenya seorang sudra tidak mendapat pekerjaan sebagai buruh atau pelayan, dimana hal itu akan mengancam hidupnya dan membuatnya kelaparan, maka seseorang sudra dapat bekerja sendiri. Hal ini dapat dibenarkan oleh sloka 99. Bab X kitab Manawa Dharmasastra yang bunyinya sebagai berikut:
Seorang sudra karena tidak mempunyai dan memproleh pekerjaan sebagai pelayan dan terancam akan kehilangan anak dan istrinya karena lapar ia dapat menunjang hidupnya dengan kerja tangan.
Adapun pustaka slokantara 38 menguraikan tentang kewajiban warna sudra, yang artinya:
Seseorang sudra adalah pembuat barang pecah belah dan pedagang. Ia melakukan pembelian dan penjualan, bekerja di lapangan jual beli. Kewajiban seorang sudra ialah mengembara berkeliling, menjual dan membeli. Tujuan utamanya ialah memupuk kekayaan. Ia bekerja di lapangan perdagangan. Inilah kewajiban seseorang sudra menurut kitab suci.

Pendengar Sedharma yang Berbahagia,
Prof. S.P. Kanal, penulis India modern, mengatakan dalam bukunya Dialogous on India Culture, bahwa kewajiban seorang Sudra yang utama ialah bekerja di bawah bimbingan dan pengawasan ketiga golongan yang lainnya. Ia menjalankan upacara keagamaan yang tidak usah memerlukan pembacaan mantra-mantra.
Pendengar Sedharma Dimanapun Anda Berada,
Demikian pula menurut Dr. Gangga Prasad Uphadyaya dalam bukunya Vedic Culture. Jika ada orang yang tingkat kecerdasannya rendah, yang tidak dapat menentukan pekerjaan apa yang harus dipilihnya untuk dirinya sendiri, ia tidak akan dibiarkan hidup malas berpangku tangan saja, kemalasan itu sangat berbahaya bagi masyarakat. Masyarakat memaksakan untuk mengerjakan sesuatu atas petunjuk dan pengawasan mereka yang dapat memilih dan memimpinnya, orang yang demikian dinamai kaum sudra, orang malang. Kemalangan ini yang menyebabkan ia diletakkan dalam tingkat yang paling rendah, bukan dipaksakan kepadanya oleh masyarakat. Ia menjadi sudra bukan karena dipaksa oleh masyarakat. Ia menjadi demikian karena ia tidak dapat dan tidak mampu karena kelemahan-kelemahannya sendiri. meskipun demikian iapun tidak dibuang oleh masyarakat, ia masih tetap sebagai salah seorang anggotanya.
Pedengar sedharma yang berbahagia,
Nampaknya ada kekaburan antara peranan dan fungsi Waisya dan Sudra karena dalam Slokantara tersebut seorang sudra tidaklah semata-mata bertugas atau berfungsi sebagai pelayan saja, tetapi dapat pula berfungsi dalam bidang ekonomi. Ini mungkin memberikan makna bahwa di antara kedua warna itu ada batas yang tipis, naik dan turun warna biasa terjadi dalam sekejap. Hal yang cukup menarik dan mempertegas lagi bahwa warna itu tidak turun-temurun berdasarkan keturunan. Warna sudra bukanlah berarti paling buruk dan jelek. Bhagavata Purana VIII, XI, 24, menunjukkan ciri-ciri warna sudra sebagai mahluk Tuhan yang utama, yang artinya:
Kerendahan hati kesucian, bhakti kepada atasan dengan tulus iklas beryadnya tanpa mantra, tidak mempunyai kecendrungan mencuri, jujur dan menjaga sapinya sang Vipra (Brahmana) inilah ciri-ciri yang dimiliki oleh sudra.
Pendengar Sedharma yang saya Cintai,
Dari seluruh uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa warna  Sudra itu adalah mereka yang memenuhi kebutuhannya dengan menjadi pelayan, pesuruh atau pembantu orang lain. Atau golongan fungsional yang setiap orangnya hanya memiliki kekuatan jasmaniah, ketaatan serta bakat kelahiran untuk sebagai pelaku utama dalam  tugas-tugas memakmurkan masyarakat, negara dan umat manusia atas petunjuk-petunjuk dari golongan fungsional lainnya.
Pendengar sedharma dimanapun anda berada,
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, karena di saat ini TYME telah menguji sradha bhakti atau keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME). Akhir kata saya.
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH SANTIH  SANTIH  OM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...