Rabu, 02 Agustus 2017

MENGELOLA HIDUP YANG BERMORAL

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Pendengar sedharma yang berbahagia, Puja dan Puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena Atas segala Asung kerta wara nugrahaNya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang MENGELOLA HIDUP YANG BERMORAL”
Pendengar Umat Sedharma yang saya banggakan,
Dalam pandangan Hindu banyak konsep yang diketengahkan untuk membangun suatu hidup yang berkualitas, baik fisik maupun moral. Dalam Bhagwadgita III.42 disebutkan konsep pembangunan diri yang berkualitas:
Pertama bangunlah indria yang sehat dan sempurna. Kedua kesempurnaan indria itu harus berada di bawah kendali kesempurnaan pikiran. Ketiga pikiran yang sempurna harus berada dibawah kendali kesadaran Budhi. Keempat Budhi yang sempurna menjadi media sinar suci Atman. menerangi hidup. Menurut pandangan Bhagawadgita tersebut dalam membangun diri yang sempurna adalah membangun indria agar mau berada dibawah kendali pikiran. Untuk mewujudkan hidup yang terkendali dengan baik itu kitab Ayurveda mengajarkan untuk mengelola hidup dengan tiga langkah yaitu  Ahara, Vihara dan Ausada.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Yang pertama Ahara: yaitu membangun hidup yang berkualitas hendaknya diawali dengan mendapatkan dan mengelola makanan dengan baik dan benar. Ahara artinya makanan. Menurut Bhagawan Bhisma makanan yang diperoleh dari hasil kejahatan dapat menutup hati nurani, Manusia tidak akan dapat berbuat baik sesuai dengan moral kalau hati nuraninya tertutup. Mereka tidak akan dapat melihat dengan baik sinar kebenaran. Demikian juga jenis makanan hendaknya dipilih makanan yang Satvika Ahara sebagai mana disebutkan dalam Bhagawadgita XVII.8. Hindari menyantap makanan yang Rajasika dan Thamasika Ahara seperti disebutkan dalam kitab Bhagawadgita XVII.9 dan 10.

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Swami Satya Narayana menyebutkan, manusia dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan caranya makan yaitu: Yogi: hanya makan sekali sehari, Bhogi : makan dua kali sehari sebagaimana sangat dianjurkan dalam kitab Manawa Dhamasastra.II,56 dan 57. Rogi adalah orang yang makan berlebihan tanpa memperhatikan aturan makan yang benar dan baik. Makan hanya mengikuti hawa nafsu. Untuk megendalikan indria pertama-tama yang harus dikendalikan adalah lidah. Pertama lidah dibiasakan merasakan makanan yang Satvika. Kedua lidah hendaknya dilatih untuk tidak mengucapkan empat hal seperti yang disebutklan dalam Sarasamuscaya 75. Agar lidah mudah diatur biasakanlah menyanyikan kidung-kidung yang memuji dan mengulang-ulang Nama Tuhan.
Pendengar Umat Sedharma,
Kedua Vihara artinya membina sikap hidup yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Maksudnya janganlah bersikap hidup yang bukan-bukan seperi iri dan dengki melihat orang lain bahagia, Senang melihat orang lain menderita. Prof Dr Zakiah Darajat mengatakan kalau ada orang seperti itu. Itulah ciri-ciri orang yang menderita gangguan jiwa. Vihara maksudnya hendaknya kita mengembangkan hidup yang wajar-wajar saja. Janganlah hidup ini terlalu banyak diberikan beban yang bukan-bukan.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun anda berada,
Dan yang ketiga Ausada; yaitu suatu upaya untuk memelihara kesehatan baik fisik maupun mental dengan membiasakan minum-minuman alami seperi jamu dari daun-daunan tradisional yang sudah lazim dalam kehidupan masyarakat. Bekerja, mengaso/istirahat, berolah raga dan tidur secara teratur sesuai dengan keberadaan diri kita masing-masing.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Tiga tahap pengelolaan hidup seperti itu akan dapat menumbuhkan pertumbuhan diri yang seimbang  antara  pertumbuhan  jasmani dan rohani. Manusia yang memiliki diri yang seimbang itulah yang akan dapat memperbaiki Karmanya menuju Subha Karma. Karma yang Subha Karma inilah yang akan membawa hidup bahagia di dunia dan masuk Sorga di alam Niskala.
Saudara Sedharma para bhakta terkasih,
Kelemahan penyelenggaraan pendidikan untuk membangun moral yang luhur dewasa ini adalah karena bergesernya sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya dewasa ini bergeser kearah pendewaan uang dan kekuasaan untuk dapat hidup bersenang-senang dengan meninggalkan hidup bertenang-tenang. Hidup lebih mengejar kesenangan indriawi dari pada mencari keseimbangan rohani. Kondisi ini merupakan kondisi yang paling berat menghambat pendidikan moral. Sistem beragama yang mementingkan formalisme dimana prilaku sehari-hari dianggap terpisah dengan kehidupan beragama. Demikian pula Agama sepertinya dipisahkan dengan berbagai aspek kehidupan. Seperti politik, bisnis, budaya, pendidikan dan pemerintahan. Sehingga timbul kesan yang wajib tampil agamawan adalah para pemuka-pemuka dan pejabat-pejabat dibidang Agama saja.
Umat Sedharma dimanapun anda berada,
Penerapan kurikulum pendidikan di Sekolah sepertinya hanya membebankan pada Guru Agama sebagai orang yang paling bertanggung jawab pada pendidikan moral. Pendidikan moral di Sekolah bukanlah hanya tanggung jawab Guru atau Dosen Agama saja. Demikian juga di pembinaan moral di luar Sekolah sepertinya menjadi tanggung jawab tokoh-tokoh Agama dan orang-orang yang duduk di Majelis Agama dan Departemen Agama saja..
Hendaknya dikembangkan suatu kehidupan yang penuh tauladan  dalam berbagai bidang kehidupan dari kalangan atas seperti para pejabat, konglomreat, para intelektual, polotisi, tokoh-tokoh Agama dan para pemimpin masyarakat pada umumnya.
Pendengar sedharma,
Dikembangkan kelompok-kelompok pendalaman spiritual dengan latihan-latihan yang berencana dan teranalisa dengan baik. Dalam rencana tersebut terdapat arah yang jelas untuk menumbuhkan hidup yang sehat jasmani dan sehat rohani.
Pendengar sedharma yang berbahagia,
Demikian juga dapat dikembangkan program-program pelayanan pada sesama baik untuk membantu mereka yang patut dibantu, juga untuk melatih diri menghilangkan sifat-sifat ego, sombong dll. Mengadakan latihan-latihan sederhana seperti membiasakan tidak membicarakan kejelekan orang lain dengan cara kalau sedang berkumpul ditempat latihan kerohanian mengadakan  silen seeting atau duduk tenang, dll.
Pendengar sedharma yang saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan kiranya hal ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya. Akhir kata;
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...