...........................................................
Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah (Ya Tuhan Semoga Pikiran Yang Baik Datang Dari Segala Arah), Pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun berada, Puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk berjumpa di acara Renungan Agama Hindu yang di siarkan melalui RRI Nabire. Adapun tema kita malam ini adalah “LAPANG DADA DAN RENDAH HATI”.
Pendengar Sedharma yang Berbahagia,
Kita sebagai manusia pasti memiliki ego atau sifat keakuan, sehingga hal tersebut membuat kita sebagai manusia tidak mau untuk di remehkan, dipandang sebelah mata atau dicampakkan sekalipun. Maka, oleh karena itu sifat-sifat tersebut membentuk sebuah karakter manusia yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan dirinya untuk mengendalikan amarah, pikiran, perasaan dan tingkahlakunya yang bersumber dari perasaan dan logika.
Saudara Sedharma dimanapun berada,
Sifat-sifat tersebut tidak akan lepas dari manusia, selama manusia masih memandang orang lain selayaknya orang jauh dan bukan hubungan darah. Perlu kita ketahui bersama, manusia adalah mahluk sosial dan mahluk yang humanis, sehingga dia tidak dapat hidup sendiri dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Contoh kecil untuk kita memenuhi kebutuhan jasmani yang pokok adalah makan, dengan berbagai kebutuhan makan pasti membutuhkan bahan-bahan mentah, antara lain, beras, sayur-mayur, bumbu masak dan lain sebagainya. Dari berbagai kebutuhan tersebut pasti kita membutuhkan bahan itu dan tidak mungkin kita menyediakan sendiri, maka keputusannya adalah orang lain yang menyediakan untuk kita.
Pendengar Sedharma di manapun anda berada,
Ada pepatah mengatakan Rendah Hati Hanya Milik Orang Bijak”. Pepatah tersebut telah menekankan betapa berharganya sebuah kerendahan hati, sehingga hanya orang bijak saja yang memeilikinya, pertanyaannya bagaimana dengan orang yang tidak bijak?. Apakan orang yang tidak bijak tidak memiliki kerandahan hati?.
Dalam Bagawadgita XVIII.53 disebutkan:
Setelah membuang jauh-jauh keakuan, kekerasan, keangkuhan, nafsu, amarah dan kemilikan, dan penuh kedamaian, ia layak mencapai Brahmana.
Saudara Sedharma yang saya banggakan,
Dalam kitab suci Bagawadgita, arti sloka tadi menjelaskan ternyata hanya orang-orang pilihan yang dapat menyatu dengan Brahman yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Yang di maksud dalam Bagawadgita tesebut adalah orang-orang yang memiliki segala kelebihan, antra lain kerendahan hati, kebijaksanaan, dan orang yang mampu membuang jauh keakuan, kekerasan, keangkuhan, nafsu serakah, amarah dan lan sebagainya, yang pastinya dia dapat menciptakan kedamaian serta keharmonisan antar sesama mahluk hidup. Jadi hanya orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebutlah yang dapat menyatu dengan Brahman. Dan yang perlu kita ketahui, orang yang dapat menyatu dengan Brahman tidak dilihat dari setatus sosial, jumlah harta yang dimiliki, orang yang sering bersedekah atau berdhana punia tetapi tidak dilandasi dengan ketulus ikhlasan, orang yang tekun berdoa dan bersembahyang tetapi tidak memiliki sifat-sifat yang mulia, dan yang lain sebagainya. Jadi jelas bahwasanya yang dimaksud dari kitab Bagawadgita orang-orang pilihan tidak dilihat dari apa yang dimilikinya tetapi apa yang telah dia perbuat untuk kebagahagiaan dan kedamaian serta keharmonisan, sehingga hal ini dapat mencadi pedoman hidup kita dalam bertingkah laku serta dalam kita mengarugi kehidupan ini.
Pendengar Sedharma yang berbahagia,
Sama halnya dengan kerendahan hati. Orang yang dapat menerima apa yang dia miliki dan menerima hasil apa yang ia terima dari pebuatannya itulah yang dapat digolongkan orang yang memiliki kerendahan hati serta tidak pernah memamerkan harta kekayaan, kecerdasan yang ia miliki dan lain sebagainnya yang ia miliki untuk di pamerkan, karena hal tersebut merupakan sesuatu hal yang dapat pula menjerumuskan kita dalam malapetaka dan kehancuran, sehingga kita sebagai manusia selayaknya padi, filsafat padi sangat tepat untuk kita sebagai manusia yang memiliki kelebihan daripada mahluk hidup lainnya, karena kita memeiliki pikiran dan logika, oleh dengan demikian setiap kita melakukan tindakan pastilah kita telah memikirkan dampaknya baik dampak yang positif atau dmapak yang negatif. Dari filsataf padi menerangkan semakin padi itu tua dan berisi, yaitu semakin matang dalam kehidupan dan bertambah pula kemampuan, kekayaan (penghaslan), kecerdasan, dan lain sebagainnya, tetapi dia semakin merunduk pula, sehingga semakin ia bertambah isinya ia semakin merunduk sesuai beban atau kemampuan yang ia miliki, sehingga jelas bahwasanya kerendahan hati adalah harta yang tak bernilai hargganya, dan bahkan hanya ornag-orang tertentu yang memiliki sifat sersebut.
Pendengar Sedharma yang saya Cintai,
Dijaman ini, yaitu jaman kaliyuga di mana sifat-sifat kedewaan atau sifat-sifat yang bijaksana, rendah hati dan menerima apa adanya itu sagat jarang dimiliki oleh kita semua, karena kita sebagai manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah kita miliki dan tidak pernah berhenti untuk mengeluh serta berharap yang segala kebutuhan kita harus terpenuhi dan bukan hanya kebutuhan pokok, melainkan kebutuhan-kebutuhan lain yang sewajarnya tidak terlalu kita perlukan, oleh demikian itulah kenapa kita sebagai manusia dikatakan egonya sangat besar dan keingintahuannya sangat besar, Itulah manusia.
Pendengar Sedharma yang saya hormati,
Dengan kita dapat menyeimbangkan antara kebutuhan dengan pendapatan, maka kita mampu untuk melawan musuh dalam diri kita, karena musuh yang sulit untuk kita kalahkan atau taklukkan adalah musuh dalam diri ita sendiri, maka kita sebagai manusia yang beragama dan pastinya memiliki moral dan etika, hendaknya kita dapat mengontrol atau bersikap rendah hati dan lapang dada atau mau menerima apa yang kita miliki sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan kita dapatkan.
Pendengar sedharma yang berbahagia,
Itulah makna dari pada lapang dada dan kerendahatian kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Demikian yang dapat saya sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata;
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM
..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar