Senin, 31 Juli 2017

TRI KAYA PARISUDA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa lagi dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah tentang “TRI KAYA PARISUDA”

Pendengar Sedharma yang Saya Cintai,
Pada tingkat grassroot, degradasi moral dan mental justru tidak banyak terjadi. Dengan perkataan lain, konsep Tri Kaya Parisuda masih dipegang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun bila tidak dicermati, degradasi pada kalangan inipun dapat terjadi, mengingat upaya fundamental dalam membangun kembali budi pekerti belum terlihat secara nyata. Untuk mencegah terjadinya kemungkinan tersebut, Tri Kaya Parisuda perlu diangkat kembali untuk dijadikan pegangan, setelah diperkaya dengan semacam proses revitalisasi dan aktualisasi. Degradasi moral dan mental justru lebih banyak terjadi pada kalangan elite, termasuk kelompok yang dekat serta ber-KKN dengan kekuasaan.

Pendengar Sedharma di manapun anda berada,
Tri Kaya Parisuda merupakan salah satu konsep yang mempunyai makna mendalam di kalangan umat Hindu, dalam urusan budi pekerti. Konsep yang bersifat universal ini mengajak kita agar selalu berpikir yang baik (kayika), berkata-kata atau berbicara yang baik (wacika), dan berbuat yang baik (manacika). Tri Kaya Parisuda, bersama dengan konsep-konsep lain yang luhur, telah membentuk insan-insan dengan karakter yang memenuhi persyaratan untuk dapat dipercaya dan diandalkan.

Pendengar Sedharma,
Dalam dua dekade terakhir, telah terjadi pergeseran moral dan mental yang cenderung mengejar kebutuhan-kebutuhan duniawi menggunakan jalan pintas, akibat pembelajaran ke arah yang salah pada zaman pemerintahan yang lalu hingga saat ini, sehingga menumbuhkan 'budaya' KKN. Disadari atau tidak, Tri Kaya Parisuda ternyata telah terpinggirkan. Ini dapat dilihat misalnya dari pelajaran budi pekerti yang telah menghilang dari kurikulum di sekolah. Demikian juga dengan hilangnya kebiasaan memberi cerita semacam Tantri/cerita tentang moral sebagai pengantar tidur, seperti yang dilakukan generasi pendahulu kepada anak cucunya, yang sekarang nyaris tak pernah terdengar lagi.

Pendengar Sedharma yang Berbahagia,
Pembelajaran tersebut ternyata telah meniru cara-cara yang berlaku di zaman kolonial dalam pola hubungan vertikal antara penjajah Belanda, para raja (terutama di Jawa), dan rakyat. Dari atas ke bawah terjadi represi atau penekanan dalam berbagai bentuk secara berjenjang, sementara dari bawah ke atas terjadi pemberian upeti dalam berbagai bentuk, juga secara berjenjang. Apakah pergeseran moral dan mental tersebut terjadi secara menyeluruh? Tampaknya tidak. Degradasi moral dan mental justru lebih banyak terjadi pada kalangan elite, termasuk kelompok yang dekat serta ber-KKN dengan kekuasaan.

Pendengar sedharma,
Cara berpikir dibentuk oleh pembelajaran dan pengalaman di masa lalu, berkembang menjadi pola-pola tertentu yang kemudian tertanam dalam pikiran bawah sadar. Inilah yang disebut sikap dasar/sikap intrinsik atau mind-set. Sikap dasar/cara berpikir ini menentukan kecenderungan pola seseorang dalam berkata-kata maupun berbuat. Jadi, dalam konsep Tri Kaya Parisuda, berpikir yang baik (kayika) merupakan komponen yang paling penting dan bersifat paling sentral.

Pendengar Sedharma dimanapun anda berada,
Sekarang banyak pemimpin, terutama yang menghendaki terjadinya perubahan ke arah positif, mendorong berbagai upaya untuk mengubah mind-set. Mereka sangat sepakat dengan kaidah yang dilontarkan oleh William James, seorang psikolog terkemuka dari Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa ”revolusi terbesar generasi sekarang adalah bahwa manusia dapat mengubah aspek ekstrinsik kehidupannya dengan mengubah sikap intrinsik alam pikirannya”. Artinya bila seseorang ingin mengubah kehidupannya (misalnya dari menderita menjadi bahagia, dari gagal menjadi sukses, bahkan dari miskin menjadi makmur, dan lain sebagainya), ia harus mulai dengan mengubah cara-cara berpikir yang telah tertanam dalam pikiran bawah sadarnya. Pemanfaatan teknik-teknik dan metode terbaru yang telah membuahkan perubahan-perubahan bermakna dalam skala yang lebih luas, telah menggugah keberanian William James untuk menyebut perubahan tersebut sebagai revolusi terbesar generasi sekarang.
Pendengar Sedharma yang saya cintai,
Berpikir yang baik menurut kacamata lama, mungkin terbatas pada pengertian seperti berpikir positif, berpikir jernih, bebas dari pikiran kotor, dengki, sirik, dendam, marah dan lain sebagainya. Sekarang, cakupan pengertian tersebut mungkin sudah harus diperluas dengan hal-hal yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam konteks berpikir ada beragam variasi yang dapat digunakan untuk memperkaya pengertian berpikir yang baik tersebut. Pertama, berpikir dari sudut pandang yang berbeda-beda yang dapat memperluas cara pandang seseorang. Kedua, berpikir berdasarkan fakta menggunakan hukum sebab akibat yang dapat meningkatkan kemampuan dalam melihat berbagai situasi serta memperkirakan berbagai kemungkinan. Ketiga, berpikir secara lateral/kolateral yang dapat mengembangkan kreativitas / daya cipta.

Pendengar Sedhrama,
Yang Keempat, berpikir bahwa setiap orang diberi anugerah oleh-Nya berupa potensi yang sama, untuk menjadi apa pun yang mereka benar-benar inginkan di kemudian hari. Kelima, berpikir bahwa di dalam pikiran bawah sadar, tersimpan nalar supra atau inteligensia kreatif yang dapat membantu setiap orang mewujudkan cita-citanya.

Pendengan Sedharma dimanapun anda berada,
Dapatkah hal-hal semacam ini digunakan dalam upaya revitalisasi dan aktualisasi Tri Kaya Parisuda? Pertanyaan yang bersifat masih sangat terbuka ini mungkin mampu menggugah kita semua untuk memberi sumbangan yang lebih besar bagi perkembangan kehidupan dan kesejahteraan umat

Pendengar Sedharma yang Saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi kita semua. Dan saya atas nama PHDI Kab. Nabire mengucapkan selamat Tahun Baru Saka 1936, semoga dapat member berkah kedamaian dan kebahagiaan untuk kita semua. Akhir kata;
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...