Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Pendengar sedharma yang berbahagia, Puja dan Puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena Atas segala Asung kerta wara nugrahaNya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa kembali pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang PERMUSUHAN”
Pendengar Umat Sedharma yang saya banggakan,
Meminjam istilah Bali, yaitu salah satu nilai kearipan lokal yang diwariskan oleh leluhur umat Hindu di Bali berbunyi sbb: Memusuh ngajak nyama sing dadi metelah-telahan. Kalimat berbahasa Bali ini kalau disalin kedalam bahasa Indonesia kira-kira artinya sbb: kalau bermusuhan dengan sesama saudara janganlah habis-habisan. Kearipan lokal dalam bentuk nasehat tersebut kalau dicamkan dengan baik akan dapat meredam tajamnya permusuhan dengan sesama saudara, bentuk kearipan lokal ini mungkin muncul dalam masyarkat kita (Indonesia) yang notabene masyarakat yang majemuk.
Pendengar Umat Sedharma,
Hal ini muncul sebagai akibat dari adanya hukum alam, atau yang dikenal dalam agama Hindu adalah Rwa Bhineda sebagai ciptaan Tuhan. Betapapun eratnya persatuan dalam persaudaraan maka pernah saja ada perbedaan. Bahkan sering mengarah pada permusuhan. Yaitu permusuhan dalam persaudaraan yang kadang-kadang sulit dihindari. Karena itu agar jangan orang terlalu frustrasi menghadapi keadaan yang tidak mengenakan itu muncullah nasehat dari berbagai pihak seperti yang dikutip di atas.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Meskipun bermusuhan dengan saudara bukan merupakan harapan hidup setiap orang, tetapi hal itu merupakan kenyataan sosial yang mau tidak mau harus dihadapi, Mungkin leluhur jaman dahulu ada yang sering menjumpai kenyataan itu. Dari menghadapi kenyataan itulah nilai-nilai Agama direfleksikan kedalam bentuk paradigma yang dituangkan dalam bentuk nasehat seperti yang dikutip diatas. Dengan paradigma itu diharapkan dapat meredakan kita untuk bermusuhan dengan sesama saudara, dalam artian yang luas. Seperti: Saudara kandung, saudara seagama, satu suku, satu daerah, satu bangsa dst.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun anda berada,
Di Jaman Kali yuga ini banyak sekali kita jumpai persaudaraan tanpa sahabat, seperti bersaudara satu ayah satu ibu tetapi tidak bersahabat alias bermusuhan, bersaudara dalam satu Agama tetapi tidak bersahabat, bersaudara satu partai politik tetapi bermusuhan, bersaudara satu etnis namun selalu bertikai, bersaudara satu instansi tetapi bermusuhan bahkan saling menjelekan satu sama lain, demikian seterus nya. Seperti yang kita ketahui saat ini di sela-sela kita merayakan kemerdekaan Indonesia, tetapi ada saja gerakan yang ingin merdeka di satu daerah, dan bahkan mengorbankan nyawa, hal inilah yang kita sayangkan. Pertanyaannya apakah tidak ada jalan lain selain kangkat senjata??
Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Seperti konsep Rwa Binedha, bahwasanya ada Bersahabat maka ada bermusuhan atau ada pertemuan maka ada perpisahahan dan lain sebagainya, itu memang salah satu ciri dari kehidupan bersama dalam masyarkat. Hukum alam (Rwa Bhineda) menyebabkan terjadinya hal yang demikian itu. Swami Satya Narayana menyatkan jaman Kerta umat manusia tidak memiliki musuh. Jaman Treta Yuga manusia mulai memiliki musuh, cuma musuhnya masih jauh diluar Negaranya. Seperti Sri Rama Raja Ayodia musuhnya jauh di Alengka Pura. Pada jaman Dwapara musuh sudah masuk dalam keluarga seperti Pandawa bermusuhan dengan Korawa, padahal mereka saudara sepupu dalam satu Kerajaan lagi. Dan pada jaman Kali yuga musuh sudah masuk kesetiap lubuk hati nurani manusia. Hal inilah yang sering menyebabkan orang saling pandang sebagai musuh dan bukan sebagai sahabat.
Saudara Sedharma para bhakta terkasih,
Untuk meredam permusuhan apa lagi dalam saudara ada baiknya kita kuatkan lagi berpegang pada nasehat sebagai kearipan local tadi. Jadikanlah kelebihan dan kekurangan sesama saudara itu milik sendiri. Memusuhi saudara sendiri sesungguhnya memusuhi diri sendiri, karena saudara kita itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan diri kita. Apakah itu saudara sekandung, saudara seAgama, saudara satu suku atau satu bangsa Indonesia. Semuanya itu adalah saudara kita. Karena seseorang akan sangat tersiksa bermusuhan dengan sesama saudara, serta akan sulit menghindarkan pertemuan-pertemuan, apakah dalam pertemuan agama, suku atau dalam kegiatan apapun. Dan apabila kita habis-habisan bermusuhan dengan saudara, kita akan benar-benar menderita setiap kali berjumpa. Dan apabila kita redam dengan nasehat yang arip, Apa lagi punya konsep mencari kemenangan dengan jalan mengalah, hal ini akan lebih mulia, baik dimata manusia atau di mata Ida Sayang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), karena dengan mengalah dalam permusuhan dengan saudara justru kita akan menang. Dengan tidak merasa bermusuhan kita akan merasa terbebas dari rasa tertekan.
Saudara Pendengar Sedharma yang saya cintai,
Memang kita harus berani berkorban dengan merendah. Atau dalam bahawa umum kita mengalah untuk menang di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, dan Masyarakatpun umumnya akan menilai yang berani mengalah itu lebih dihormati dari yang tidak mau mengalah. Itulah suatu kemenangan bagi kita yang mau mengalah dalam permusuhan itu. Dan dihari kemenangan, baik kemenangan Indonesia (dirayakan setiap bulan Agustus) dari penjajah atau kemenangan dharma melawan adharma (dirayakan setiap hari raya Galunga) maka kita harus merayakan kemerdekaan / kemenangan ini dengan bangga, dan tetap menjaga keteguhan serta menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Pendengar sedharma yang berbahagia,
Itulah yang dapat saya sampaikan, kiranya hal ini bermanfaat bagi kita semua. Demi keharmonisan dapat terjalin dan terjaga, maka kita harus dapat saling mengerti dan menghargai serta saling memaafkan. Akhir kata
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar