Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Visvatah (Ya Tuhan Semoga pikiran yang baik datang dari segala Arah), pendengar Sedharma yang berbahagia, selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Pertama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, kita dapat berjumpa kembali dalam acara ini. Adapun Tema kita pagi ini adalah SRADA DAN BHAKTI”.
Pendengar dan Umat sedharma di manapun anda berada,
Hidup di jaman Kali Yuga adalah hidup yang penuh dengan godaan, karena kekuatan dharma satu berbanding tiga dengan kekuatan adharma, sehingga menegakkan dan menyuarakan hati nurani merupakan suatu hal yang berat. Karena hidup tanpa didasari hati nurani (atmanastuti) merupakan suatu kemunafikan, dan hidup dengan kemunafikan adalah hidup yang dipenuhi oleh rasa bimbang dan keragu-raguan. Untuk mengatasi rasa bimbang dan keragu-raguan, sangat diperlukan suatu perjuangan untuk membangun ketetapan hati, untuk menegakkan hati nurani agar memiliki ketetapan hati untuk tetap berjalan direlnya/jalan dharma (kebenaran). Dengan sradha dan bhakti kita kepada Sang Hyang Widhi lah satu-satunya cara untuk menegakkan hati nurani dan memegang teguh kebenaran atau dharma. Hal ini sangat mudah diucapkan namun tidak semudah itu mengamalkannya.
Saudara Pendengar Umat Sedharma,
Sradha adalah kemantapan dan keyakinan tentang dharma, dalam agama Hindu kita memiliki 5 keyakinan atau yang kita kenal dengan Panca Sradha yang terdiri: Percaya adanya Tuhan (Brahman), Percaya adanya Atman, Percaya adanya Hukum Karmaphala, Percaya adanya Punarbawa/Reinkarnasi/Samsara, dan Percaya adanya Moksa. Tapi apakah dalam kita menjalani hidup ini cukup hanya percaya dan yakin dengan Panca Sradha saja untuk mencapai Brahman? Tidak kan, kita juga butuh menyatakan dan menunjukkan rasa bhakti kita kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Saudara Pendengar Sedharma yang saya bangakan,
Sebagai umat Hindu, kita harus memiliki kemantapan keyakinan atau Sradha dan berpegang teguh pada ajaran dharma. Untuk mengamalkan ajaran dharma, kita harus tunjukkan dalam sikap dan perilaku dan dedikasi kita sebagai wujud rasa bhakti kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sradha dan Bhakti harus sejalan dan seimbang, manusia tidak cukup hanya dengan yakin dan percaya kepada Tuhan. Oleh karena itu dasar keyakinan umat Hindu, dasar kemantapan kita, perlu juga diwujudkan dalam suatu tindakan dan kerja. Perlu diakui, bahwa tubuh kita tidak akan bisa mengarungi hidup tanpa tindakan. Dalam Bhagavata Purana VII.523 menjelaskan tentang Navavidam Bhakti atau sembilan jalan bkahti, yaitu :
Sravanam adalah wujud bhakti kita dengan mendengarkan cerita cerita suci, mendengarkan pembacaan mantra mantra suci Weda.
Kirtanam yaitu menyanyikan atau melantunkan kidung kidung suci.
Smaranam yaitu selalu mengingat nama nama Tuhan.
Padasevanam yaitu mengabdi pada padma kaki-Nya.
Arcanam yaitu berbhakti melalui media arca atau pratima sebagai Nyasa karena Tuhan Maha Gaib.
Wandanam yaitu membaca mantra atau sloka suci serta cerita suci.
Dasyanam yaitu menjadi abdi atau pelayan Tuhan.
Sakhyanam yaitu membina hubungan dengan Tuhan selayaknya seorang sahabat.
Atmaniwedanam atau penyerahan diri kepada Tuhan.
Pendengar Sedharma,
Kita belajar dari sekarang untuk dapat menjalankan semua itu, sementara kita hidup di jaman Kali Yuga ini dimana materi seolah olah menjadi segala galanya. Seperti awal tadi, bahwa tubuh ini tidak akan bisa mengarungi hidup tanpa tindakan. Kita punya mata, mata kita akan melihat dan kelopak mata kitapun akan berkedip. Jika di udara ada bau busuk atau bau harum, maka hidung kita tidak akan menunggu untuk mencium bau itu. Dan jika disekeliling kita ada suatu lagu atau suatu keributan maka telinga kita tidak akan menunggu untuk mendengar. Untuk itu kita harus mampu menguasai indriya ini, karena orang yang mampu menguasai indriyanya dan menyimpannya dibawah penguasaan kesadarannya dan memberi pengarahan untuk melakukan tindakan yang benar, maka dialah yang paling mulia.
Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Perlu diakui, bahwa mata untuk melihat, tapi apa yang dilihat dan apa yang tidak perlu dilihat, keputusan ini hanya bisa diambil oleh orang yang berpengetahuan. Orang ini tidak memberi kebebasan bagi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan kaki untuk berjalan. Semuanya harus dikendalikan dan diarahkan untuk kebaikan. Kita perlu tahu bahwa, berbuat baik adalah juga wujud bhakti kita kepada Ida Sang Hyang Widhi. Manusia biasa seperti kita ini berpikirnya berdasarkan pokok, ketika kita lapar pasti kita ingin makan, ketika kita haus pasti kita ingin minum dan ketika kita ingin terhindar dari cuaca panas dan hujan maka kita ingin rumah. Untuk mendapatkan semua itu, maka manusia perlu tindakan atau kerja dan apapun pekerjaan itu untuk dapat memenuhi kebutuhan kita.
Pendengar Sedharma,
Profesi sebagai polisi, tentara, guru, pejabat dan sebagainya. Apapun profesi pendengar umat sedharma, kerjakanlah pekerjaan itu untuk berbhakti kepada Sang Hyang Widhi dan untuk kebaikan masyarakat. Lakukanlah pekerjaan itu tanpa mengharapkan hasilnya, sehingga Bapak Ibu tidak terikat oleh keuntungan dan kerugian, karena hal itu adalah kehendak ego kita dan ego itulah yang memaksa kita untuk menjadi dosa. Cobalah kita berpikir bahwa pekerjaan yang kita kerjakan saat ini adalah hasil dari kita sebelumnya sehingga kita tidak terikat oleh keuntungan dan kerugian. Kerjakanlah tugasmu / pekerjaanmu, karena tugas adalah kewajibanmu dan kewajibanmu adalah dharmamu. Siapapun Bapak ibu, apapun jabatan bapak ibu, janganlah pernah merasa kita ini pemimpin atau atasan, karena masyarakat, staf atau bawahan bukanlah bagian dari kita, tapi kita inilah bagian dari masyarakat, staf atau bawahan. Sehingga apa yang baik dan berguna bagi masyarakat, bagi staf, bagi bawahan, maka akan baik dan berguna pula bagi kita. Dan seharusnya kita berpikir bahwa apabila masyarakat, staf atau bawahan kita menangis maka harusnya mata kita pun meneteskan air mata. Jangan pernah takut melaksanakan dharma, jangan pernah ragu untuk melakukan kebaikan, kerjakan tugasmu, hilangkan rasa gentarmu karena tugas adalah kewajiban dan kewajiban adalah dharmamu.
Pendengar sedharma yang saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang sudah saya sampaikan dapat bermanfaat dan menjadi pedoman kita sehari-hari serta bermanfaat bagi kita semua.
Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM
Senin, 31 Juli 2017
SRADHA DAN BHAKTI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...
-
SEJARAH PURA SP. C (PURA SURYA BHUANA) NABIRE Desa bumi mulia, atau yang lebih di kenal dengan SP. C merupakan rentetan UPT dari SP.A dan ...
-
SEJARAH PURA SP. 2 (PURA PUJA TRI SAKTI) NABIRE Pada sekitar tahun 1982 merupakan tahun kedatangan warga transmigrasi UPT (Unit Pemukim...
-
SEJARAH PURA BATALYON (PURA GIRI WIRA BHAKTI) NABIRE Berdirinya suatu tempat ibadah, pasti memiliki cerita penyebab kenapa harus di ban...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar