..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire bersama saya Wahyu Diantoro. Dalam Tema kita yaitu TAT TWAM ASI
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Tat Twam Asi merupakan kata-kata dalam filsafat Hindu, yang mengajarkan kesusilaan yang tanpa batas. Pertanyaannya kenapa Tat Twam Asi mengajarkan susila yang tanpa batas?, sebelumnya marilah kita ketahui bersama apa arti kata dari Tat Twam Asi itu sendiri, Tat Twam Asi terdiri dari tiga kata yaitu Tat yang berarti Itu/Dia, Twam berarti Kamu, dan Asi berarti Adalah. Jadi arti Tat Twam Asi adalah: Itu/Dia adalam Kamu/Engkau, dan juga saya adalah kamu dan pada dasarnya segala makhluk adalah sama, sama-sama di ciptakan oleh Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Di dalam filsafat agama Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan perikemanusiaan dan pancasila. Konsep pancasila dalam sila yang pertama yaitu perikemanusiaan dalam pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajaran Tat Twam Asi yang terdapat dalam kitab suci Weda. Dengan demikian dapat dikatakan mengerti dan memahami serta mengamalkan/melaksanakan pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Weda/ karena maksud yang terkandung di dalam ajaran Tat Twam Asi ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga kita menolong diri kita sendiri. Itulah makna yang terkandung dalam ajaran Tat Twam Asi, oleh karena itu pandanglah dan perilakukanlah semua mkhluk seperti kita memperlakukan diri kita sendiri.
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Sebutan manusia sebagai makhluk hidup itu banyak jenis, sifat, dan ragamnya. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk relegius, makhluk ekonomis, makhluk budaya dan lain sebagainya. Dan semua itu harus dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi serta keterbatasan yang dimilikinya. Maka betapa susah dan payah yang kita rasakan apabila harus melakukan itu semua dengan sendirian. Maka disinilah kita sebagai manusia manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat masalah yang kita hadapi akan terasa ringan dengan bantuan banyak orang. Maka dengan kita memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, kita akan dapat merasakan berat dan ringan dalam hidup dan kehidupan ini. Itulah makna dari kehidupan ada baik ada buruk (Rwabhineda) maka dari dua hal yang berbeda selalu berdampingan dan tidak dapat dipisahkan antara baik buruk, tinggi pendek, hitam putih dan lain sebagainya. Demikian adanya, maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu saling tolong menolong serta kita semua merasa senasib dan sepenanggungan
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Seperti yang sudah saya sampaikan tadi. Di dalam diri kita ada dua sifat yang antagonis dan sangat kontradiktif yaitu sifat kedewataan (daiwi sampat) yaitu sifat-sifat yang baik, dan sifat-sifat keraksasaan atau keangkaramurkaan (asuri sampat) yaitu sifat yang buruk. Jika dalam kehidupan ini kita ingin mendapatkan kedamaian dalam hidup (santhi), maka marilah kita menumbuh kembangkan serta memupuk sifat-sifat kedewataan (daiwi sampat) dengan cara kita mengimplementasikan ajaran Tat Twam Asi di dalam kehidpupan sehari-hari. Maka niscaya kedamaian dan ketentraman semua makhluk di bumi ini akan terwujud.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Dalam kitab Yayur Weda 40.7 disebutkan :
“Seseorang yang menganggap seluruh umat manusia memiliki atman yang sama dan dapat melihat semua manusia sebagai saudaranya, orang tersebut tidak terikat dalam ikatan dan bebas dari kesedihan
Pendengar yang budiman, mantra tersebut merupakan pandangan keafiran Hindu dalam memandang manusia sebagai ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan YME). Ajaran Hindu memberikan bimbingan kepada kita sebagai umatnya di dalam menyikapi persepsi manusia yang membedakan manusia hanya karena berbeda warna kulit, ras, etnis, bahasa, budaya, agama dan sebagainya. Seperti yang kita pahami secara menyeluruh isi dari mantra tersebut.
Yang pertama, atma di dalam diri manusia adalah sama. Seperti yang kita pahami, bahwasanya atma adalah percikan terkecil dari Brahman, dan atma adalah bagian dari Brahman. Dengan kata lain, atman dan Brahman adalah satu kesatuan (Atman, Brahman, Aikyam). Tetapi perlu kita pahami, bahwasanya tubuh manusia satu dengan yang lain adalah berbeda, pikiran dengan egosentrisnya antara manusia satu dengan manusia lain juga berbeda. Tetapi atman merupakan kesadaran murni, dan merupakan kesadaran yang terdalam yang ada dalam diri manusia adalah sama antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat dikatakan Aku adalah Atman, semua manusia adalah Atman. Dan Atman itu hanya satu, sehingga sebenarnya manusia itu adalah merupakan satu kesatuan dan selaras, tetapi yang membedakan manusia satu dengan manusia lain adalah manah (pikiran) dan egosentrisya. Tetapi dalam tataran sesadaran murni dalam Atman hanya satu dan tidak ada bedanya, melainkan yang membedakan hanyalah bentuk fisik antara lain, warna kulit, bahasa, etnis, agama dan lain sebagainya.
Makna dari matra tadi menjelaskan pula bahwasanya manusia di seluruh dunia ini adalah sebuah keluarga besar yang mempunyai keinginan hidup berdampingan serta damai di muka bumi ini tanpa terkecuali. Maka apabila sepiritualitas atau pemahaman manusia akan agama lebih dalam dan dapat memandang semua manusia sama dan di praktekkan atau diimplementasikan sebagai landasan berfikir dan pola tindakan, maka dalam diri manusia tidak pernah terdapat perbedaan antara sesama manusia satu dengan yang lain hanya karena perbedaan warna kulit, etnis, bahasa, agama, bangsa dan sebagainya. Tetapi tanpa landasan berfikir dan pola tindakan tersebutadalah mustahil kita mampu mewujudkan kedamaiandan keharmonisan hidup dalam nuansa kemajemukan.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Oleh karena itu, marilah kita memandang manusia satu dengan yang lainya sama, maka tidak ada lagi sekat-sekat yang memisahkan kita seperti warna kulit, etnis, bahasa, agama, bangsa dan sebagainya maka dengan demikian niscaya sebuah kedamaian di bumi ini akan terjalin serta kita semua akan saling menghormati, toleransi dan memahami akan arti sebuah kehidupan.
Pendengar Umat Sedharma Yang Cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar