Senin, 31 Juli 2017

LIDAH ADALAH INDERA YANG UTAMA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI. Adapun Tema kita pagi ini adalah tentang “LIDAH ADALAH INDRIA YANG UTAMA”.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Dalam (Katha Upanisad 1.3.3 dan 4). Disebutkan:
Atmanam rathinam widhi, sariram ratham eva tu,  Buddhim tu sarathim viddhi. manah pragaham eva ca.  Indriani hayan ahur visayam tesu gicaran.  atmendriye mano yuktam bhoktety ahur manisinah.
Maksudnya: “Ketahuilah Atman adalah sebagai tuannya kereta, badan jasmani adalah badan kereta. Ketahuilah bahwa Budhi itu adalah kusirnya kereta, sedangkan pikiran adalah tali kekang. Indria disebut kudanya kereta, sasaran indra adalah jalan. Atman dihubungkan dengan badan, indria dan pikiran. Ialah yang menikmati. Demikianlah dinyatakan oleh yang suci.”

Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Kutipan Mantram Upanisad tersebut merupakan suatu parabel atau pengandaian tentang keberadaan manusia itu sendiri. Manusia dalam Mantra Katha Upanisad itu diandaikan sebagai sebuah kereta. Badan raga diandaikan badan kereta, kuda yang menarik kereta diandaikan indria, tali kekang kuda ibarat pikiran, kusir kereta ibarat budhi, pemilik kereta adalah atman. Kereta itu akan dapat berjalan dengan baik ke arah tujuan jika semua unsur kereta dalam keadaan baik. Keadaan baik itu artinya semua unsur mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Parabel yang dikemukakan oleh Mantra Katha Upanisad itu menggambarkan bahwa, agama Hindu memandang manusia itu secara utuh. Agama Hindu tidak melihat manusia dan sudut pandang rohani semata. Manusia harus digerakkan secara utuh dengan segala totalitasnya. Kalau badan kereta yang rusak, maka kereta itupun tidak dapat berjalan dengan baik oleh unsur yang lainnya. Demikian juga kuda yang menarik kereta haruslah kuda yang sehat. Di samping sehat, juga tidak binal, sehingga dapat dikendalikan dengan mudah. Artinya, kuda yang sehat dan kuat itu harus diajar dan dilatih untuk patuh pada arahan tali kekang yang dikendalikan oleh kusir kereta. Tali kekang kuda yang dipakai mengendalikan kuda juga harus kuat dan wajar. Kalau tali tersebut keropos/lapuk  mudah putus , maka keretapun tidak dapat dikendalikan dengan baik. Demikian juga kusirnya haruslah orang yang dalam keadaan sehat lahir bathin secara normal. Artinya, kusir kereta itu dalam keadaan sehat jasmani dan rohaninya. Juga tahu kemana tujuan mereka diarahkan sesuai dengan perintah pemilik kereta (atman).

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Parabel tersebut memberikan kita inspirasi bahwa membangun manusia itu haruslah utuh. Badan raga harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Badan raga dipelihara agar sehat dan wajar untuk menopang kegiatan hidup sehari-hari mengarungi lautan kehidupan. Indria harus dikendalikan dengan upawasa. Swami Satya Narayana menyatakan upawasa itu bukanlah berarti hanya membatasi makan minum. Semua indria haruslah dipelihara agar sehat dan fungsinya selalu diarahkan pada jalur yang benar. Peliharalah mata agar menjadi sehat dan dapat dipergunakan untuk melihat yang memang patut dan benar untuk dilihat. Demikian juga telinga, hidung, lidah dan kulit. Semuanya itu harus dipelihara dengan baik, agar dapat berfungsi dengan benar. Dengan demikian ia dapat dijadikan alat oleh pikiran agar selalu berada pada jalur yang benar dan wajar.

Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada,
Upawasa artinya kembali suci. Setiap indria yang menyeleweng, pikiran harus mampu dikembalikan ke arah yang benar. Mengapa upawasa ditekankan pada mengatur makanan?  Karena diantara lima indria itu, yang paling sulit mengendalikan adalah lidah. Kalau lidah sudah dapat dikendalikan, maka indria yang lainnya tentu lebih mudah untuk mengendalikannya. Sesungguhnya mengendalikan lidah bertujuan untuk mengendalikan semua indria termasuk juga panca karmendriya Yang masuk di dalamnya adalah tangan, kaki, perut, dubur dan kemaluan. Sedangkan panca budhindriya adalah mata, hidung, lidah telinga dan kulit.

Pendengar Umat Sedharma yang cintai,
Di dalam kitáb Manawa Dharmasastra V.109 disebutkan; “Badan disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan satya (kebenaran dan kejujuran). Budhi disucikan dengan jnana atau pengetahuan yang suci, sedangkan atman disucikan dengan widya dan tapa”. Widya itu hanya ada dua yaitu atma widya dan brahma widya. Atma widya adalah pengetahuan tentang atman jiwa dan bhuwana alit. Sedangkan brahma widya adalah pengetahuan tentang ketuhanan atau jiwa agung alam semesta (bhuwana agung). Tapa artinya penguasaan diri sehingga tahan dengan suka dan duka. Penyucian badan raga dengan air artinya badan diberikan makanan yang dibutuhkan secara wajar (satvika ahara).

Pendengan umat sedharma dimanapun berada,
Di dalam Bhagawadgita III.14 disebutkan mahluk berasal dari makanan. Makanan berasal dari hujan (air). Hujan itu adalah yadnya dari alam. Yadnya itu lahir dari karma. Kalau kita ingin air tetap eksis di bumi ini, manusia harus ber-karma untuk memelihara hutan, membiarkan tanah datar ada resapan. Jangan Semua permukaan tanah itu ditutup dengan beton sampai air tidak terserap ke bawah tanah. Dengan terpeliharanya air, maka tumbuh-tumbuhan akan senantiasa eksis memberikan manusia makanan. ini artinya badan dengan alat-alat indrianya haruslah diberikan makanan yang wajar dan sehat. Dengan demikian, badan dengan alat-alat indria tersebut menjadi sehat dan dapat berfungsi dengan baik. Pikiran disucikan dengan satya. Ini berarti pikiran itu jangan dibiarkan berkeliaran ditarik oleh ketidak jujuran dan kebenaran sampai berada di jalur adharma.

Pendengar umat sedharma yang berbahagia,
Kalau pikiran lemah, maka pikiran tidak mampu mengendalikan indria yang selalu ingin dipuaskan melulu. Bagaikan kuda yang tidak patuh pada kendali tali kekangnya kusir kereta. Dengan berfungsinya semua unsur-unsur kereta tersebut secara proporsional, maka akan terjadilah sinergi unsur-unsur yang membangun diri manusia tersebut. Dan sinergi itulah manusia akan dapat bereksistensi secara baik dan benar sehingga mampu produktif menumbuhkan nilai-nilai material dan spiritual secara seimbang dan berkelanjutan. Dan syair suci Katha Upanisad ini kita dapat membuktikan bahwa agama Hindu tidak hanya mengajarkan hal-hal yang bersifat rohaniah semata, tetapi mengajarkan dan mengarahkan bahwa hidup ini harus diwujudkan secam utuh lahir batin bagaikan kereta.

Pendengar sedharma yang saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya. Akhir kata;
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...