Senin, 31 Juli 2017

HARI RAYA NYEPI

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire bersama saya Wahyu Diantoro. Dalam Tema kita yaitu “HARI RAYA NYEPI”

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Hari raya Nyepi (tahun baru saka) di rayakan setahun sekali dan pada saat setiap tilem IX (kesanga) atau bulan mati yang tepatnya sekitar bulan maret/april. Hari raya Nyepi merupakan pergantian tahun baru Isaka/saka (Isaka wasra). Serta hari raya lainnya kebanyakan di rayakan setiap 210 hari (6 bulan) sekali, karena didasarkan atas perhitungan pawukon dan wewaran, sedangkan hari raya Nyepi di hitung berdasarkan sasih (bulan).  
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Kata Nyepi artinya sunyi atau diam. Sunyi atau diam disini maksudnya adalah menenangkan diri lahir batin untuk membersihkan diri serta mempersiapkan mental dalam rangka menyambut tahun baru yang berikutnya. Adapun urutan dari pada hari raya Nyepi antara lain: pertama ialah “Mekiyis (Melasti), kedua Pecaruan (Bhuta Yadnya), ketiga Pengrupukan, keempat Nyepi adan kelima adalah  Ngenbak Geni. Demikian itulah urutan dari pada hari raya Nyepi itu sendiri.
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Dalam urutan pelaksanaan atau perayaan hari raya Nyepi yang pertama adalah Mekiyis (Melasti) atau lebih dikenal dengan sebutan tawur kesanga. Melasti atau tawur kesanga adalah: pembersihan yang dilakukan sehari sebelum Nyepi. Waktu mekiyis/melasti semua pralingga-pralingga atau simbol-simbol suci dari pada Dewa, Betara, Betari, leluhur yang telah dipandang menjadi dewa yang di semayamkan di tempat-tempat suci atau di pura-pura diusung / di bawa ke laut atau mungkin ke danau atau juga ke sebuah mata air yang terdekat untuk memohon pensucian kehadapan Betara Baruna, sebagai manifestasi dari Sang Hyang Widhi dalam aspeknya sebagai pelebur dosa, malapetaka dan bencana. Mekiyis mempunyai arti simbolik lainnya (tempat bersemayam para dewa) bersama-sama dengan umatnya yang mengusung pralingga-pralingga tersebut. Di samping itu juga dimaksudkan adalah untuk mengambil sari-sari kemakmuran alam dari sumbernya yang kemudian dilimpahkan kepada seluruh umat manusia. Itulah maksud dari pada pelaksanaan ritual mekiyis atau melasti.
Pendengar Umat Sedharma di manapun berada
Berikutnya Pencaruan (bhuta yadnya). Pencaruan ini dilakukan juga sehari sebelum Nyepi yaitu tepatnya pada tilem, sasih kesanga yang juga disebut Panca Dasi Krsna Paksa Caitra masa pencaruan bhuta yadnya harus dilakukan pada persimpangan jalan (catur pastha), di samping itu di muka/depan rumah masing-masing, juga diadakan pencaruan tetapi lebih kecil dari pada yang di persimpangan jalan. Pencaruan mempunyai arti simbolik, yaitu memberikan makanan kepada bhuta kala atau kekuatan-kekuatan jahat/negatif agar jangan mengganggu ketentraman dan menimbulkan malapetaka seperti penyakit dan kejahatan lainnya, maka dengan demikian akan mewujudkan suatu keseimbangan dalam masyarakat.   
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Setelah pencaruan, pada malam harinya dilakukan pengerupukan dengan membawa obor menaburkan tawur, menyemburkan mesui juga, dan seterusnya memercikan tirtha pengelukatan, pencaruan serta menabuh bunyi-bunyian. Ini semuanya mengandung arti simbolik membakar serta mengusir bhuta kala atau kekuatan negatif atau kekuatan jahat yang membawa malapetaka atau bencana supaya lenyap dari permukaan bumi ini. Untuk mencapai jagadhita kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia, maka segala kekuatan jahat atau bhuta kala harus dilenyapkan sehingga di dalam tahun baru yang menjelang munculnya dunia baru membari kebahagiaan dan kesejahteraan pada umat manusia.    
Pendengar Umat Sedharma Yang Saya Cintai
Rangkaian setelah pengrupukan maka keesok harinya setelah pencaruannya maka dilakukanlah penyepian. Pada hari Nyepi tiap-tiap umat yang memeluk agama Hindu hendaknya tidak melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan yang mungkin akan dapat mengganggu ketentraman batinnya. Segala aktifitas yang merupakan wujud dari pada nafsu serakah dan dosa seperti judi atau perbuatan-perbuatan yang menunjukkan sifat mementingkan duniawi, maka hal-hal tersebut tidak dilakukan pada hari raya Nyepi yang dikramatkan tersebut. Sebaliknya pada hari Nyepi hendaknya dilakukan brata penyepian dan yoga semadhi, yaitu memusatkan pikiran untuk menentramkan rohani dan mengenang segala dosa-dosa serta kehilafan-kehilafan yang pernah kita lakukan pada tahun-tahun yang silam. Dan berusaha mulai dengan hidup baru dengan melebur segala dosa dengan amal kebijakan atau dengan berdharma untuk mencapai satyam, yaitu pedoman hidup yang berakibat pada keadilan dan kebenaran, yaitu Siwam adalah keluhuran dan kejayaan, Sundaram yaitu hidup tentram dan harmonis. Maka pada waktu Nyepi, umat Hindu wajib melakukan catur semadhi/catur amati, antara lain amati geni (tidak boleh mneyalakan api), amati lelungan (tidak boleh berpergian), amati lelalungan, dan amati karya (tidak boleh melakukan aktifitas). Dari empat hal diatas merupakan simbol atau sebagai sombolik, yang mana dengan tidak melakukan empat hal tersebut, maka kita telah melakukan atau menerapkan catur brata penyepian yaitu amati geni yang dimaksud di sini adalah kita mematikan hawa nafsu, sehingga kita betul-betul bersih pikiran kita untuk menyongsong tahun baru berikutnya. Begitu juga dengan amati yang lainnya, yang intinya kita merefleksi segala perbuatan buruk kita di tahun lalu dan kita merubah perbuatan-perbuatan kita di tahun yang akan datang, serta yang mana Nyepi itu juga merupakan sebuah simbol untuk kita dalam 24 jam tidak melakukan apa-apa (berbuat yang menyebabkan phala yaitu hasil), dengan demikian itu Nyepi merupakan hari yang disakralkan. Oleh karena itu dalam menyongsong tahun baru yang akan datang/berikutnya dengan harapan moga-moga Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas asung kerta wara nugrahannya melimpahkan rahmatnya, agar di bawah anungrahnya. Agar umat Hindu dan segenap makhluk hidup lainnya dapat mencapai Moksatham Jagadhita yaitu kesejahtraan jasmani dan rohani.                 
Pendengar Umat Sedharma
Puncak dari semua itu adalah Ngembak Geni yang di lakukan keesok harinya setelah Nyepi. Pada waktu ini hendaknya umat Hindu saling kunjung mengunjungi serta saling memaafkan satu sama lainnya. Maka dengan demikian timbullah rasa hormat-menghormati, cinta-mencintai, saling asih asah asuh dan keharmonisan di antara sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) serta kekerabatan erat yang menjadi dasar kedamaian, serta keharmonisan hidup dalam masyarakat. Itulah makna Nyepi yang sebenarnya. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama untuk menciptakan keharmonisan di muka bumi ini.  
Pendengar Umat Sedharma Yang Cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Om Lokasamasta sukhino bhawantu.
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...