KRANGKA DASAR AGAMA HINDU
..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Dalam Tema kita yaitu KRANGKA DASAR AGAMA HINDU .
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Agama Hindu ibarat sebuah rumah. Maka sebuah rumah itu harus ada pondasi, tiang dan atap. Oleh karena itu tiang atau krangka haruslah kuat untuk menghasilkan rumah yang indah, kokoh dan kuat. Tidak beda dengan krangka dasar dari agama Hindu yang memiliki tiga krangka yaitu Tattwa (Filsafat), Susila (Atika) dan Upakara/Upacara (Ritual). Itulah krangka dasar dari pada agama Hindu, tidak sedikit diantara kita mengatakan ritual atau tradisi agama Hindu itu rumit atau dalam bahasa jawanya njelimet, padahal kita ketahui bersama dari tiga krangka dasar agama Hindu itu yang ditonjolkan atau yang harus di lengkapi bukan hanya upakara, atau susila bukan juga tattwanya, melainkan semuanya harus seimbang dan saling menopang, baik dari segi tatwanya, susilannya atau upakaranya.
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Dari tiga kerangka dasar agama Hindu itu semua dikembalikan lagi kepada pemeluknya, untuk memahami dan menerapkan apa yang semestinya dapat kita lakukan dan apa yang mampu kita selengarakan, jadi jelas bahwasanya kita sebagai umat Hindu tidak dipaksa atau ditekan harus melakukan dan menerapkan apa yang di anjurkan oleh agama, melainkan itu semua sesuai kemampuan kita masing-masing sejauh mana kita dapat mengamalkan ajaran agama Hindu. Dari tiga krnagka dasar agama hindu itu semua pada intinya adalah untuk menuju atau untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan hidup jasmani, atau dalam pustaka suci disebut dengan MOKSATHAM JAGATHITYA CA ITI DHARMA yang artinya dharma atau agama itu ialah untuk mencapai moksa (moksataham) dan kesejahtraan hidup makhluk (jagathita). Moksa disebut juga dengan mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagiaan rohani yang langgeng.
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Dari tiga krangka dasar agama hindu itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan ketigana menrupakan satu kesatuan yang terjalin menjadi satu. Sehingga dari ketiga krangka dasar agama itu tidak dapat berdiri sendiri, melainkan itu semua satu kesatuan yang harus dipedomani oleh umat hindu semua. Jika filsafat agama saja yang diketahui tanpa melaksanakan ajaran-ajaran susila dan upakara, maka tidaklah sempurnya. Demikian juga jika hanya melakukan upacara saja tanpa dasar-dasar filsafat dan dan etika, percuma pulalah upacara-upacara itu, walau bagaimana besarnya upacara tersebut. Jadi ketiga hal tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, seperti halnya kepala badan dan kaki dalam struktur tubuh manusia, jadi kesemuannya saling menunjang untuk melengkapi itu semua. Sama halnya dengan sebuah telur. Ibarat telur itu agama hindu, jadi dari tiga krangaitu semua saling melengkapi, seperti sari telur atau kuning telur itu adalah tattwanya, putih telur itu adalah susilannya dan uapacara itu adalah kulit telurnya, jadi seandanya satu unsur tidak ada dalam telur maka telur itu tidak akan jadi melainkan akan busuk, pecah dan lain sebagainya. Tapi seandanya ketiga unrus itu ada maka telur itu akan dapat menetas dengan sempurnya.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Tatwa (filsafat) atau kepercayaan. Dalam agama Hindu kita semua mengenal dengan adanya lima kepercayaan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Panca Sradha yaitu percaya dengan adanya Brahman, atma, karma palha, samsara dan moksa. Itu semua merupakan sari atau dasar kita (umat Hindu semuannya) untuk memahami akan hindu seutuhnya. Dalam kepercayaan kita terhadap Brahman (TYME) telah jelas dijabarkan dalam weda dan dikatakan :
EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN
EKO NARAYANAD NA DWITYOSTI KASIT
EKAM SAT WIPRAH BAHUDA WADANTI
Yang artinya sama, adalah Tuhan itu satu dan tidak ada duannya, hanya orang bijak yang menyebutnya dengan banyak nama. Demikian jelas apa yang terkandung dari unsure tatwa atau kepercayaan, itulah yang menjadi cerminan kita untuk memandang semua hal. Baik dari keyakinan dan kepercayaan, karena dalam kapasitas manusia untuk yakin dan percaya tidak dapat di ukur satuannya, ibarat beras dapat diukur dengan cara satuan Kg atau L, tetapi yang menjadi ukuran seseorang untuk percaya dan keyakinan adalah sejauh mana seseornag itu mengamalkan ajaran dharma atau agama dengan baik, serta dapat menghargai orang lain seperti dia menghargai dirinya sendiri.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Susila (etika) itu merupakan kewajiban kita untuk diamalkan dalam lingkungan masyarakat. Manusia dikatakan makluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri sehingga manusia satu akan membutuhkan manusia lain untuk menunjang kelangsungan hidupnya, oleh karena itu, susila (etika) haruslah menjadi pedoman kit adalam bertingkah laku. Dalam agama hindu dikenal sebuah peribahasa yang mengatakan “saya adalah kamu dan kamu adalah saya atau dalam peribahasanya tat wam asi peribahasa itu mengajarkan kita untuk bisa hidup bersosial serta memandang ornag lain selayaknya memandang diri kita sendiri. Serta peribahasa itu mengajarkan kita untuk sebuah kesosialanyang tanpa batas, karena memandang manusia itu sama, apabila kita menilong orang lain, maka kita menolong diri kita juga, sebaliknya apabila kita menyakiti ornag lain maka kita juga menyakiti diri kita sendiri. Itulah arti dari sebuah etika yang menjadi dasar kita untuk mengarungi bahtera hidup ini.
Pendengar Umat Sedharma Yang Saya Cintai
Upacara (uapcara) hal ini juga merupakan krangka dalam agama hindu. Atau dalam bahasa sehari-hari adalah ritual yang kerap kita laksanakan setiap hari baik di pura atau di rumah. Dari sudut pandang filsafat, upacara adalah atau merupakan cara-cara melakukan hubungan antara atma dengan parama-atma, antara manusia dnegan Hyang Widhi serta semua manifestasinya, dengan jalan yadnya untuk mencapai kesucian jiwa. Untuk melakukan upacara-upacara tersebut harus memerlukan upakara, yang digunakan sebagai alat atau penolong untuk memudahkan manusia menghubungkan dirinya dengan Hyang Widhi dalam bentuk yang nyata. Tetapi dalam pelaksanaan upacara atau upakara itu lebih ditekankan kepada peyelenggara dalam memaknai dan memahami unsur upacara tersebut, sehingga dalam pelaksanaan upacara tidak seolah dipaksa harus sesuai di bali atau di jawa, seperti ibaratnya sibul dari alam beserta isinya di bali di smibulkan dnegan bentuk daksina, tetapi di jawa di simbulkan dengan (cokbakal_jawa red) dari situlah bentuk upakara di sesuaikan dnegan lokal genius setempat.
Pendengar umat sedharma yang berbahagia
Itulah dasar dari pada agama hindu, yang memiliki kerangka beserta hiasan (symbol) serta pengunaannya dalam kehidupan sehari hari.
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar