Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, Pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun anda berada, Puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang di siarkan melalui RRI Nabire. Adapun tema kita malam ini adalah tentang “HIDUP ADALAH TUJUAN”.
Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,
Kita sadari bersama bahwa hidup kita terdiri dua aspek, yaitu aspek jasmani dan aspek rohani. Setiap hari dan setiap saat kita mencari kebutuhan dari hidup kita dalam dua aspek ini. Secara jasmani kita memerlukan makanan, minuman, pakaian, perumahan, memelihara kesehatan dan lainnya, begitu pula dengan aspek rohani, kita perlu hiburan, ketenangan batin, dan menghubungkan diri dengan Tuhan.
Pendengar Sedharma yang berbahagia
Badan jasmani yang kita peliharaan dengan makanan, minuman ini adalah tidak kekal, dari waktu ke waktu akan mengalami penurunan, akhirnya mengalami kematian dan kehancuran yang kemudian akan kembali ke unsur – unsur penyusunnya. Sedangkan badan rohani kita/ jiwa kita adalah kekal, jiwa akan membawa beban karma yang dilakukan oleh badan jasmani dan lahir kembali kedunia sesuai dengan karmanya sampai beban itu habis dan mencapai tujuan akhir/moksa, yaitu bersatu kembali dengan sumber asalnya yaitu Parama atman (Tuhan).
Pendengar Sedharma yang saya banggakan,
Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk dapat mencapai kesadaran Tuhan, dan tidak satu kitab suci Hindupun yang menyatakan bahwa seseorang harus meninggalkan benda–benda duniawi miliknya serta kewajibannya untuk mencapai kesadaran Tuhan. Sebaliknya Bhgawadgita menyarankan seseorang untuk melakukan kewajibannya.
Pendengar Sedharma,
Setelah mendapatkan pelajaran Bhagawadgita, Arjuna tidak menjadi pertapa, namun selabiknya, ia malah berperang dengan perkasa. Hampir pada akhir dari ajaran Bhagawadgita, Sri Krsna menyatakan kepada Arjuna ”Mam anusmara yudhaca” artinya dengan senantiasa merenungkan Ku maka berperanglah, atau dalam arti harfiahnya dapat diartikan “dengan senantiasa menerenungkan Tuhan lakukanlah kewajibanmu”.
Pendengar Sedharma yang berbahagia,
Jadi, tidak ada kitab suci Hindu yang menyatakan bahwa, seseorang harus melarikan diri ke hutan untuk mencapai kesadaran Tuhan. Kesadaran Tuhan dapat dicapai dimana saja sesuai dengan profesi apa saja, bukan hanya Para Rsi, pendeta, Sadhu atau pertapa saja yang bisa mencapai kesadaran Tuhan, tapi setiap orang yang ada keinginan dan kemauan untuk hal itu, dan melakukan perubahan dalam hidupnya kearah yang ditunjukkan melalui empat jalan yang ada, yaitu bhakti yoga, Karma yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga, maka dia akan dapat mencapai kesadaran Tuhan.
Pendengar Sedharma dimanapun anda berada,
Untuk menuju kearah kesadaran Tuhan, maka kita harus mulai dengan perubahan mental secara perlahan, seperti seekor ulat kecil yang memakan makanan yang besarnya tiga atau empat kali tubuhnya, kemudian pelan–pelan mengalami proses menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu–kupu yang indah, seperti itulah kita harus melakukan perubahan dalam diri kita. Jadi perubahan hendaknya dibuat tanpa adanya paksaan atau frustasi. Para orang suci Hindu menyatakan “Kau dapat memiliki apa saja, namun jangan dimiliki oleh hal atau benda itu” maksudnya bahwa kita boleh memiliki benda apa saja, rumah, mobil, perhiasan dan benda – benda material lainnya, tetapi jangan sampai kita terikat/ terbelenggu oleh benda – benda tersebut.
Pendengar sedharma yang terkasih,
Raja Janaka adalah sebuah contoh yang sempurna untuk hal ini. Pada satu sisi beliau adalah seorang Raja dari sudut pandang duniawi dan disisi lain beliau adalah seorang Spiritualis besar yang dikenal di India. Pahamilah bahwa Yogi yang berkelahi untuk sebuah selimut di ketinggian Himalaya pada musim dingin tidak lebih baik dari pada orang biasa. Keduanya dikuasai oleh amarah dan keserakahan. Jadi perubahan dalam kesadaran lebih penting dari pada perubahan penampakan luar atau gaya hidup.
Pendengar Sedharma yang berbahagia,
Menerima dan mengerti kesadaran Tuhan juga memiliki kesulitan, Swami Wiwekananda mengalami hal ini, ketika pertama kali Sri Ramakrisna Paramahamsa, gurunya, membuatnya menyadari Tuhan karena kesadaran beliau belum sampai pada tingkat yang tinggi pada saat itu. Swami Wiwekananda yang sebelumnya bernama Narendra mengajukan pertanyaan “sudahkah engkau melihat Tuhan” hanya Sri Ramakrisna Paramahamsa yang menjawab dengan berkata ”Nak aku melihatNya seperti aku melihatmu” lalu menyentuh kepala Wiwekananda, begitu disentuh tiba – tiba Wiwekananda menangis sekeras. Dikatakan bahwa kekuatan yang dia terima begitu besar hingga tidak mungkin ditahan olehnya dan dia berteriak, “tinggalkan aku, Tuan aku masih punya ibu dan ayah dirumah”.
Pendengar sedharma,
Sesungguhnya tidak ada jalan untuk keluar bagi kita. Tuhan begitu dekat, namun Beliau tidak dapat datang kepada kita, karena kita membiarkannya menjauh. Untuk mencapai kesadaran Tuhan kita tidak harus hafal semua isi kitab suci. Yang kita perlukan adalah ketulusan kita dalam mencari kebenaran tertinggi. Kitab suci hanyalah sarana bantuan untuk mencari Tuhan, bukanlah keharusan mencapai Tuhan. Jika seseorang mahir atau tidak, jika ia tulus untuk mengetahui kebenaran, maka akhirnya dia akan mencapai kebenaran. Tuhan akan menamakan diri pada mereka yang menyerahkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan. Tuhan meminta pengabdian yang tidak dipertanyakan, yang sepenuh hati dari penyembahNya dan tidak ada disebutkan seseorang harus mempelajari kitab suci.
Pendengar Sedharma yang saya cintai,
Marilah kitab tumbuhkan merupakan mental dan rasa bhakti kita kehadapan Sanghyang Widhi Wasa, karena inilah cara terbaik untuk kita dekat dengan Beliau dan mendapatkan kesadaran akan Tuhan, dengan cara ini semoga kita dapat mencapai kedamaian dan harmoni dalam hidup.
Saudara Sedharma yang terkasih,
Demikian yang dapat saya sampaikan dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata; “Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”
“Ya Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH SANTIH SANTIH OM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar