KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN
Om Swastyastu,
Om Awignam Astu Namosidham, Om sidhirastu tat astu astu swaha, Om Anobadrah
Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala
penjuru), Saudara Pendengar sedharma yang berbrahagia, Puja dan Puji syukur
kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena
Atas segala Anugrahnya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga
dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa kembali pada acara Renungan Agama
Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini
adalah tentang “KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN”.
Pendengar
Umat Sedharma yang berbahagia,
Kebahagiaan
tidak diukur dari apa yang kita miliki atau kebahagiaan juga tidak bersumber
dari harta yang melimpah, uang yang banyak atau dan lain sebagainya. Kebahagiaan
seseorang juga tidak dilihat dari setatus sosial seseorang atau jabatan yang ia
miliki, melainkan kebahagiaan itu sejauh mana ia dapat menekan ambisi atau apa
yang menjadi kehendak hatinya. Seperti yang telah di sebutkan dalam weda, musuh
yang sangat susah atau sukar kita kalahkan dan taklukkan adalah musuh yang ada
dalam diri kita, jadi sehebat-hebatnya atau sekuat-kuatnya musuh dalam
pertempuran di medan perang atau musuh yang dapat kita lihat, ia masih dapat di
kalahkan, tetapi musuh yang berada dalam diri kitalah yang sulit untuk kita
kalahkan. Pertanyaannya, Kenapa musuh dalam diri kita sulit untuk kita
kalahkan??
Pendengar
Umat Sedharma yang saya cintai,
Manusia itu
mahluk yang unik. Ia dapat bergerak, berbicara (berkomunikasi) dan ia dapat
berfikir, oleh karena itu berbagai kelebihan telah manusia miliki dan berbagai
keaneka ragaman manusia juga miliki. Tidak telepas dari sifat juga, sampai saat
ini masih belum jelas awal tejadinya manusia, baik dari segi sejarah dengan
teori Darwin yang menceritakan manusia berasal dari kera. Begitu juga dari
kepercayaan (Agama) yang mana manusia berasal dari Adam dan Hawa. Dari kedua
sumber tersebut sangat bertolak belakang. Yang mana manusia melalui evolusi
yang sangat banjang sehingga membentuk manusia yang cerdas seperti saat ini,
serta melalui Adam dan Hawa sehingga manusia tidak lepas dari dosa dan karma. Oleh
karena itu kepandaian dan logika manusia telah terbentuk jauh sebelum manusia
seperti ini dan perbuatan (karma) sehingga menyebabkan dosa atau (phala) itu
juga sudah ada sejak dahulu. Sehingga manusia tidak akan terlepas itu semua dan
sifat serta karakter telah terbentuk dari taraf pikiran serta logika yang ia
miliki.
Pendengar
Umat Sedharma dimanapun anda berada,
Jelas
bahwasanya, sifat manusia terbentuk dari apa yang ia miliki dan dari apa yang
ia inginkan. Oleh karena itu sifat manusia satu dengan manusia lainnya tidak
sama alias berbeda sesuai apa yang ia pikirkan dan sesuai apa yang ia inginkan,
karena pikiran serta logika manusia berbeda-beda sehingga hal tersebut
membentuk sebuah sifat dan karakter yang di buktikan dengan tingkah laku serta
pola pikir yang ia miliki. Dengan demikian, kenapa pendidikan menjadi kunci
dari pada pembentukan sifat, karekter, tingkah laku dan lain sebagainnya,
karena pendidikan dapat merubah pola pikir manusia, sehingga tidak salah
pendidikan dikatakan sebagai pintu gerbang pembebasan atau pintu gerbang
kemerdekaan yang hakiki bagi setiap umat manusia.
Pendengar
Umat Sedharma yang berbahagia,
Manusia
merupakan mahluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri, serta setiap manusia
memiliki ego yang berbeda-beda antara manusia satu dengan manusia yang lainnya
untuk dapat menunjukkan keAkuannya atau kemampaunnya melalui berbagai cara. Yang
mana ego tersebut merupakan sebuah senjata bagi manusia untuk dapat membuktikan
bahwa ia (manusia) dapat menunjukann eksistensinya (keberadaannya) sebagai manusia
yang memiliki berbagai hal, oleh karena itu manusia tidak dapat lepas dari
Karma dan yang pasti manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki
serta menginginkan lebih dari apa yang sudah ia meiliki dan bahkan mungkin
sifat manusia selalu iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Itulah sifat
alamiah manusia, Maka dari egoisme manusia itu semua terjadi, oleh karena itu
pikiran dan logikalah yang dapat menyetir atau menentukan tindakan apa yang
harus dilakukan oleh manusia tersebut, sehingga manusia dapat mengendalikan
hawa nafsu serta sifat-sifat keserakahannya yaitu Asura Sampat (sifat keraksasaan).
Tetapi manusia yang hidup dia harus melakukan perbuatan atau melakukan
seusatu untuk mempertahankan hidupnya (beradap tasi) dari berbagai hal dan
kemungkinan yang mengancam manusia oleh karena itu tertuang Dalam Bagawatgita
(II.8) dikatakan:
“Bekerjalah
seperti yang telah ditentukan,
Sebab
berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat,
Dan
bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya”
Dan dalam
Bagawatgita (II.7) dikatakan:
“Sesungguhnya orang yang dapat
mengendalikan panca indranya dengan pikiran,
Wahai arjuna, dengan panca indranya bekerja
tanpa keteriakatan,
Ia adalah sangat di hormati”
Pendengar
Umat Sedharma yang saya cintai,
Arti sloka
tersebut menegaskan kita sebagai manusia harus berbuat entah salah atau benar,
tetapi semua itu harus berdasar pada pikiran atau logika dan bersandar pada
dharma (kebaikan) sehingga apa yang kita lakukan dan perbuat tidak menyakiti
oenag lain bahkan tidak melukainya, melainkan membat ornag lain bahagia,
sehingga dengan dmikian keharmonisan di antara sesama manusia atau sesama
makluk hidup ciptaan Tuhan. Dan oleh karena itu kita tidak akan lepas dari
pepatah yang mengatakan “padi semakin berisi maka ia akan semakin merunduk” dan
manusia yang memiliki ilmu lebih maka ia tidak akan sombong dan bahkan lelalu
merendah diri. Itulah peribahasa yang tidak dapat kita pungkiri.
Pendengar
Umat Sedharma yang berbahagia
Dari apa yang
telah saya sampaikan tadi inti dari semua adalah kesederhanaan, baik
kesederhanaan dalam ucapan, tingkah laku dan intinya kesederhanaan dapam
berfikir (logika) sehingga pikiran atau logika dapat mengendalikan panca indra
untuk dapat melakukan kebaikan (dharma) sehingga kebahagiaan hakiki dapat kita
rasakan bersama.
Pendengar sedharma,
Demikianlah yang
dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, semoga apa yang saya
sampaikan bermanfaat untuk kita semua. Serta Saya ucapkan selamat menyambut
hari Raya Natal bagi umat Nasrani. Akhir kata;
“Om Loka samastha sukhino bhawantu”
“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH,
SANTIH, SANTIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar