Kamis, 20 Januari 2022

KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN

 KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN


Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om sidhirastu tat astu astu swaha, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Saudara Pendengar sedharma yang berbrahagia, Puja dan Puji syukur kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena Atas segala Anugrahnya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa kembali pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang “KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN.

 

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Kebahagiaan tidak diukur dari apa yang kita miliki atau kebahagiaan juga tidak bersumber dari harta yang melimpah, uang yang banyak atau dan lain sebagainya. Kebahagiaan seseorang juga tidak dilihat dari setatus sosial seseorang atau jabatan yang ia miliki, melainkan kebahagiaan itu sejauh mana ia dapat menekan ambisi atau apa yang menjadi kehendak hatinya. Seperti yang telah di sebutkan dalam weda, musuh yang sangat susah atau sukar kita kalahkan dan taklukkan adalah musuh yang ada dalam diri kita, jadi sehebat-hebatnya atau sekuat-kuatnya musuh dalam pertempuran di medan perang atau musuh yang dapat kita lihat, ia masih dapat di kalahkan, tetapi musuh yang berada dalam diri kitalah yang sulit untuk kita kalahkan. Pertanyaannya, Kenapa musuh dalam diri kita sulit untuk kita kalahkan??     

 

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,

Manusia itu mahluk yang unik. Ia dapat bergerak, berbicara (berkomunikasi) dan ia dapat berfikir, oleh karena itu berbagai kelebihan telah manusia miliki dan berbagai keaneka ragaman manusia juga miliki. Tidak telepas dari sifat juga, sampai saat ini masih belum jelas awal tejadinya manusia, baik dari segi sejarah dengan teori Darwin yang menceritakan manusia berasal dari kera. Begitu juga dari kepercayaan (Agama) yang mana manusia berasal dari Adam dan Hawa. Dari kedua sumber tersebut sangat bertolak belakang. Yang mana manusia melalui evolusi yang sangat banjang sehingga membentuk manusia yang cerdas seperti saat ini, serta melalui Adam dan Hawa sehingga manusia tidak lepas dari dosa dan karma. Oleh karena itu kepandaian dan logika manusia telah terbentuk jauh sebelum manusia seperti ini dan perbuatan (karma) sehingga menyebabkan dosa atau (phala) itu juga sudah ada sejak dahulu. Sehingga manusia tidak akan terlepas itu semua dan sifat serta karakter telah terbentuk dari taraf pikiran serta logika yang ia miliki.

 

Pendengar Umat Sedharma dimanapun anda berada,

Jelas bahwasanya, sifat manusia terbentuk dari apa yang ia miliki dan dari apa yang ia inginkan. Oleh karena itu sifat manusia satu dengan manusia lainnya tidak sama alias berbeda sesuai apa yang ia pikirkan dan sesuai apa yang ia inginkan, karena pikiran serta logika manusia berbeda-beda sehingga hal tersebut membentuk sebuah sifat dan karakter yang di buktikan dengan tingkah laku serta pola pikir yang ia miliki. Dengan demikian, kenapa pendidikan menjadi kunci dari pada pembentukan sifat, karekter, tingkah laku dan lain sebagainnya, karena pendidikan dapat merubah pola pikir manusia, sehingga tidak salah pendidikan dikatakan sebagai pintu gerbang pembebasan atau pintu gerbang kemerdekaan yang hakiki bagi setiap umat manusia.     

 

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Manusia merupakan mahluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri, serta setiap manusia memiliki ego yang berbeda-beda antara manusia satu dengan manusia yang lainnya untuk dapat menunjukkan keAkuannya atau kemampaunnya melalui berbagai cara. Yang mana ego tersebut merupakan sebuah senjata bagi manusia untuk dapat membuktikan bahwa ia (manusia) dapat menunjukann eksistensinya (keberadaannya) sebagai manusia yang memiliki berbagai hal, oleh karena itu manusia tidak dapat lepas dari Karma dan yang pasti manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki serta menginginkan lebih dari apa yang sudah ia meiliki dan bahkan mungkin sifat manusia selalu iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Itulah sifat alamiah manusia, Maka dari egoisme manusia itu semua terjadi, oleh karena itu pikiran dan logikalah yang dapat menyetir atau menentukan tindakan apa yang harus dilakukan oleh manusia tersebut, sehingga manusia dapat mengendalikan hawa nafsu serta sifat-sifat keserakahannya yaitu Asura Sampat (sifat keraksasaan).  Tetapi manusia yang hidup dia harus melakukan perbuatan atau melakukan seusatu untuk mempertahankan hidupnya (beradap tasi) dari berbagai hal dan kemungkinan yang mengancam manusia oleh karena itu tertuang Dalam Bagawatgita (II.8) dikatakan:

“Bekerjalah seperti yang telah ditentukan,

Sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat,

Dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya”

 

Dan dalam Bagawatgita (II.7) dikatakan:

“Sesungguhnya orang yang dapat mengendalikan panca indranya dengan pikiran,

Wahai arjuna, dengan panca indranya bekerja tanpa keteriakatan,

Ia adalah sangat di hormati”

 

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,

Arti sloka tersebut menegaskan kita sebagai manusia harus berbuat entah salah atau benar, tetapi semua itu harus berdasar pada pikiran atau logika dan bersandar pada dharma (kebaikan) sehingga apa yang kita lakukan dan perbuat tidak menyakiti oenag lain bahkan tidak melukainya, melainkan membat ornag lain bahagia, sehingga dengan dmikian keharmonisan di antara sesama manusia atau sesama makluk hidup ciptaan Tuhan. Dan oleh karena itu kita tidak akan lepas dari pepatah yang mengatakan “padi semakin berisi maka ia akan semakin merunduk” dan manusia yang memiliki ilmu lebih maka ia tidak akan sombong dan bahkan lelalu merendah diri. Itulah peribahasa yang tidak dapat kita pungkiri.  

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia

Dari apa yang telah saya sampaikan tadi inti dari semua adalah kesederhanaan, baik kesederhanaan dalam ucapan, tingkah laku dan intinya kesederhanaan dapam berfikir (logika) sehingga pikiran atau logika dapat mengendalikan panca indra untuk dapat melakukan kebaikan (dharma) sehingga kebahagiaan hakiki dapat kita rasakan bersama.

Pendengar sedharma,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat untuk kita semua. Serta Saya ucapkan selamat menyambut hari Raya Natal bagi umat Nasrani. Akhir kata;

“Om Loka samastha sukhino bhawantu”

“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...