Kamis, 20 Januari 2022

DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI

 DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI


Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah (Ya Tuhan Semoga pikiran yang baik datang dari segala Arah), pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun berada. Pertama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah “DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI

Saudara pendengar umat Sedharma,

Demokrasi di Indonesia masih diselengarakan sangat kuno. Karena nuansa permusuhan dalam dinamika demokrasi masih belum reda. Berbeda itu diartikan bermusuhan. Berbeda itu tidak diartikan sebagai peluang untuk bersinergi saling isi mengisi. Ini dibuktikan setiap Pemilu seperti saat ini yang akan kita laksanakan pada tangal 9 Desember 2020 ada gejala permusuhan dan saling sikut. Perbedaan dalam demokrasi belum dirasakan sebagai keindahan dengan jalan mensinergikannya. Perbedaan itu masih dijadikan ajang pemusuhan. Semestinya perbedaan itu dijadikan ajang adu visi dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang kuat dalam membela kepentingan  rakyat banyak.

Pendengar sedharma dimanapun anda berada,

Perbedaan itu jangan dijadikan ajang adu kekerasan fisik, sampai-sampai menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang sia-sia. Hal itu jelas tidak sesuai dengan ajaran Ahimsa dalam ajaran Hindu. Mempengaruhi mereka yang berbeda sering mengunakan cara-cara primitif, seperti intimidasi, provokasi, janji-janji yang muluk-muluk, serta menggunakan cara-cara kasar dan kekerasan dalam menggalang masyarakat pendukung. Tetapi domokrasi menggalang dukungan massa dengan adu kekuatan fisik membakar emosi yang berkobar-kobar itu sering terjadi. Dinamika demokrasi untuk menampung dan merumuskan aspirasi rakyat semestinya melalui adu dialog sehat yang terbuka dan benar-benar obyektif. Yang didialogkan adalah, tentang persepsi dan visi masing-masing untuk diadu dengan argumentasi yang masuk akal. Persepsi dan visi tersebut hendaknya dituangkan menjadi konsep-konsep yang fragmatis mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kepentingan publik. Dan angkatlah apa yang paling serius dihadapi oleh rakyat yang mendambakan kehidupan yang aman dan sejahtra.

Pendengar sedharma yang saya cintai,

Demokrasi belum merupakan proses menjaring aspirasi rakyat lewat saluran supra dan infrastruktur politik. Padahal semuanya itu sudah ada sistim yang ditetapkan dengan suatu prangkat undang-undang sebagai hukum positif. Sayangnya hukum positif itu baru bentuk formalnya saja yang dijadikan acuan berdemokrasi. Tetapi realisasinya masih jauh dari norma hukum positif yang dihasilkan melalui proses demokratis. Apa lagi norma Agama sangat jarang disinggung sebagai landasan moral. Sangat jarang ada sejenis pencerahan rohani yang diselenggarakan oleh organisasi politik. Para politisi semestinya sudah memiliki kecerahan rohani dalam melakukan dinamika politik. Dengan rohani yang cerah dan kuat, maka para politisi tidak mudah terpancing melakukan kekerasan fisik maupun non fisik.

Pendengar sedharma yang berbahagia,

Jauh sebelum ada hajatan politik, semestinya organisasi politik memiliki program pencerahan dan penguatan moral dan mental para kadernya. Program itu dilakukan dengan kesadaran sendiri, bukan karena instruksi dari atas. Karena sungguh sangat mulia melatih kader-kader politik untuk mempersiapkan pengetahuannya, moral dan mentalnya agar mampu berpolitik dengan cara yang cantik. Politisi berpolitik tidak menghandalkan kekuatan fisik dan emosi rakyat pendukung untuk memenangkan kompetisi politik. Apa lagi berpolitik itu bukan arena adu fisik. Berpolitik itu arena adu visi. Berpolitik dalam negara demokrasi janganlah menggunakan ”hand“ tetapi had and heart. Artinya jangan menghandalkan kuatnya kepalan tangan untuk memukul. Tetapi gunakan kecerdasan otak dan hati nurani, karena merumuskan kehendak rakyat bukanlah pekerjaan yang mudah. Rakyat itu banyak juga maunya. Memperjuangkan kehendak tidaklah dimaksudkan untuk memenuhi segala permintaan rakyat. Masyarakat harus dimotivasi untuk mampu mandiri., serta mana yang harus diupayakan sendiri dan mana yang menjadi kepentingan bersama yang harus diperjuangkan melalui jalur perwakilan.

Saudara sedharma di manapun anda berada,  

Pembangunan yang tidak cermat analisanya dapat membuat masyarkat menjadi tergantung. Selalu menunggu kucuran dana APBD dan APBN. Perlu kita ketahui, negara yang kuat adalah negara dimana masyarakatnya mandiri dan tidak cengeng. Apabila kehidupan hanya mengandalkan bantuan dari atas, maka tidak akan membuat negara menjadi kuat.

Pendengar sedharma yang saya banggakan,

Menurut paradigma demokrasi, rakyatlah sesungguhnya atasan dari mereka yang berada di legislatif, eksekutif, dan yudigatif. Bahkan saat bangkitnya demokrasi ada slogan orang barat mengatakan  “vox populi vox dei”. Artinya suara rakyat adalah suara Tuhan. Tetapi pada kenyataanya dalam keadaan dinamika legislatif, eksekutif, dan yudigatif lah yang tidak normatif, sehingga yang menjadi korban pertama justru rakyat. Dan yang paling banyak menjadi korban kekerasan dan kerusuhan dengan latar belakang politik adalah rakyat yang berada diakar rumput.

Pendengar Sedharma yang Saya Banggakan,

Berpolitik dalam dinamika demokrasi hendaknya menyiapkan kader-kader dengan memiliki visi yang kuat untuk memperjuangkan nasib rakyat, bangsa dan negara. Dan intinya kader politik itu janganlah hanya berbekal ilmu bela diri tanpa berwawasan yang luas dan dalam. Karena itu pendidikan kaderlah yang harus didahulukan dalam menggalang kekuatan politik. Sehingga bukan sekedar mengejar kursi empuk sesaat. Melainkan organisasi politik harusnya memiliki visi jauh kedepan untuk membangun sistim politik yang kuat serta menciptakan stabilitas sosial politik yang dinamis.  Sehingga jadinya yang disebut kader itu bukanlah sekedar pintar mengumpulkan massa dan suara. Tetapi Utamakanlah pendidikan kader yang benar-benar dapat diandalkan dalam berpolitik mengemban amanat penderitaan rakyat. Dan sebentar lagi kita akan merayakan hajatan itu semua, oleh karena itu marilah kita berpandai-pandai untuk memilih kader serta pemimpin yang dapat mengemban amanah untuk mensejahterakan kita semua.

Saudara sedharma yang saya cintai,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaiakn bermanfaat demi terbukanya pikiran kita semua serta memberi manfaat bagi kita semua untuk menjaga keutuhan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan semoga pesta demokrasi kita besok tanggal 9 Desember berjalan dengan aman, serta marilah kita memilih Bupati kita yang pro rakyat dan jagan sampai GOLPUT.  akhir kata:

Om Loka Samastha sukhino bhawantu

“Ya Tuhan semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...