DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI
Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham,
Om anobadrah kratavo yantu visvatah (Ya Tuhan Semoga pikiran yang baik datang dari
segala Arah), pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun berada.
Pertama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena atas segala Asung Kerta Wara
Nugraha-Nya, kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang
disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah “DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI”
Saudara pendengar umat Sedharma,
Demokrasi di
Indonesia masih diselengarakan sangat kuno. Karena nuansa permusuhan dalam
dinamika demokrasi masih belum reda. Berbeda itu diartikan bermusuhan. Berbeda
itu tidak diartikan sebagai peluang untuk bersinergi saling isi mengisi. Ini
dibuktikan setiap Pemilu seperti saat ini yang akan kita laksanakan pada tangal
9 Desember 2020 ada gejala permusuhan dan saling sikut. Perbedaan dalam
demokrasi belum dirasakan sebagai keindahan dengan jalan mensinergikannya.
Perbedaan itu masih dijadikan ajang pemusuhan. Semestinya perbedaan itu dijadikan
ajang adu visi dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang kuat dalam
membela kepentingan rakyat banyak.
Pendengar sedharma dimanapun anda berada,
Perbedaan itu
jangan dijadikan ajang adu kekerasan fisik, sampai-sampai menimbulkan korban
jiwa dan harta benda yang sia-sia. Hal itu jelas tidak sesuai dengan ajaran
Ahimsa dalam ajaran Hindu. Mempengaruhi mereka yang berbeda sering mengunakan
cara-cara primitif, seperti intimidasi, provokasi, janji-janji yang muluk-muluk,
serta menggunakan cara-cara kasar dan kekerasan dalam menggalang masyarakat
pendukung. Tetapi domokrasi menggalang dukungan massa dengan adu kekuatan fisik
membakar emosi yang berkobar-kobar itu sering terjadi. Dinamika demokrasi untuk
menampung dan merumuskan aspirasi rakyat semestinya melalui adu dialog sehat
yang terbuka dan benar-benar obyektif. Yang didialogkan adalah, tentang
persepsi dan visi masing-masing untuk diadu dengan argumentasi yang masuk akal.
Persepsi dan visi tersebut hendaknya dituangkan menjadi konsep-konsep yang
fragmatis mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kepentingan publik. Dan angkatlah
apa yang paling serius dihadapi oleh rakyat yang mendambakan kehidupan yang
aman dan sejahtra.
Pendengar sedharma
yang saya cintai,
Demokrasi
belum merupakan proses menjaring aspirasi rakyat lewat saluran supra dan
infrastruktur politik. Padahal semuanya itu sudah ada sistim yang ditetapkan
dengan suatu prangkat undang-undang sebagai hukum positif. Sayangnya hukum
positif itu baru bentuk formalnya saja yang dijadikan acuan berdemokrasi. Tetapi
realisasinya masih jauh dari norma hukum positif yang dihasilkan melalui proses
demokratis. Apa lagi norma Agama sangat jarang disinggung sebagai landasan
moral. Sangat jarang ada sejenis pencerahan rohani yang diselenggarakan oleh
organisasi politik. Para politisi semestinya sudah memiliki kecerahan rohani
dalam melakukan dinamika politik. Dengan rohani yang cerah dan kuat, maka para
politisi tidak mudah terpancing melakukan kekerasan fisik maupun non fisik.
Pendengar sedharma yang berbahagia,
Jauh sebelum
ada hajatan politik, semestinya organisasi politik memiliki program pencerahan
dan penguatan moral dan mental para kadernya. Program itu dilakukan dengan
kesadaran sendiri, bukan karena instruksi dari atas. Karena sungguh sangat
mulia melatih kader-kader politik untuk mempersiapkan pengetahuannya, moral dan
mentalnya agar mampu berpolitik dengan cara yang cantik. Politisi berpolitik
tidak menghandalkan kekuatan fisik dan emosi rakyat pendukung untuk memenangkan
kompetisi politik. Apa lagi berpolitik itu bukan arena adu fisik. Berpolitik
itu arena adu visi. Berpolitik dalam negara demokrasi janganlah menggunakan
”hand“ tetapi had and heart. Artinya jangan menghandalkan kuatnya kepalan
tangan untuk memukul. Tetapi gunakan kecerdasan otak dan hati nurani, karena merumuskan
kehendak rakyat bukanlah pekerjaan yang mudah. Rakyat itu banyak juga maunya.
Memperjuangkan kehendak tidaklah dimaksudkan untuk memenuhi segala permintaan
rakyat. Masyarakat harus dimotivasi untuk mampu mandiri., serta mana yang harus
diupayakan sendiri dan mana yang menjadi kepentingan bersama yang harus
diperjuangkan melalui jalur perwakilan.
Saudara sedharma di manapun anda berada,
Pembangunan
yang tidak cermat analisanya dapat membuat masyarkat menjadi tergantung. Selalu
menunggu kucuran dana APBD dan APBN. Perlu kita ketahui, negara yang kuat
adalah negara dimana masyarakatnya mandiri dan tidak cengeng. Apabila kehidupan
hanya mengandalkan bantuan dari atas, maka tidak akan membuat negara menjadi
kuat.
Pendengar
sedharma yang saya banggakan,
Menurut
paradigma demokrasi, rakyatlah sesungguhnya atasan dari mereka yang berada di
legislatif, eksekutif, dan yudigatif. Bahkan saat bangkitnya demokrasi ada
slogan orang barat mengatakan “vox
populi vox dei”. Artinya suara rakyat adalah suara Tuhan. Tetapi pada
kenyataanya dalam keadaan dinamika legislatif, eksekutif, dan yudigatif lah
yang tidak normatif, sehingga yang menjadi korban pertama justru rakyat. Dan yang
paling banyak menjadi korban kekerasan dan kerusuhan dengan latar belakang
politik adalah rakyat yang berada diakar rumput.
Pendengar Sedharma yang Saya Banggakan,
Berpolitik
dalam dinamika demokrasi hendaknya menyiapkan kader-kader dengan memiliki visi
yang kuat untuk memperjuangkan nasib rakyat, bangsa dan negara. Dan intinya kader
politik itu janganlah hanya berbekal ilmu bela diri tanpa berwawasan yang luas
dan dalam. Karena itu pendidikan kaderlah yang harus didahulukan dalam
menggalang kekuatan politik. Sehingga bukan sekedar mengejar kursi empuk
sesaat. Melainkan organisasi politik harusnya memiliki visi jauh kedepan untuk
membangun sistim politik yang kuat serta menciptakan stabilitas sosial politik
yang dinamis. Sehingga jadinya yang
disebut kader itu bukanlah sekedar pintar mengumpulkan massa dan suara. Tetapi Utamakanlah
pendidikan kader yang benar-benar dapat diandalkan dalam berpolitik mengemban
amanat penderitaan rakyat. Dan sebentar lagi kita akan merayakan hajatan itu
semua, oleh karena itu marilah kita berpandai-pandai untuk memilih kader serta
pemimpin yang dapat mengemban amanah untuk mensejahterakan kita semua.
Saudara
sedharma yang saya cintai,
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga
apa yang saya sampaiakn bermanfaat demi terbukanya pikiran kita semua serta
memberi manfaat bagi kita semua untuk menjaga keutuhan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dan semoga pesta demokrasi kita besok tanggal 9
Desember berjalan dengan aman, serta marilah kita memilih Bupati kita yang pro
rakyat dan jagan sampai GOLPUT. akhir
kata:
“Om Loka Samastha sukhino bhawantu”
“Ya Tuhan semoga seluruh isi alam berbahagia”
OM SANTIH,
SANTIH, SANTIH OM .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar