Kamis, 20 Januari 2022

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

 TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA


Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Saudara Pendengar sedharma yang berbahagia, Puja dan Puji syukur kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena Atas segala Anugrahnya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang “TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA”.

Pendengar umat Sedharma yang berbahagia,

Ada seorang tokoh mengatakan:

“Saya ingin menjadi orang yang saya inginkan,

Namun tidak pernah saya wujudkan”

Dalam salah satu karya pemikir kepemimpinan, penemuan diri dan perubahan pribadi dunia, adalah Sesuatu yang penting, namun terlihat sederhana menyentakkan kesadaran. Sesuatu yang mengingatkan kita untuk merenungkan hidup yang singkat dan apa yang telah kita lakukan untuk membuatnya menjadi berarti.

 

Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,

Mengingat kematian yang datang demikian tiba – tiba, tidak ada salahnya saat sehat kita bertanya kepada diri, kira – kira siapa saja yang akan menangis saat kita pergi? Siapa saja yang telah kita sentuh hidupnya saat kita masih punya kesempatan untuk hidup? Serta warisan apa saja yang bisa kita tinggalkan setelah kita menghembuskan nafas terakhir? Sebelum semua berakhir dan kita tidak memiliki apa – apa selain sebuah hati yang dipenuhi penyesalan atas hidup yang serba setengah – setengah, tidak ada waktu yang tepat kecuali saat ini untuk kita memulai memperbaiki sisi – sisi diri yang tak patut diwariskan, jika hari akhir itu tiba. Berikut beberapa hal penting, sederhana dan menggugah kesadaran kita untuk merenungkan kembali substansi hidup yang kita jalani ini.

 

 

 

Pendengar Sedharma,

”Marilah berbuat baik satu sama lain”. Sering kali kita percaya bahwa untuk menjalani kehidupan yang memuaskan, kita harus melakukan tindakan besar atau prestasi yang maha hebat. Pikiran itu jauh dari kebenaran. Karena hidup yang penuh makna diperoleh dari serangkaian tindakan sehari – hari yang sederhana. Tindakan kecil yang sopan, baik dan dilakukan dengan penuh ketulusan.

 

Pendengar sedharma dimanapun anda berada,

Setiap orang yang kita temui dan memasuki kehidupan kita, pasti memiliki satu pelajaran atau kisah untuk melengkapi kehidupan kita. Dan pada setiap kesempatan tersebut pula, kita memiliki satu kesempatan untuk menunjukkan belas kasih, interaksi yang menunjukkan sisi kemanusiaan kita. Jika dalam suatu interaksi tersebut kita bisa membahagiakan dan membuat orang terobati dengan kehadiran kita, mencerahkan suasana dan membuat orang tersenyum, tentulah suatu hari yang bermanfaat.

 

Pendengar Sedharma,

Satu kebaikan kecil, setiap hari dalam setiap interaksi walaupun terlihat sangat sederhana, bukan tidak mungkin akan membuat kita dikenang oleh banyak orang yang merasakan betapa berbedanya hari tanpa kita didalamnya. Orang bijak juga mengajarkan bahwa, benang merah dari kehidupan yang penuh makna dan sukses adalah disiplin diri. Tanpa disiplin diri, kita tidak dapat menentukan tujuan dengan jelas, mengatur waktu dengan efektif, memperlakukan orang dengan baik, melalui saat – saat sulit, memperhatikan kesehatan atau memikirkan hal – hal positif lainnya.

 

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Disiplin diri juga dikenal dengan “cinta yang teguh”, karena tegas kepada diri sendiri sebenarnya adalah gerakan mencintai. Dengan tegas kepada diri sendiri kita akan menjalani hidup lebih berhati – hati. Semakin tegas kita pada diri sendiri, semakin mudah kita menjalani hidup. Jangan lupa bahwa kualitas hidup kita ditentukan oleh kualitas pilihan dan keputusan kita. Jika kita konsisten untuk mengambil keputusan – keputusan yang kita yakini benar (bukan hanya mudah), saat itulah kita mampu mengendalikan hidup kita.

 

Pendengar Sedharma,

Orang yang efektif dan merasa puas, tidak akan menghabiskan waktu melakukan hal – hal yang paling nyaman dan mudah. Mereka memiliki keberanian untuk mendengarkan hati dan melakukan hal – hal yang bijaksana. Orang yang sukses memiliki kebiasaan melakukan hal – hal yang tidak disukai oleh orang yang gagal. Penulis Inggris dari abad ke – 19, Thomas Hendry Huxley juga meninggalkan mutiara pemikiran yang tetap relevan untuk kita terapkan hari ini, ”Mungkin hasil yang paling berharga dari semua pendidikan adalah kemampuan membuat diri sendiri untuk melakukan hal – hal yang hal itu dilakukan ketika harus dilakukan, tidak peduli kita senang atau tidak senang melakukannya”.

 

Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai

Dari penjelasan tadi, kita sebagai umat yang beragama dan bertaqwa, serta manusia yang ber Tuhan, mari kita berbuat entah baik untuk kita atau tidak, tetapi yang terpenting adalah yang terbaik untuk bangsa dan Negara kita. Karena kita tidak ada artinya apabila kemerdekaan Indonesia tidak di perjuangan oleh pejuang-pejuang kita.

 

Pendengar Sedharma,

Saya mengutip pidato presiden kita pertama mengatakan “musuhku lebih mudah, karena hanya berperang mengusir penjajah, tetapi musuhmu akan susah, karena kamu berperang dengan saudaramu sendiri”. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama memperbaiki sifat dan karekter kita yang akan menghancurkan Negara kita sendiri.

 

Pendengar Sedharma dimanapun anda berada,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Dan semoga ini semua dapat memberi manfaat untuk kita dan Negara kita, dan semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa menganugrahkan kerahayuan untuk kita semua. Akhir kata;

 “Om Lokasamasta sukhino bhawantu”.

“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


AYO KERJA dan AYO BERKARMA

 AYO KERJA dan AYO BERKARMA


Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah (Semoga pikiran yang baik datang dari segala Arah), pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun berada. Pertama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu. Adapun Tema kita pagi ini adalah “AYO KERJA dan AYO BERKARMA”.

Saudara Sedharma yang berbahagia,

Dalam Sloka 10 Isa Upanisad menyebutkan;

Anyad evahur vidyaya
Anyad ahur avidyaya,
Iti susruma dhiranam
Ye nas tad vicacaksire

Yang Artinya:
“Sesungguhnya dikatakan lainlah akibatnya untuk vidya, lain pula dikatakan akibatnya untuk avidya, demikian didengar dari yang Maha Mengetahui, dijelaskan kepada kami”.

Pendengar sedharma,

Setiap orang mempunyai kewajiban untuk melakukan kerja dan usaha dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan manusia dan semua makhluk ciptaan dibelenggu dan diikat oleh lingkaran karma atau kerja. Bhagawan menciptakan segala makhluk beserta segala isinya tak terlepas dan lingkaran kerja atau karma. Dan Tuhan sendiri menjadi teladan bagi setiap umat manusia dan ciptaan untuk dapat melakukan kewajiban sebagaimana yang diamanatkan. Tuhan dalam segala aktifitasnya memberikan amanat kepada ciptaan untuk selalu berada dalam level kesadaran. Di sini maksudnya, tindakan yang dilakukan haruslah memberikan efek positif terhadap dunia atau alam semesta. Orang-orang bijaksana diharapkan bertindak dengan penuh kesadaran, karena mereka yang berpengetahuan dalam segala tindakannya mampu membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang kekal dan tidak kekal. Sehingga mereka yang berpengetahuan menikmati kebahagiaan jiwa nan abadi.

Pendengar Sedharma di manapun berada,

Mereka yang tidak berpengetahuan melakukan tindakan berdasarkan pada nafsu dan ketamakan, serta dikaburkan oleh selaput ilusi dan maya yang begitu tebal, sehingga dalam segala tindakannya menjadi penuh keragu-raguan dan kebingungan. Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk menjadi manusia yang berbudi dengan segala tindakan yang dilakukannya. Artinya manusia diharapkan kembali kepada kesadaran Tuhan dalam melaksanakan segala tugas dan kewajibannya. Karena hanya manusia yang bersandar kepada kesadaran Tuhan-lah akan dapat mencapai kebahagiaan dan kedamaian abadi, mengalami pencerahan dan mencapai penyatuan kehadapan-Nya. Manusia menjadi takabur akan segala kekuatan dan kemampuan fisiknya, karena mereka sesungguhnya belum mencapai tingkat kesadaran Tuhan, sehingga tindakan atau karma yang dilakukannya bersandar pada keakuan, keangkaramurkaan, keegoisan dan kepalsuan.

Pendengar Sedharma yang saya cintai,

Manusia dengan kelebihannya dan kemampuannya dalam mempertimbangkan mana yang kekal dan mana yang tidak kekal, antara yang baik dan tidak baik (Viveka), maka manusia harus mampu melepaskan diri dari kepalsuan dan kebodohan yang dapat menarik dan menjerat kehidupan ke alam neraka ini. Karena hanya manusia yang telah mampu menyadari keberadaan Tuhan yang eksis akan dapat melepaskan dirinya dari lingkaran penderitaan dan kesengsaraan. Penderitaan adalah lingkaran karma yang timbul dari kebodohan dan kegelapan. Oleh karena itu berkarma dengan kesadaran itu menjadi sangat penting, disebabkan kerja atau tindakan atas dasar kesadaran dengan karma yang dilakukan tanpa kesadaran hasilnya akan berbeda. Mereka yang bertindak atas kesadaran atau atas dasar pengetahuan, maka mereka akan datang dan kembali kepada pencerahan dan kebahagiaan, tapi mereka yang bertindak dikaburkan oleh maya, kegelapan, dan kebodohan akan datang dan kembali pada kegelapan itu sendiri. Tetapi dalam kenyataannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tidak bisa terlepas dari dwalita kehidupan ini. Yakni antara baik dan buruk, susah dan senang, cerah dan redup dan lain sebagainya. Maka manusia mempunyai tugas dan peran yang sangat besar dalam kehidupannya, yakni membebaskan diri dari dwalita kehidupan. Tugas inilah yang paling berat.

Pendengar sedharma dimanapun anda berada,

Permasalahan ini muncul dan memang ada pada setiap ciptaan akan tetapi menjadi lebur dan menyatu pada manusia bijaksana yang telah mencapai pencerahan dan peningkatan spiritual. Tuhan sangat mencintai manusia, dan setiap saat hadir bersamanya, menyertai kehidupannya, hingga akhir hayat, namun terkadang, manusia tidak menyadarinya dan tetap menyalahkan Tuhan ketika dirinya ditimpa musibah dan malapetaka. Tuhan selalu hadir di dalam dirinya sebagai atma yang agung dan hadir pula di setiap langkah dan juga ada dan hadir di sekelilingnya dipenuhi oleh Tuhan, sehingga mereka yang berada pada level kesadaran Tuhan akan dapat merasakan kebahagian dan kedamaian di mana-mana.

Pendengar Sedharma,

Mereka yang telah menyadari hal ini, mampu menerima apa yang sepantasnya mereka terima sebagai lingkaran karma dalam kehidupannya. Mereka menjadi bahagia dengan segala seluk-beluk kehidupan dunia ini. Mereka dengan iklas membuka tangan perdamaian untuk saling merangkul satu dengan yang lainnya sebagai satu keluarga besar kemanusiaan dengan tanpa membedakan suku agama, warna kulit dan sebagainya. Yang dalam bahasa Veda disebut Basudeva Kutumbhakam.

Pendengar sedharma yang saya baggakan,

Tindakan kebodohan manusia adalah, sulitnya menerima apa yang sepantasnya mereka terima dalam kehidupan ini. Sehingga muncul penderitaan hidup. Memang sangat sulit untuk menjadi iklas menerima segala cobaan hidup ini, karena untuk bisa seperti itu manusia harus siap lahir batin. Itulah sebabnya mengapa banyak di antara kita ingin melepaskan diri dari penderitaan. Yakni dengan melakukan berbagai olah tapa, karma dan kebaktian kehadapan Tuhan itu sesungguhnya salah satu bentuk dan usaha untuk melepaskan diri dari segala cobaan hidup yang akan menghantamnya. Di sinilah manusia menjadi penting bertindak berdasarkan pada pengetahuan yang baik untuk nantinya dapat mengantarkan pada penyatuan dan kelepasan dari segala bentuk penderitaan duniawi. Bila uang yang kita dapat setiap hari dan dapat diamalkan dengan Yadnya dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kesejateraan dan kebahagian akan dapat segera diwujudkan. Sebab uang yang salah digunakan akan membawa kita kepada kesengsaraan belaka. Dengan demikian inti dari karma adalah kita bekerja sesuai dharma atau kebaikkan, agar kebahagiaan selalu menyelimuti kita.

Saudara Sedharma yang Saya Cintai,

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata;

“Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”

“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH SANTIH  SANTIH  OM


KEMEMIMPINAN ADALAH PANUTAN

 KEMEMIMPINAN ADALAH PANUTAN


OM SWASTYASTU, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, Pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun berada, selamat malam dan selamat berjumpa kembali dalam acara Renungan Agama Hindu yang di siarkan memaui RRI Nabire. Puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang  Widhi Wasa (TYME), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk berjumpa di acara ini. Adapun tema kita saat ini adalah “KEMEMIMPINAN ADALAH PANUTAN” .

Pendengar Sedharma yang Berbahagia,

Pemimpin, memimpin atau kepemimpinan tidak asing atau tidak jarang kita sebut-sebut atau mungkin kita dengar kata-kata tersebut. Tetapi apa yang terlintas di benak kita saat mendengar kata-kata tersebut?. Pemimpin adalah seseorang yang dapat menggerakkan sekumpulan orang-orang yang patuh dan taat serta hormat kepada pimpinnya tersebut. Tetapi jelas seorang pemimpin merupakan seseorang yang di hargai dan dihormati oleh sekelompok orang yang dapat di gerakkan tersebut pula. Itulah arti dari pemimpin.   

Saudara Sedharma dimanapun berada,

Jelas bahwasanya seorang pemimpinn adalah seseorang yang menjadi panutan dari kelompoknya tersebut. Seperti halnya sebuah perkumpulan baik perkumpulan yang sekala kecil, lokal, regional maupun nasional dan bahkan internasional memerlukan dan pasti membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memimpin serta harus cakap dalam memimpin anggotannya. Tetapi yang perlu kita ingat dan ketahui, bahwasanya seorang pemimpin tidak sekedar memimpin, tetapi seorang pemimpin harus memenuhi beberapa karakter atau kelebihan dari orang-orang yang dipimpinnya. Sebagian dari kelebihan seorang pemimpin adalah memiliki pandangan atau pola pikir dua kali atau bahkan lebih dari orang-orang yang dipimpinnya. Itulah kelebihannya.    

Pendengar Sedharma di manapun anda berada,

Tidak terlepas dari sifat dan karakter manusia. Hal dan sifat mendasar dari seorang pemimpin adalah jujur (satya wacana), adil dan tegas. Tetapi yang perlu kita ketahui bersama juga, bahwasanya kita semua yang ada di muka bumi ini (seluruh makluk hidup yang hidup di atas bumi ini) adalah Pemimpin!!!. Oleh karena itu, kita semua harus memiliki tiga sifat mendasar tersebut. Contohnya, Minimal kita seseorang yang mungkin tidak pernah dihiraukan oleh orang lain, tetapi kita adalah seorang pemimpin. Pertanyaanya? Dimana letaknya memimpinnya itu?. Seperti yang sudah saya sampaikan, pemimpin tidak hanya memimpin orang-orang dalam sebuah organisasi, melainkan kita sebagai makhluk hidup kita telah memimpin diri kita sendiri. Seperti halnya pikran dan perkataan kita memimpin seluruh organ yang ada dalam tubuh kita. Seperti halnya saat perut kita lapar, maka kita harus berfikir untuk mencari makan untuk member kebutuhan dari pada perut agar semua organ tubuh kita dapat bekerja maksimal. Hal ini memberikan contoh kecil, bahwasanyam perut adalam merupakan organ yang kita pimpin, seperti halnya lagi kita berfikir akan mengambil sesuatu, maka kita perlu tangan untuk mengambil nya, maka pikiran memimpin tangan untuk mengambil barang tersebut. Serta saat mata lelah, maka kita harus berfikir untuk mengistirahatkan mata kita dengan cera berbaring dan istirahat (tidur). Itulah contoh kecil pikiran kita telah dapat memimpin organ-organ yang ada dalam tubuh kita. Jadi yang memimpin dalam diri kita adalah pikiran (akal sehat kita).       

Saudara Sedharma yang saya banggakan,

Tidak berbeda dengan seseorang yang memimpin orang banyak. Jadi tetaplah seorang pemimpin sebelum memimpin orang lain, maka dia harus dapat memimpin dirinya sendiri, sehingga apabila dia mampu dan sukses dalam memimpin dirinya sendiri, maka niscaya seorang pemimpin tersebut dapat memimpin orang lain. Tetapi syarat mutlak dari seorang pemimpin adalah dia harus bertangungjawab atas segala perbuatannya, baik perbuatan yang dilakukannya sendiri atau yang membutuhkan orang lain. Serta seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan, sehingga dia memberi contoh-contoh perbuatan atau perilaku yang susila (baik), dengan demikian anggota yang dia pimpin juga dapat berbuat baik. Apa jadinya apabila seorang pemimpin berbuat melakukan asusila (perbuatan buruk), maka hal itu akan secara otomatis menular atau akan ditiru oleh anggotanya. Hal itu sudah menjadi teori yang pasti dan itu tidak dapat kita elakkan.   

Pendengar Sedharma yang berbahagia,

Pemimpin dalam masyarakat ada dua. Satu pemimpin formal yaitu dia yang memiliki struktur dalam garis pemerintah, seperti ketua RT, RW, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur sampai sorang Presiden, dan banyak lagi bagian-bagiannya. Kedua pemimpin nonformal yaitu pemuka agama atau pemuka adat. Itulah dua jenis pemimpin, tetadi dalam kerja dan tindakannya hamper sama, di asama-sama memimpin banyak ornag untuk melakukan sesuatu dengan tujuan bersama. 

Pendengar Sedharma yang saya Cintai,

Indonrsia adalah Negara kepulauan, Negara satu-satunya yang memiliki ribuan pulau, suku, adat dan budaya yang ada di bumi pertiwi ini. Itulah yang menjadi kelebihan dan nilai plus (+) untuk Indonesia, maka tidak heran Negara Indonesia itu merupakan Negara kaya, bahkan yang tidak kita ragugan lagi adalah Negara Indonesia memiliki kekayaan yang belum tentu di miliki Negara-negara lain, yaitu kekayaan hasil bumi serta harta yang dimiliki oleh bumi nusantara Indonesia seperti tambang minyak, emas, nikel, batu bara, dan yang paling berharga adalah uranium terbesar di dunia. Itulah hasil tambang, serta yang lainnya adalah hasil laut, seperti ikan, rumput laut, kerang dan masih banyak lagi, serta pemandangan alam yang bergitu indah dan asri yang belum tentu dimiliki oleh Negara-negara lain. Pertanyannya adalah kemana larinya harta yang be…….gitu banyak itu??. Perlu kita ketahui itulah pentingnnya kita bersama harus pikirkan. Bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan hal itu, maka penting ada seorang pemimpin yang dapat memimpin kita untuk memanfaatkan kekayaan bumi. Oleh karena itu seorang pemimpin juga harus menjadi panutan dalam bertingkah laku serta berbuat, dan pastinya pemimpin dalam mengambil kebijakan harus berpihak kepada anggotanya (rakyatnya) sehingga kita sebagai putra bangsa Indonesia dapat mengolah itu semua dengan rasa kasih sayang kita bersama dan rasa cinta kita kepada bumi pertiwi yang telah melimpahkan itu semua dan yang pastinya kita ucapkan banyak-banyak berterimakasih kepada yang pencipta TYME (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah melimpahkan itu semua.  

Pendengar sedharma yang berbahagia,

Demikian yang dapat saya sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan jagan lupa tangal 9 Desember kita menentukan masa depan Nabire yang lebih baik, untuk memilih pemimpin Nabire, serta kita tidak lupa akan pemimpin tunggal kita yaitu TYME.

“Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”

“Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH SANTIH  SANTIH  OM


DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI

 DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI


Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah (Ya Tuhan Semoga pikiran yang baik datang dari segala Arah), pendengar Sedharma yang berbahagia dimanapun berada. Pertama marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah “DEMOKRASI ITU AJANG ADU VISI

Saudara pendengar umat Sedharma,

Demokrasi di Indonesia masih diselengarakan sangat kuno. Karena nuansa permusuhan dalam dinamika demokrasi masih belum reda. Berbeda itu diartikan bermusuhan. Berbeda itu tidak diartikan sebagai peluang untuk bersinergi saling isi mengisi. Ini dibuktikan setiap Pemilu seperti saat ini yang akan kita laksanakan pada tangal 9 Desember 2020 ada gejala permusuhan dan saling sikut. Perbedaan dalam demokrasi belum dirasakan sebagai keindahan dengan jalan mensinergikannya. Perbedaan itu masih dijadikan ajang pemusuhan. Semestinya perbedaan itu dijadikan ajang adu visi dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang kuat dalam membela kepentingan  rakyat banyak.

Pendengar sedharma dimanapun anda berada,

Perbedaan itu jangan dijadikan ajang adu kekerasan fisik, sampai-sampai menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang sia-sia. Hal itu jelas tidak sesuai dengan ajaran Ahimsa dalam ajaran Hindu. Mempengaruhi mereka yang berbeda sering mengunakan cara-cara primitif, seperti intimidasi, provokasi, janji-janji yang muluk-muluk, serta menggunakan cara-cara kasar dan kekerasan dalam menggalang masyarakat pendukung. Tetapi domokrasi menggalang dukungan massa dengan adu kekuatan fisik membakar emosi yang berkobar-kobar itu sering terjadi. Dinamika demokrasi untuk menampung dan merumuskan aspirasi rakyat semestinya melalui adu dialog sehat yang terbuka dan benar-benar obyektif. Yang didialogkan adalah, tentang persepsi dan visi masing-masing untuk diadu dengan argumentasi yang masuk akal. Persepsi dan visi tersebut hendaknya dituangkan menjadi konsep-konsep yang fragmatis mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kepentingan publik. Dan angkatlah apa yang paling serius dihadapi oleh rakyat yang mendambakan kehidupan yang aman dan sejahtra.

Pendengar sedharma yang saya cintai,

Demokrasi belum merupakan proses menjaring aspirasi rakyat lewat saluran supra dan infrastruktur politik. Padahal semuanya itu sudah ada sistim yang ditetapkan dengan suatu prangkat undang-undang sebagai hukum positif. Sayangnya hukum positif itu baru bentuk formalnya saja yang dijadikan acuan berdemokrasi. Tetapi realisasinya masih jauh dari norma hukum positif yang dihasilkan melalui proses demokratis. Apa lagi norma Agama sangat jarang disinggung sebagai landasan moral. Sangat jarang ada sejenis pencerahan rohani yang diselenggarakan oleh organisasi politik. Para politisi semestinya sudah memiliki kecerahan rohani dalam melakukan dinamika politik. Dengan rohani yang cerah dan kuat, maka para politisi tidak mudah terpancing melakukan kekerasan fisik maupun non fisik.

Pendengar sedharma yang berbahagia,

Jauh sebelum ada hajatan politik, semestinya organisasi politik memiliki program pencerahan dan penguatan moral dan mental para kadernya. Program itu dilakukan dengan kesadaran sendiri, bukan karena instruksi dari atas. Karena sungguh sangat mulia melatih kader-kader politik untuk mempersiapkan pengetahuannya, moral dan mentalnya agar mampu berpolitik dengan cara yang cantik. Politisi berpolitik tidak menghandalkan kekuatan fisik dan emosi rakyat pendukung untuk memenangkan kompetisi politik. Apa lagi berpolitik itu bukan arena adu fisik. Berpolitik itu arena adu visi. Berpolitik dalam negara demokrasi janganlah menggunakan ”hand“ tetapi had and heart. Artinya jangan menghandalkan kuatnya kepalan tangan untuk memukul. Tetapi gunakan kecerdasan otak dan hati nurani, karena merumuskan kehendak rakyat bukanlah pekerjaan yang mudah. Rakyat itu banyak juga maunya. Memperjuangkan kehendak tidaklah dimaksudkan untuk memenuhi segala permintaan rakyat. Masyarakat harus dimotivasi untuk mampu mandiri., serta mana yang harus diupayakan sendiri dan mana yang menjadi kepentingan bersama yang harus diperjuangkan melalui jalur perwakilan.

Saudara sedharma di manapun anda berada,  

Pembangunan yang tidak cermat analisanya dapat membuat masyarkat menjadi tergantung. Selalu menunggu kucuran dana APBD dan APBN. Perlu kita ketahui, negara yang kuat adalah negara dimana masyarakatnya mandiri dan tidak cengeng. Apabila kehidupan hanya mengandalkan bantuan dari atas, maka tidak akan membuat negara menjadi kuat.

Pendengar sedharma yang saya banggakan,

Menurut paradigma demokrasi, rakyatlah sesungguhnya atasan dari mereka yang berada di legislatif, eksekutif, dan yudigatif. Bahkan saat bangkitnya demokrasi ada slogan orang barat mengatakan  “vox populi vox dei”. Artinya suara rakyat adalah suara Tuhan. Tetapi pada kenyataanya dalam keadaan dinamika legislatif, eksekutif, dan yudigatif lah yang tidak normatif, sehingga yang menjadi korban pertama justru rakyat. Dan yang paling banyak menjadi korban kekerasan dan kerusuhan dengan latar belakang politik adalah rakyat yang berada diakar rumput.

Pendengar Sedharma yang Saya Banggakan,

Berpolitik dalam dinamika demokrasi hendaknya menyiapkan kader-kader dengan memiliki visi yang kuat untuk memperjuangkan nasib rakyat, bangsa dan negara. Dan intinya kader politik itu janganlah hanya berbekal ilmu bela diri tanpa berwawasan yang luas dan dalam. Karena itu pendidikan kaderlah yang harus didahulukan dalam menggalang kekuatan politik. Sehingga bukan sekedar mengejar kursi empuk sesaat. Melainkan organisasi politik harusnya memiliki visi jauh kedepan untuk membangun sistim politik yang kuat serta menciptakan stabilitas sosial politik yang dinamis.  Sehingga jadinya yang disebut kader itu bukanlah sekedar pintar mengumpulkan massa dan suara. Tetapi Utamakanlah pendidikan kader yang benar-benar dapat diandalkan dalam berpolitik mengemban amanat penderitaan rakyat. Dan sebentar lagi kita akan merayakan hajatan itu semua, oleh karena itu marilah kita berpandai-pandai untuk memilih kader serta pemimpin yang dapat mengemban amanah untuk mensejahterakan kita semua.

Saudara sedharma yang saya cintai,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaiakn bermanfaat demi terbukanya pikiran kita semua serta memberi manfaat bagi kita semua untuk menjaga keutuhan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan semoga pesta demokrasi kita besok tanggal 9 Desember berjalan dengan aman, serta marilah kita memilih Bupati kita yang pro rakyat dan jagan sampai GOLPUT.  akhir kata:

Om Loka Samastha sukhino bhawantu

“Ya Tuhan semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


KEINDAHAN SEJATI

 KEINDAHAN SEJATI


Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (Ya Tuhan semoga segala kebajikan datang dari semua arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, Puja dan Puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME) karena kita masih berkesempatan untuk berjumpa pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita malam ini adalah “KEINDAHAN SEJATI”

 

Saudara pendengar umat Sedharma,

Kehidupan di dunia ini perlu keindahan. Karena hidup ini sebenarnya indah bila kita bisa menjalaninya dengan baik. Di tengah suka-duka kehidupan tentunya kita ingin ketenangan secara lahir dan batin. Ketenangan lahir dapat kita peroleh dengan terpenuhinya kebutuhan dasar kita, yaitu pangan, sandang dan papan. Tetapi Ketenangan batin erat kaitannya dengan keadaan pikiran, perasaan dan tingkat spitualitas setiap orang. Dan perlu kita ketahui, Tuhan menciptakan alam ini dengan berbagai keindahan den keunikan, sehingga kita dapat terkagum – kagum oleh karya Beliau, indahnya gunung, bukit – bukit laut dan keagungan Tuhan lainnya.

 

Pendengar sedharma dimanapun anda berada,

Bila kita menbaca majalah Warta Hindu Dharma, terbitan di Bali, maka pada bagian kulit luar (cover) maka kita akan membaca slogan sebagai motto majalah tersebut yaitu “Satyam, Siwam, Sundaram” yang artinya Kebenaran, Kebijaksanaan dan Keindahan. Bila kita selalu berpegang pada kebenaran, maka kita akan menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan ini. Setiap detik dari kehidupan kita akan menjadi indah dan menyenangkan, karena kita akan menjalani hidup selaras dengan hukum – hukum universal. Keindahan adalah jalan menuju kebahagiaan batin, bila kita pergi ketempat yang indah maka hati kita akan menjadi tenang, dan tentunya akan menjadi sebuah kebagiaan tersendiri bagi yang mampu merasakannya, dan berawal dari hal kecil seperti ini, marilah kita lekukan, agar keharmonisan di antara kita akan tetap terjaga.

 

Pendengar sedharma yang saya cintai,

Menurut kitab Nitisastra, keindahan sejati itu bukan kerana dari bentuk fisik, tetapi karena seseorang itu suka menolong. Seperti disebutkan dalam Sloka 28 disebutkan sebagai berikut :

 

Srotram srutenaiva na kundalena

Danena panirna tu kangkanena

Vibhati kayah karunamayanam

Paropakarena na candanena

Artinya :

Bukan karena anting – anting telinga menjadi indah, tetapi karena mendengar ajaran Weda, bukan karena gelang tangan menjadi indah, tetapi karena suka berderma atau berdana punia. Bukan karena bedak cendana badan menjadi indah tetapi karena suka menolong orang lain.

 

Pendengar sedharma yang berbahagia,

Anting – anting akan memberi keindahan kepada fisik pemakainya, tetapi dengan mendengar ajaran – ajaran Weda, merasakan ajaran Weda dan melaksanakan ajaran Weda, maka kita akan mendapatkan keindahan batin, telinga kita akan betul – betul bermanfaat dalam meningkatkan spiritualitas kita. Jiwa kita akan menjadi indah dan selalu berbahagia. Begitu juga halnya dengan Gelang yang hanya jadi hiasan ditangan pemakainya, tetapi berderma atau berdana punia akan menjadi hiasan sejati bagi jiwa kita. Tangan yang mengulurkan kebaikan bagi orang lain akan menebarkan benih – benih kebajikan yang akan tumbuh dan dipetik oleh penebarnya. Dan benih kebajikan itu akan mengantarkan kita kepada keindahan dan kebahagiaan sejati. Karena orang yang suka berderma atau berdana punia, maka ia akan menjadi orang bijaksana, karena melaksanakan kewajiban utama. Orang yang suka berderma telah mengembangkan sifat – sifat baik yang ada dalam dirinya dengan membuang keserakahan, dengan memberikan sebagian hartanya untuk orang lain yang membutuhkan. Itulah arti dan manfaat dari sebuah pemberian yang tulus ikhlas.

 

Saudara sedharma di manapun anda berada,

Seperti arti sloka tadi, bahwasanya Keindahan sejati bukan berasal dari  badan, bukan juga karena bedak cendana, melainkan karena suka menolong orang lain. Oleh karena itu Badan yang kita miliki ini, harus kita manfaatkan untuk berkarma baik, menabung karma baik dengan menolong orang lain tanpa pamrih, maka apapun akan menjadi keindahan bagi badan kita dan dunia akan tetap indah, manakala manusia selalu berbuat baik. Begitu pula sebaliknya jika manusia terus berbuat tidak baik, maka dunia ini akan menjadi kacau balau.

Pendengar sedharma yang saya banggakan,

Dengan karma baik, ibarat kita ini hidup di istana yang indah dan megah, tetapi bila kita dengan karma yang tidak baik, maka semua kenikmatan itu akan sirna. Untuk itu, marilah kita bersama – sama berusaha untuk berkarma baik, dengan saling menolong antar sesama, maka kita juga telah bersama – sama menjaga kedamaian di lingkungan kita tinggal, serta bersama – sama menciptakan kedamaian di tanah yang kita cintai ini, dan dengan demikian kita juga ikut menciptakan kedamaian untuk seluruh alam ini, dan semoga kita semua mendapatkan keindahan yang sejati.

 

Pendengar Sedharma yang Saya Banggakan,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, untuk itu marilah kita tekun melatih dan memberdayakan potensi yang ada dalam diri kita, dan kita manfaatkan untuk kepentingan orang banyak apa yang bisa kita kembangkan dan persembahkanlah kerja kita sebagai Wujud bakti kita kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dan semoga dapat memberi manfaat pada kita semua.

 

Saudara sedharma yang saya cintai,

Inilah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua. Akhir kata;

“Om Loka Samastha sukhino bhawantu”

“Ya Tuhan semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


PENGENDALIAN DIRI

 PENGENDALIAN DIRI


Om Swastyastu, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah) Pendengar umat Sedharma yang berbahagia dimanapun anda berada, Puja dan puji syukur patut kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang  Widhi Wasa (TYME), karena atas segala Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk Berbagi ajaran Beliau, dalam melalui proses evaluasi dan insptropeksi diri serta pengendalian diri kita menyongsong kehidupan yang lebih baik di tahun 2021. Dengan demikian maka Tema santapan rohani kita ini tentang PENGENDALIAN DIRI

Pendengar Sedharma yang saya banggakan,

Dalam kita beragama, kita tidak lepas dari  larangan dan tuntunan dari kitab Suci yang kita pedomani sebagai Sabda Tuhan (Weda) yang diturunkan oleh Sanghyang Widhi Wasa. Tuntunan ini berlaku umum kepada setiap manusia yang percaya akan Tuhan ini, baik kaum Brahmana/rohaniawan, ksatriya/pemimpin, kaum waisya/ pedagang/ pengusaha/ dan kaum sudra/ masyarakat kebanyakan, dengan demikain tidak ada hak atau perlakuan khusus bagi mereka yang memiliki kekuasaan dipemerintahan. Salah satu arahan dalam kitab suci yang harus kita pedomani bersama adalah DASA YAMA BRATA, yaitu sepuluh pengendalian diri yang harus kita lakukan.

Saudara Pendengar Sedharma dimanapun berada,

Ajaran agama Hindu menekankan pengendalian diri, karena bila tidak mengendalikan diri, maka nafsu – nafsu untuk berbuat jahat atau tidak baik akan mendominasi pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Oleh karena itu Pengendalian diri ini sangat penting kita lakukan, agar kita lebih merasakan bagaimana seharusnya melaksanakan prilaku manusia yang memiliki sifat kedewataan, dan hal ini yang akan mendorong kita ke sebuah kedamaian dan kebahagiaan yang abadi.

Saudara Pendengar Umat Sedharma,

Kita semua pasti ingin mengharapkan sorga atau bahkan moksa, tapi untuk mencapai tingkat ini kita harus melaksanakan Pengendalian diri dengan sebaik mungkin agar kita tidak terjebak dalam kesenangan duniawian.

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,

Dasa Yama Brata atau sepuluh pengendalian diri ini yang pertama yaitu ANRSAMSA yang artinya tidak kejam. Mampukah kita tidak kejam terhadap orang lain/makluk lain dan diri kita sendiri? Mengendalikan diri untuk tidak kejam terhadap orang lain, makluk lain bukanlah hal yang mudah, kita betul – betul harus mengendalikan pikiran, perkataan dan tingkah laku kita agar tidak menyakiti orang lain.

Pendengar Umat sedharma di manpun anda berada,

Pengendalian yang kedua disebut KSAMA artinya pemaaf. Menjadi orang yang pemaaf bukanlah hal mudah, perlu kesabaran dan keiklasan yang luar biasa dari dalam hati nurani kita. Bagi yang memiliki tingkat emosi yang labil tentu pengendalikan tahap KSAMA ini adalah ujian yang sangat berat.

Sering Pendengar sedharma yang saya cintai,

Pengendalian diri yang ketiga disebut SATYA maksudnya kita harus mampu bersikap jujur, setia dan selalu memegang kebenaran. Jaman Kali Yuga dimana ketidakbenaran merajalela dan kita dituntut untuk tetap jujur, setia dan selalu berpegang pada kebenaran, karena hal inilah yang akan membuat kita bisa dipercaya orang lain, dan inilah kekayaan terbesar yang akan mengantarkan kita pada kebenaran yang sesungguhnya.

Pendengar sedharma yang saya bangakan,

Dasa Yama Brata yang Keempat adalah, kita dituntut untuk tidak menyakiti atau membunuh secara sembarangan yang di dalam bahasa Sansekerta disebut AHIMSA. Walaupun manusia tiap hari melakukan pembunuhan tentu harus dipilah dan dipilih kapan pembunuhan itu bisa dilakukan. Di dalam ajaran agama Hindu disebutkan ada pembunuhan yang diperbolehkan, yaitu membunuh untuk upacara yadnya, membunuh untuk menghormati tamu, misalnya bila ada tamu kita memotong ayam, membunuh untuk kebutuhan hidup, kita perlu ikan/lauk untuk makan kita membunuh ikan, ayam ataupun yang lain, seperti membunuh untuk membela, yaitu menyelamatkan jiwa kita, misalnya membunuh nyamuk yang menggigit dan lainnya, inilah pembunuhan yang diperbolehkan.

Saudara pendengar yang berbahagia,

Yang kelima disebut DAMA artinya kita harus mampu mengendalikan hawa nafsu atau keinginan, karena hawa nafsu bila tidak dikendalikan, tidak direm – rem kemauannya, maka seluruh isi dunia ini tidak cukup untuk memenuhi keinginan satu orang manusia yang keinginannya terus menerus muncul dan tidak pernah terpuaskan oleh benda – benda di dunia ini.

Pendengar sedharma, Pengendalian yang keenam disebut ARJAWA yang artinya teguh pendirian dalam mempertahankan kebenaran. Kita dituntut untuk konsiten dengan apa yang telah kita ucapkan. Apalagi bagi para pemimpin harus memegang prinsip ini bila ingin dipercaya rakyatnya. Oleh karena itu, seorang pemimpin janganlah senang obral janji kosong, jangan senang menjanjikan sesuatu yang tidak masuk akal yang tidak mungkin terealisasikan.

Pendengar sedharma yang saya hormati,

Pengendalian yang ketujuh disebut PRITI atau welas asih atau kasih sayang sesama makluk. Sikap inilah yang harus kita bangun dan tanamkan didalam hati, pikiran dan kita wujudkan dalam ucapan serta tindakan. Tidak perlu kita bertengkar karena perbedaan pandangan, perbedaan baju, perbedaan kulit, maupun perbedaan yang lain. Dalam Weda mengajarkan tentang,”Vasu daiva kutum Bakam” yaitu bahwa semua makluk adalah bersaudara. Sifat welas asih inilah yang harus kita pupuk bersama untuk mencapai keharmonisan dan kebahagiaan dalam kehidupan kita ini.

Pendengar umat sedharma yang saya cintai,

Yang kedelapan kita diharapkan mampu berpikir jernih dalam pergaulan hidup atau yang disebut PRASADA, kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap orang lain, karena penilaian kita terhadap orang lain adalah cerminan tentang diri kita yang sesungguhnya.

Berikutnya yang kesembilan, kita harus ramah tamah atau disebut MADHURYA. Ramah tamah ini sangat penting kaitannya dengan hubungan sosial di masyarakat baik diorganisasi maupun kelompok sosial lainnya. Kita hendaknya tidak bersikap kasar terhadap sesama dan belajarlah selalu berbuat baik terhadap siapa saja.

Pendengar yang berbahagia,

Yang terakhir kita dituntut untuk bersikap lemah lembut atau yang disebut MARDAWA. Bersikap lemah lembut ini sangat baik, karena biasanya orang yang lemah lembut akan disukai oleh teman – temannya. Untuk itu marilah kita selalu bersikap baik dan ramah tamah terhadap sesama umat manusia.

Pendengar sedharma yang saya banggakan,

Demikian yang dapat saya sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. akhir kata; “Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu”

“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH SANTIH  SANTIH  OM


KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN

 KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN


Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om sidhirastu tat astu astu swaha, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Saudara Pendengar sedharma yang berbrahagia, Puja dan Puji syukur kita haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa), karena Atas segala Anugrahnya yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini kita dapat berjumpa kembali pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun topik Renungan kita malam ini adalah tentang “KESEDERHANAAN AWAL KEBAHAGIAAN.

 

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Kebahagiaan tidak diukur dari apa yang kita miliki atau kebahagiaan juga tidak bersumber dari harta yang melimpah, uang yang banyak atau dan lain sebagainya. Kebahagiaan seseorang juga tidak dilihat dari setatus sosial seseorang atau jabatan yang ia miliki, melainkan kebahagiaan itu sejauh mana ia dapat menekan ambisi atau apa yang menjadi kehendak hatinya. Seperti yang telah di sebutkan dalam weda, musuh yang sangat susah atau sukar kita kalahkan dan taklukkan adalah musuh yang ada dalam diri kita, jadi sehebat-hebatnya atau sekuat-kuatnya musuh dalam pertempuran di medan perang atau musuh yang dapat kita lihat, ia masih dapat di kalahkan, tetapi musuh yang berada dalam diri kitalah yang sulit untuk kita kalahkan. Pertanyaannya, Kenapa musuh dalam diri kita sulit untuk kita kalahkan??     

 

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,

Manusia itu mahluk yang unik. Ia dapat bergerak, berbicara (berkomunikasi) dan ia dapat berfikir, oleh karena itu berbagai kelebihan telah manusia miliki dan berbagai keaneka ragaman manusia juga miliki. Tidak telepas dari sifat juga, sampai saat ini masih belum jelas awal tejadinya manusia, baik dari segi sejarah dengan teori Darwin yang menceritakan manusia berasal dari kera. Begitu juga dari kepercayaan (Agama) yang mana manusia berasal dari Adam dan Hawa. Dari kedua sumber tersebut sangat bertolak belakang. Yang mana manusia melalui evolusi yang sangat banjang sehingga membentuk manusia yang cerdas seperti saat ini, serta melalui Adam dan Hawa sehingga manusia tidak lepas dari dosa dan karma. Oleh karena itu kepandaian dan logika manusia telah terbentuk jauh sebelum manusia seperti ini dan perbuatan (karma) sehingga menyebabkan dosa atau (phala) itu juga sudah ada sejak dahulu. Sehingga manusia tidak akan terlepas itu semua dan sifat serta karakter telah terbentuk dari taraf pikiran serta logika yang ia miliki.

 

Pendengar Umat Sedharma dimanapun anda berada,

Jelas bahwasanya, sifat manusia terbentuk dari apa yang ia miliki dan dari apa yang ia inginkan. Oleh karena itu sifat manusia satu dengan manusia lainnya tidak sama alias berbeda sesuai apa yang ia pikirkan dan sesuai apa yang ia inginkan, karena pikiran serta logika manusia berbeda-beda sehingga hal tersebut membentuk sebuah sifat dan karakter yang di buktikan dengan tingkah laku serta pola pikir yang ia miliki. Dengan demikian, kenapa pendidikan menjadi kunci dari pada pembentukan sifat, karekter, tingkah laku dan lain sebagainnya, karena pendidikan dapat merubah pola pikir manusia, sehingga tidak salah pendidikan dikatakan sebagai pintu gerbang pembebasan atau pintu gerbang kemerdekaan yang hakiki bagi setiap umat manusia.     

 

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Manusia merupakan mahluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri, serta setiap manusia memiliki ego yang berbeda-beda antara manusia satu dengan manusia yang lainnya untuk dapat menunjukkan keAkuannya atau kemampaunnya melalui berbagai cara. Yang mana ego tersebut merupakan sebuah senjata bagi manusia untuk dapat membuktikan bahwa ia (manusia) dapat menunjukann eksistensinya (keberadaannya) sebagai manusia yang memiliki berbagai hal, oleh karena itu manusia tidak dapat lepas dari Karma dan yang pasti manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki serta menginginkan lebih dari apa yang sudah ia meiliki dan bahkan mungkin sifat manusia selalu iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Itulah sifat alamiah manusia, Maka dari egoisme manusia itu semua terjadi, oleh karena itu pikiran dan logikalah yang dapat menyetir atau menentukan tindakan apa yang harus dilakukan oleh manusia tersebut, sehingga manusia dapat mengendalikan hawa nafsu serta sifat-sifat keserakahannya yaitu Asura Sampat (sifat keraksasaan).  Tetapi manusia yang hidup dia harus melakukan perbuatan atau melakukan seusatu untuk mempertahankan hidupnya (beradap tasi) dari berbagai hal dan kemungkinan yang mengancam manusia oleh karena itu tertuang Dalam Bagawatgita (II.8) dikatakan:

“Bekerjalah seperti yang telah ditentukan,

Sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat,

Dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya”

 

Dan dalam Bagawatgita (II.7) dikatakan:

“Sesungguhnya orang yang dapat mengendalikan panca indranya dengan pikiran,

Wahai arjuna, dengan panca indranya bekerja tanpa keteriakatan,

Ia adalah sangat di hormati”

 

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai,

Arti sloka tersebut menegaskan kita sebagai manusia harus berbuat entah salah atau benar, tetapi semua itu harus berdasar pada pikiran atau logika dan bersandar pada dharma (kebaikan) sehingga apa yang kita lakukan dan perbuat tidak menyakiti oenag lain bahkan tidak melukainya, melainkan membat ornag lain bahagia, sehingga dengan dmikian keharmonisan di antara sesama manusia atau sesama makluk hidup ciptaan Tuhan. Dan oleh karena itu kita tidak akan lepas dari pepatah yang mengatakan “padi semakin berisi maka ia akan semakin merunduk” dan manusia yang memiliki ilmu lebih maka ia tidak akan sombong dan bahkan lelalu merendah diri. Itulah peribahasa yang tidak dapat kita pungkiri.  

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia

Dari apa yang telah saya sampaikan tadi inti dari semua adalah kesederhanaan, baik kesederhanaan dalam ucapan, tingkah laku dan intinya kesederhanaan dapam berfikir (logika) sehingga pikiran atau logika dapat mengendalikan panca indra untuk dapat melakukan kebaikan (dharma) sehingga kebahagiaan hakiki dapat kita rasakan bersama.

Pendengar sedharma,

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat untuk kita semua. Serta Saya ucapkan selamat menyambut hari Raya Natal bagi umat Nasrani. Akhir kata;

“Om Loka samastha sukhino bhawantu”

“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


CATUR GURU

 CATUR GURU


Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (Ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah tentang “CATUR GURU

 

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Catur guru atau empat guru dalam kehidupan manusia, dalam bahasa sansekerta artinya empat penuntun yang mengemban tugas berat, tetapi mulia dan harus kita hormati sehari-hari. Dalam pemahaman bersama, guru adalah yang menghantarkan kita kepada sebuah kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian, baik dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat, di dalam keluarga, serta kedamaian dan kebahagiaan lahir batin dunia akhirat (setelah meninggal). Sehingga dengan demikian di dalam kita berguru hendaknya kita harus dapat menunjukkan sikap Guru bhakti yaitu dengan menunjukan sikap bhakti, hormat, setia, dan tunduk kepada guru, dengan cara tidak boleh duduk berhadapan-hadapan dengan guru, tidak boleh memutus pembicaraan guru, harus menurut apa yang diucapkan guru, bila melihat guru berjalan kita hendaknya berjalan di belakangnya dan tidak boleh mendahuluinya, bila kita berbicara dengan guru hendaknya pula kita tidak boleh menengok ke kanan ke kiri atau ke belakang melainkan kita harus memandang beliau serta mendengarkan dengan fokus. Sebenarnya itulah yang seharusnya kita dapat perbuat agar kita sebagai manusia yang serba kurang dan harus mencari sendiri berbagai kelebihan, baik ilmu pemgalaman, wawasan serta keterampilan dan bahkan harta kekayaan, maka itulah awal dari semuanya untuk kita mendapatkan dan memilikinya itu semua. Sehingga apa bila kita mendapatkan sesuatu dengan jalan yang baik, maka hasilnyapun akan jauh lebih baik dari apa yang kita inginkan.       

 

Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,

Itulah perilaku dan sifat yang harus kita terapkan dalam menuntut ilmu serta sikap kepada guru (catru guru). Dalam agama Hindu dikenal dengan istilah catur guru itu merupakan pembagian posisi serta peran dan fungsi di dalam struktur masyarakat, sehingga di dalam tatanan masyarakat ada poin-poin penting yang tidak boleh kita lupakan perannya yang telah mendorong dan mengajarkan kita sebagai manusia yang bermoral dan bermartabat, serta berguna bagi nusa dan bangsa. Itulah arti yang sebenarnya kenapa kita harus belajar, belajar dan belajar.

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia

Catur guru dalam ajaran agama Hindu atara lain: Guru Swadyaya, Guru Rupaka, Guru Pengajian dan Guru Wisesa. Begitu juga artinya, Guru Swadyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maga Esa, Guru Rupaka adalah kedua orang tua kita di rumah, Guru Pengajian adalah Guru kita di sekolah dan yang terakhir adalah Guru Wisesa adalah guru di masyarakat, antara lain masayakat di lingkungan kita atau masayarakat dalam artian luas yaitu penjabat publik atau pemerintah yang berperan banyak terhadap kesejahteraan dan ketentraman untuk masyarakatnya.   

Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada

Guru Swadyaya atau Guru Sejati yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maga Esa. Seperti yang saya sampaikan di atas, bahwasanya guru adalah penuntun/pemimpin kita yang mempunyai tugas berat. Sedangkan swadyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maga Esa. Jadi guru swadyaya ialah Ia yang menciptakan, memelihara, dan mengendalikan dunia beserta dengan segala isinya yang ada di alam ini. Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maga Esa adalah merupakan guru yang sejati dari sekalian alam. Jadi semua yang ada di alam yang nyata ini (skala), maupun yang tidak nyata (niskala), dari makluk yang paling dungu sampai makluk yang paling pintar seperti manusia, mereka mengangap bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maga Esa adalam pembimbing tunggal yang tidak ada bandingannya. Karena beliaulah yang menguasai atas segala-galanya, bahkan beliau berkeadaan sangat utama mengatasi yang ada, yang tiada dan aka nada, singkatnya beliau bekedudukan melebihi semuanya, dalam Bagawadgita adiyaya X sloka 24 disebutkan :

“Di antara pendeta, O, Arjuna, Aku adalah kepalanya yaitu Brhaspati,

di antara Jedral Aku adalah Skanda, di antara Danu Aku adalah Samudra”       

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia

Guru yang kedua adalah Guru rupaka (guru reka). Seperti yang saya sampaikan di awal tadi, bahwasanya tiada lain guru rupaka adalah orang tua kita di rumah yaitu ayah dan ibu. Beliau berdua sangat besar sekali jasanya, memelihara kita sejak dalam kandungan sampau mampu untuk berdiri sendiri, serta berkat adanya ayah dan ibu sehingga kita ada. Dari susah payahnya kedua orang tua kita terutama ibuk yang telah mengandung kita selama Sembilan bulan dan penuh dengan resiko dan saat melahirkan ibarat ajalnya kita antara mati atau akan hidup, sehingga sampai kita dapat dewsa dan dapat hidup mandiri, dengan demikian itulah beratnya tangungjawab orang tua terhadap kita, sehingga oleh karena itu, jasa orang tua kita sagat besar sekali, maka kita sebagai anak tunjukanlah sikap yang sebaik mungkin agar beban kedua orang tua kita dapat dirasakan semakin ringan. Oleh karena itu kita sebagai anak harus dapat membalas budi dan jasa kepada ornag tua walau kita tidak akan mampu menukar (membalas) itu semuanya, tetapi setidaknya kita dapat membahadiakan kedua orang tua kita.

Pendengar Umat Sedharma Yang Saya Cintai

Berikutnya adalah guru pengajian, adau dalam artian umum adalah guru kita di sekolah, guru kita di sekolah patut kita haormati dan hargai, karena beliaulah kita dapat membaca, menulis serta berhitung dan lain sebagainnya, sehingga patutlah kita mengargai dan hormati pula, kerna jasa jasa beliau telah dapat merubah kita dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang buruk menjadi baik dan dari yang salah menjadi benar, sehingga kita dapat tumbuh dewasa seperti saat ini, walau kadang seornag huru harus mencubit, menjewer dan sampai menghukum kita saat di sekolah itu merupakan semata-mata agar kita menjadi orna gyang berguna, seperti dalam peribahasa ”di ujung rotan ada emas” walau kita harus di pukul rotan itu juga merupakan salah satu bentuk pendidikan agar kita dapat menjadi orang yang sukses.  

Pendengar Umat Sedharma

Guru yang terakir adalah guru wisesa atau guru dalam lingkungan masyarakat. Yaitu meraka yang memiliki tugas mulia untuk mensejahterakan dan membuat suasana menjadi tentram serta aman, merekalah yang patut kita hormati dan hargai, karena dari jasanya mereka dapat berbuat yang terbaik untuk kita semua, tetapi yang perlu di ingat adalah seorang pemimpin (guru wisesa) haruslah dapat bersifat adil, bijaksana, tegas, tanpa melihat suku, adat, ras dan agama, karena kita sebagai rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai adat istiadat dan golongan sehingga hal inilah yang menjadi kelabihan bagi Indonesia, yaitu dapat bergandengan tangan dengan berbagai golongan.   

Pendengar Umat Sedharma Yang Cintai  

Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya. Serta Saya ucapkan selamat menyambut hari Raya Natal bagi umat Nasrani. Akhir kata;

 Om okasamasta sukhino bhawantu”.

“Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia”

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .


SEJARAH PURA SP.1 (PURA PUJA DEWATA) NABIRE

 SEJARAH PURA SP.1 (PURA PUJA DEWATA) NABIRE


Jauh sebelum adanya warga transmigrasi di UPT Kalibumi dan Wanggar, di kabupaten Nabire telah ada beberapa keluarga umat Hindu yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan bertempat tinggal di kota Nabire. Keluarga umat hindu yang pertama ada di Nabire antara lain keluarga I Wayan Gunadi, BA (tahun 1976), Lettu Pol I GK Purwadi (tahun 1975) dan keluarga Nengah Krinu seorang pelaksana kontraktor CV Otani yang sedang melaksanakan pembangunan asrama/perumahan batalyon 753 Arvita Nabire.

Kemudian tiba warga baru baik yang masih bersetatus bujangan maupun yang sudah berkeluargadi antaranya Rai Artha, Nyoman Merthakirana, Nyoman Artha Wijaya (alm) Ketut Suriadi, Ketut Mariana dan lain-lainnya. Pada waktu itu kegiatan keagamaan bagi umat Hindu baik berupa persembahyangan maupun perayaan hari keagamaan dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing.

Hingga pada akhir tahun 1982 Pemerintah mulai membuka Unit Pemukiman Transmigrasi di Kalibumi yang terdiri dari SP. 1 (Bumi Raya), SP.2 (Kali Semen), dan SP.3 (Wadio), serta di Wanggar SP.A (Wiraska), SP.B (wanggarsari), SP.C (Bumi Mulia) dan karadiri.

Dalam rombongan transmigrasi tersebut terdapat beberapa warga transigran yang beragama Hindu yang penempatannya tersebar di  SP.2, SP.1, SP.B, SP. C dan Karadiri, diantara mereka itu adalah: Hadi Jiwanto, Wagiran, Mbah Sukro, Mbah Teguh (alm), Mbah Subur (alm), Mbh Pardi (alm), Mbah Samin (alm), Mbah Kromo (alm), Sujari dan lain-lain.

Adanya warga tranmigrasi yang beragama Hindu mendorong warga Hindu yang ada di kota Nabire untuk mengetahui keberadaan mereka dan melakukan pendekatan. Demikian sebaliknya umat Hindu yang berasal dari warga transmigarasi juga berusaha mencari informnasi mengenai keberadaan umat Hindu yang ada di kota Nabire.

Sejalan dengan itu juga telah dibentuk Parisada Hindu Dharma Indonesia di kabupaten Nabire, yaitu organisasi keagamaan bagi umat Hindu dengan ketua I Wayan Gunadhi, BA. Dengan semakin bertambahnya umat Hindu di kabupaten Nabire baik yang ada di kota Nabire maupun yang berada di unit pemukiman transmigran, mulai ada pemikiran untuk membangun sebuah Pura sebagai tempat persembahyangan bersama sekaligus untuk mempermudah pembinaan bagi umat Hindu di Kabupaten Nabire.


SEJARAH PURA SP. C (PURA SURYA BHUANA) NABIRE

 SEJARAH PURA SP. C (PURA SURYA BHUANA) NABIRE







Desa bumi mulia, atau yang lebih di kenal dengan SP. C merupakan rentetan UPT dari SP.A dan seterusnya, sebagai salah satu UPT, pastilah warga yang tinggal di pemukiman ini sebegian besar dari Pulau Jawa. SP. C di buka sekitar tahun 1985, dan pada saat itu akses jalan yang dari kota nabire ke lokasi ini hanya dapat di tempuh melintasi sungai (Kali Bumi).

Sebagai UPT ada berbagai macam budaya, adat, golongan dan agama. Pada awalnya umat yang beragama Hindu di desa ini ada sekitar 7 KK dan 3 Bujangan, dengan pertimbangan itu, maka umat meminta lokasi untuk mendirkan tempat ibadah/Pura kepada petugas tranmigrasi. Dan tidak lama permintaan itu di kabulkan sehingga umat hindu di berikan lokasi dengan ukuran 50 x 100 m, lokasinya berada di jlr.2.

Sebelum umat mendapatkan lokasi pada awalnya ada salah seorang tokoh mendirikan sanggah yang terbuat dari kayu untuk sebagai tempat persembahyangan, dan bertempat di Bpk Sukarman. Kegiatan keagamaan di tempat ini berjalan sekitar 1 tahun, dan masuk tahun berikutnya sekitar tahun 1986 maka remi lokasi yang di berikan kepada umat Hindu untuk mendirikan Tempat Ibadah/Pura.

Pada tahun yang bersamaan, sanggah yang dulu di gunakan sebagai sarana persembahyangan di kediaman Bapak Sukarman di pindahkan ke Lokasi Pura yang baru oleh semua umat. Maka berjalanlah kegiatan keagamaan di lokasi Pura sendiri, hampir sekitar 10 tahun sanggah yang terbuat dari kayu masih bertahan dan di gunakan. Dan setelah itu mulai di adakan pembangunan Padmasari serta pagar penyenger yang sederhanya. Lambat laun peembangunan berjalan dan sampai pada suatu saat Pura Surya Bhuwana mendapat bantuan dari Pemda dan dananya di gunakan untuk mendirikan balai banjar. Tetapi balai banjar tidak dapat bertahan lama, karena sekitar tahun 2004 tembok-tembok balai banjar retak dan roboh akibat balai banjar di bongkar.

Hingga pada saat mendekati pelaksanaan odalan di pura ini pada tahun 2010 akhir, maka sebelum pelaksanaan odalan, umat telah kerja keras untuk membangun balai banjar kembali dan melengkapi bangunan jeroan.

Pada awal pembangunan Pura, pemangku pada saat itu adalah Mbh Kromo (alm) hingga sekitar tahun 2001, karena pada tahun tersebut di desa bumi mulia sudah memiliki pemabngku yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemangkuan di jayapura, hingga sampai saat ini setiap upacara agama, di pimpin oleh Mangku Sukarman.

Sampai saat ini tahun 2014 umat di desa bumi mulia jumlah umat sekitar 16 KK. Dari sekian jumlah umat, sebagian ada yang pecahan KK dan ada juga pindahan(perantauan).


TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...