Minggu, 02 Desember 2018

TUJUH KEGELAPAN DALAM DIRI

TUJUH KEGELAPAN DALAM DIRI

..
OM SWASTYASTU, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, Saudara pendengar umat Sedharma, berbahagia sekali  malam ini kita dapat berjumpa kembali dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Pendengar sedharma marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang  Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas segala Asung Kerta Wara Nugraha yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, Sehingga kita masih diberikan kesempatan dan perlindungan untuk berjumpa kembali dalam acara ini renungan agama Hindu. Pendengar dan umat sedharma, Topik Renungan kita malam ini yaitu “TUJUH KEGELAPAN DALAM DIRI (SAPTA TIMIRA)”, bersama saya Wahyu Diantoro.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Sapta timira terdiri dari kata sapta dan timira. Sapta yang artinya tujuh, timira artinya kegelapan atau kemabukan. Jadi sapta timira adalah tujuh macam kegelapan atau kemabukan. Demikian orang yang dikuasai oleh kegelapan atau kemabukan akan berbuat menyimpang dari ajaran agama. Perbuatan yang melanggar hukum akan membuat orang menjadi sengsara, masyarakat menjadi resah dan terancam. Oleh karena itu, kegelapan atau kemabukan itu hendaknya dihindari. Orang yang tidak mabuk atau gelap oleh sapta timira maka ia disebut orang yang utama dan bijaksana. Antara lain rupa yang tampan atau cantik, kekayaan, kepandaian, keturunan atau kebangsawanan, keremajaan, minuman keras, dan keberanian,. Jadi seseorang yang tidak memamerkan atau memanfaatkan kelebihannya itu untuk sesuatu yang negatif itulah yang disebut orang yang rendah hati, sehingga muncul sebuah kalimat/kata mutiara untuk orang yang seperti itu, di katakana Rendah Hati Hanya Milik Orang Bijak kalimat tersebut tidak dapat kita pungkiri sehingga kodratnya seperti itu.      
       
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Dari pembagian sapta timira, maka yang pertama adalah surupa. Surupa artinya rupa yang tampan atau yang cantik. Jadi kita sebagai manusia ciptaan Tuhan dengan berbagai kekurangan, hendaknya kita tidak sombong dan angkuh karena diberikan sedikit kelebihan. Karena ketampanan dan kecantikan itu adalah anugrah dari Sang Hyang Widi Wasa (TYME). Anugrah tersebut patut kita syukuri. Namun, kecantikan dan ketampanan itu tidak kekal, karena itu semua ada masanya, saat kita masih bayi kita di pandang seorang bayi yang imut, mulai menginjak remaja dan dewasa kita boleh dikatakan tampan dan cantik, tetapi saat kita tua pastilah kita akan kriput dan mungkin ompong, itulah yang dikatakan ketampanan dan kecantikan tidak kekal (abadi).   
Namun dengan wajah yang tampan dan cantik seseorang akan mendapat simpati dari teman-temannya. Apalagi wajah yang tampan atau cantik itu disertai dengan perilaku dan budi pekerti yang baik. Bila ketampanan atau kecantikan itu disertai dengan tingkah laku yang tidak benar, sombong atau angkuh, maka akan mengakibatkan penderitaan. Dan penderitaan yang diakibatkan bukan hanya pada orang lain, tetapi juga pada dirinya sendiri. Maka dari itu manfaatkanlah ketampanan dan kecantikan itu dengan wajar dan disertai perilaku yang baik, sehingga nantinya tidak mencelakakan orang lain maupun dirinya sendiri.     
..      
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Berikutnya adalah dhana yang artinya harta kekayaan. Pertanyaannya, siapasih yang tidak senang dan bahagia apabila memiliki kekayaan dan mendapatkan kekayaan? Dengan kekayaan akan bisa membawa kita kemana saja yang kita suka dan mendapatkan apapun yang kita inginkan dan lain sebagainya. Maka dari itu setiap orang bekerja keras siang dan malam berlomba-lomba untuk memperoleh kekayaan. Lantas untuk apa kekayaan itu? Maka kita jawab dengan hati yang suci sesuai dengan ajaran dharma. Sama halnya dengan kecantikan, Kekayaan itu sifatnya tidak kekal. Dalam ajarna agama Hindu terutama, kita diajarkan untuk beramal atau berdhana punia. Menolong orang yang tidak mampu dan membantu pembangunan tempat suci (pura) adalah perbuatan yang mulia. Orang yang selalu beramal dan berdhana punia hidupnya akan bahagia, dan amalnya itu untuk bekal mencapai sorga. Tetapi sebaliknya apabila dengan kekayaan, mata kita buta/terlena dengan kekayaan, maka sebaliknya sengsara dan malapetaka akan kita dapatkan.      
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Sapta timira yang ketiga adalah guna yang artinya adalah kepandaian. Hidup sebagai manusia penuh dengan pantangan dan tantangan, untuk mengatasinya tentulah sangat memerlukan kepandaian. Dengan kepandaian hidup akan merasa lebih dan mudah untuk melaksanakan sesuatu kegiatan. Agama mengajarkan dan menganjurkan kita untuk terus-menerus belajar dalam hidupnya agar menjadi pandai. Karena orang pandai akan mampu melepaskan dirinya dari lembah kesengsaraan. Tetapi sebaliknya apabila kepandaian itu kita gunakan untuk hal-hal yang negatif atau merugikan dan mencelakakan orang lain, maka kepandaian juga akan mengyengsarakan dan meghancurkan kita. Seperti orang pandai untuk merakit bom, tetapi salah di gunakan untuk menghancurkan gedung dan membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa yang belum tentu berdosa, itulah sebuah kepandaian yang salah digunakan.
Ada sebuah cerita:
Dikisahkan raksasa Niwatakawaca adalah raja di Manimantaka. Ia sangat sakti, kesaktiannya atau kepandaiannya tidak dapat dikalahkan oleh para dewa. Merasa dirinya sakti dan kuat iapun menjadi angkuh dan sombong. Ia mabuk karena kepandaiannya. Bahkan Ia ingin menghancurkan sorga loka.
Lalu Dewa Indra mengutus Arjuna dan Dewi Supraba untuk menyelidiki kesaktian Niwatakawaca. Dewi Supraba adalah seorang bidadari. Bila mereka berhasil menyelidiki kesaktian Niwatakawaca, maka Arjuna dengan mudah untuk membunuhnya.
Dewi Supraba lalu mendatangi Niwatakawaca di istanannya. Dengan tutur kata yang lemah lembut dan kecantikannya, Dewi Supraba berhasil mengoda Niwatakawaca, dan ia pun jatuh cinta pada kecantikan Dewi Supraba. Karena mabuk cinta ia pun lupa diri, segala rahasiannya diceritakan pada Dewi Supraba. Begitu juga dengan rahasia kesaktiannya yang terletak di pangkal lidahnya ia sebutkan. Setelah rahasiannya terbongkar dengan mudah Arjuna membunuhnya, maka matilah Niwatakawaca karena kesaktiannya. Ia mabuk kepandaian dan akhirnya kepandaiannya itu juga yang membunuhnya.
Dari cerita tersebut jelas bahwasanya, seharusnya dengan kepandaian kita dapat membedakan mana yang buruk dan mana yang baik. Sehingga mata kita tidak tertutup oleh kepandaian yang kita miliki sendiri.            
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Berikutnya yang dapat membuat kita gelap atau mabuk adalah keturunan, dalam sapta timira dikenal dengan kata kulina. Dengan keturunan, biasanya kita merasa drajat kita lebih tinggi dan akhirnya menyebapkan kita angkuh, sombong dan membeda-bedakan pergaulan. Maka dengan berbuat seperti itu akan menjadikan kita sengsara, karena kita dijauhi oleh orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu maka janganlah kita membeda-bedakan dalam bergaul serta jangan angkuh dan sombong bagi kita yang setatus sosialnya lebih tinggi. Karena dengan begitu kita akan mendapatkan banyak teman serta disayangi oleh orang-orang di sekitar kita.   
.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Perilaku lain yang membuat kita gelap adalah minuman keras dan keberanian (kemenangan) minum-minuman keras dapat menyesatkan dan merugikan kita, salah satunya dari segi kesehatan, oleh karena itu sebaiknya kita hindari ninum-minuman keras dan kalau bisa kita jauhkan diri dari barang tersebut. Berawal dari situ juga biasanya seseorang yang merasa dirinya hebat dan kuat sering menyepelekan dan bertindak kasar terhadap orang lain, karena mengangap dirinya kuat dan tidak ada yang dapat mengalahkannya. Seperti sebuah cerita yang saya sampaikan tadi sekuat-kuatnya manusia dan sepintar-pintarnya seseorang yang tidak didasari oleh dharma (kebaikan/kebenaran) maka pasti akan terkalahkan oleh dharma yang senantiasa menjunjung tinggi kebaikan dan kebenaran. Itulah kehebatan dan kelebihan sebuah kekuatan dharma.   
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Segala kelebihan yang kita miliki merupakan anugrah bagi kita, tetapi kelebihan itu dapat berdampak positif atau negatif, maka marilah kita yang memiliki kelebihan jangan menjadi angkuh dan sombong, tetapi jadilah padi yang memiliki filosofis semakin berisi semakin merunduk. Maka niscaya kedamaian dan ketentraman akan kita dapatkan. 
.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, semuga apa yang saya sampaikan  dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan dan kebahagiaan lahir bhatin bagi kita semua.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...