PENGENDALIAN DIRI
..
OM SWASTYASTU, Om Awignamastu Namo Sidham,Om siddhir astu tat astu svaha, Om Sukham bhavantu, purnam bhavantu, Manggalam astu, tat astu svaha. Saudara Sedharma yang berbahagia Selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu RRI Nabire. Mengawali jumpa kita pagi ini, marilah kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kita dapat berjumpa kembali dalam acara santapan rohani agama Hindu. Saudara sedharma Topik kita pagi ini yaitu PENGENDALIAN DIRI” bersama saya Wahyu Diantoro.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Pengendalian diri merupakan upaya kita sebagai manusia untuk selalu inropeksi diri serta menjaga dan menyeimbangkan setabilitas taraf hidup manusia. Kita sebagai rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, adat, ras dan agama itu sagat rawan konflik atau perseteruan, maka dari itu penting untuk kita bersama-sama mengendalikan diri kita agar kita paham dan mengerti arti dari kehidupan ini.
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Kita sebagai rakyat Indonesia yang didasasari dengan nilai pancasila dan norma-norma dalam kehidupan, maka dalam kebersamaan hidup ini mengajak kita untuk membuka diri, mengendalikan diri, mawas diri dan mentaati norma-norma hidup bersama-sama.
Maka untuk kita dapat hidup bersama-sama dengan sesama manusia maka hendaknya kita harus:
Bersikap terbuka. Yang dimaksud terbuka disini adalah kita bisa menerima semua orang tanpa melihat latar belakang orang tersebut, sehingga jalinan persaudaraan dan relasi akan terbangun dengan kokoh.
Bersedia mendengarkan pandangan orang lain. Kita sebagai manusia dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan maka hendaknya kita manusia yang sekaligus sebagai makluk sosial dan tidak biasa hidup sendiri, maka penting untuk kita saling melengkapi, dari yang kurang menjadi lebih, dari yang tidak punya menjadi punya dan lain sebagainnya, sehingga dengan pemikiran dan pandangan orang banyak maka sebuah pandangan akan semakin maju dan lebih berwawasan luas.
Menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Sebagai makluk sosial dan untuk mewujudkan kerukunan umat beragama maka penting untuk kita musyawarah dan mufakat dalam mengabil keputusan yang berimbas kepada kita semua, sehingga dalam musyawarah dan mufakat tersebut haruslah kita menghormati dan menghargai pendapat orang lain demi kelangsungan sebuah bingkai kekeluargaan pada kita semua.
Menghormati keinginan dan cita-cita orang lain. Tidak bisa kita pungkiri, keinginan dan cita-cita manusia pasti maunya tinggi dan lebih, itu karena manusia memiliki ego dan sangat besar pula ego seorang manusia. Sehingga dengan demikian untuk kita bisa mengendalikan diri, maka kita harus bisa pula untuk mengendalikan ego kita, walau kadang keinginan dan cita-cita kita tidak seimbang, dengan demikian kita wajib menghormati keinginan dan cita-cita setiap orang. Berikutnya
Menghormati kepentingan orang lain. Sebagai manusia tidaklah lepas dari sebuah kepentingan, tetapi dalam mewujudkan pengendalian diri maka hendaknya pula kita harus menempatkan kepentingan, terutama kepentingan pribadi di atas kepentingan umum, sehingga kita sebagai sub dari pada sosial itu sendiri dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Selanjutnya dalam upaya membuka diri untuk kepentingan pengendalian diri, maka kita harus menghargai hasil karya orang lain. Sebagai mujud pengendalian diri serta kelebihan dan kekurangan setiap manusia maka hendaknya kita manusia harus bisa mengendalikan diri, dan dengan demikian maka kita juga wajib untuk menghargai dan dapat memandang hasil karya yang diciptakan oleh seseorang, karena karya cipta itu sangat mahal harganya.
..
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Dalam manawa dharma sastra V,109 disebutkan:
Adbhir gatrani suddhynti manah satyena suddhyati,
Vidyatapobhyam bhutatman buddhir jnanena suddhyati.
Artinya:
Tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran (satya), atma disucikan dengan tapa brata, buddhi disucikan dengan ilmu pengetahuan atau siraman rohani.
Maka dari mantra tersebut telah menegaskan bahwasanya semua atau segala perbuatan haruslah berdasar pada kebenaran dan kebaikan untuk semua orang. Begitu juga dalam kita berbuat sesuatu, itu semua berdasar pada pikiran lalu di transfer ke perkataan dan pasti di implementasikan (dilakukan), jadi awal atau sumber dalam kita melakukan segala hal dan aktivitas itu semua berdasar pada pikiran. Dengan demikian maka agar perilaku dan sifat kita baik haruslah kita selalu berfikir yang baik dan positif sehingga agar pikiran kita dapat mempengaruhi perilaku kita.
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Manusia sebagai makluk monodualisme yang terdiri dari jasmani dan rohani, manusia juga sebagai makluk individu dan makluk sosial, sebagai makluk individu manusia dituntut untuk mengakui akan kebesaran Ida Sang Hyang Widi Wasa (TYME) yang diakuinya sebagai Sang pencipta. Manusia hendaknya bertakwa, yaitu dengan menjalankan printah dan menjauhi larangan-Nya. Demikian manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan, dan kelak setelah manusia itu meninggal akan kembali kepada-Nya dengan berbekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang mereka dapatkan selama hidupnya atau dengan kata lain manusia meninggal akan berbekal karma (perbuatan baik dan buruk). Sebagai makluk individu, manusia selain hidupnya suka berkompetisi, manusia juga akan mengalami sendiri kelahiran, kehidupan dan kematiannya yang kemudian kita kenal dalam agama Hindu dengan istilah Tri Kona (lahir, hidup dan mati). Itulah pentingnya untuk kita dalam kehidup ini hendaknya mampu untuk mengendalikan diri baik dari amarah dan dengki.
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Seperti yang sudah saya jelaskan bahwasanya kita sebagai manusia kelak akan meninggal, dan di alam yang beda tersebut yang menjadi bekal kita bukanlah harta kekayaan, orang tua, istri/suami atau yang lainnya, melainkan kita hanya berbekal karma yang telah kita perbuat semasa masih hidup di dunia ini. Jadi yang akan di tanyakan hanyalah seberapa banyak perbuatan baik kita semasa hidup dan sebesar apa perbuatan buruk kita semasa hidup pula. Oleh karena itu apa salahnya apabila mumpung kita masih diberi kesempatan untuk menghirup nafas dan dapat melihat matahari dari timur, kenapa tidak kita untuk menabur sebanyak-banyaknya kebaikan dan menanam seluas-luasnya kebajikan. Itu semua dapat terlaksana apabila kita dapat mengendalikan diri kita. Jadi ibaratnya kita sendiri yang menahkodai diri kita sendiri untuk berbuat yang baik.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar