Minggu, 02 Desember 2018

GALUNGAN

GALUNGAN

..
OM SWASTYASTU, Om Awignamastu Namo Sidham, Om siddhir astu tat astu svaha, Om Sukham bhavantu, purnam bhavantu, Manggalam astu, tat astu svaha. Saudara Sedharma yang berbahagia Selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Mengawali jumpa kita pagi ini, marilah kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kita dapat berjumpa kembali dalam acara santapan rohani agama Hindu. Pendengar sedharma Topik kita pagi ini adalah tentang “GALUNGAN”.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Sebentar lagi kita akan merayakan hari besar yang menyimbulkan kebaikan melawan kejahatan atau kemenangan dharma melawan adharma yang dirayakan setiap 120 hari sekali atau setahun dua kali yang sering disebut dengan hari raya galungan. Sebagai umat hindu hari raya galungan sering juga disebut hari pawedalan jagat atau otonan gumi. 
       
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Hari galungan memiliki banyak cerita sehingga menimbulkan banyak pengertian, sehingga hari raya galingan tidak hanya semata-mata dharma melawan adharma dan kemenagan di pihak dharma. Ada beberapa versi pnegertian dari pada galungan itu sendiri. Banyak orang mengartikan galungan itu berasal dari kata Gulat yang berarti pergulatan. Berdasar atas pengertian ini dapat dikatakan bahwa galungan adalah merupakan pergulatan dharma melawan adharma dengan kemenangan berada pada pihak dharma, sehingga galungan dapat diartikan sebagai hari peringatan kemenangan dharma melawan adharma.
Di lain sisi banyak orang juga mengartikan galungan berasal dari kata Galunggung yang berarti tonggak peringatan pertemuan astawarna dengan pancawarna secara bulat atau Ngwindu dalam kurun waktu tertentu. Sehingga dalam pelaksanaannya upacara tonggak peringatan itu disimbulkan dengan penjor, sedangkan penjor tersebut, itu melambangkan atau simbol persembahan terhadap Tuhan yang bersemayam di puncak-puncak gunung tertinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gunning adalah merupakan tongak-tonggak daripada alam semesta.
Berbeda lagi dalam prespektif atau pemahaman kita terhadap galingan itu sendiri. Dalam sebagian mayarakat juga mengartikan galungan berasal dari kata galung yang berarti pertarungan, yaitu member kesan kepada kepada kita bahwa perayaan galungan ada hubungannya dengan perang. Keadaan perang abadi antara kebenaran dengan kejahatan, antara sura melawan asura tetapi menjadi tema sehingga semua symbol dalam yadnya mengandung lambing perang.         
..      
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Dari sudut pandang tradisi, masyarakat memiliki Pemahaman yang berbeda pula, baik di bali yaitu di Indonesia dengan di India. Apabila di di Indonesia atau di bali, mengaitkan perayaan galungan atau perayaan galungan berkaitan dengan runtuhnya kerajaan mayadanawa. Di samping itu, ada yagn menghubungkan dengan raja jayapangus menerima wahyudari bgatari durgha tatkala beliau bersemadi, supaya hari raya galungan itu dirayakan oleh masyarakat bali.
Berbeda halnya dengan pemahaman tradisi galungan di india. Tradisi di india mengaitkan sejarah perayaan galungan dengan terjadinya peperangan antara dewa-dewa melawan dhanawa/raksasa di mana dewi durgha memegang peranan penting sebagai pahlawan yang menyelamatkan dewa-dewa selama 10 hari, karena itu galungan di india dikenal dengan durgha puja atau nawa ratri atau wijaya dasami.   
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Dari pemahaman masyarakat baik dalam pemahaman budaya dan secara umum akan perayaan galungan yang saya sampaikan tadi, itu tidak menjadi sebuah perbedaan di antara kita semua, terutama bagi umat hindu di seluruh dunia. Saat ini yang penting dan perlu kita ketahui dan pahami, sejauh mana kita dapat menghayati dan melaksanakan hari raya galungan itu sendiri.
Tetapi yang perlu kita ketahui secara umum bahwasanya galungan adalah sebuah perayaan atau sukuran atas kemenangan dharma melawan adarma. Contoh kecilnya musuh dalam diri kita sendiri. Itulah musuh yang paling sulit kita lawan dan atau kita hindari. Bahkan apabila kita menjauhinya maka dia akan mendekat kita, begitu juga sebaliknya, apabila kita mendekatinya dia akan menjauhi kita. Sehingga perayaan galungan tidak hanya kita rayakan dengan foya-foya atau dengan acara yang meriah-ruah dan happy-happy, tetapi yang perlu kita pahami adalah sejauh mana kita dapat melawan musuh dalam diri kita sendiri. Dan saat ini baik saat perayaan galungan atau bukan perayaan galungan, hendaknya kita dapat melawan atau menaklukkan hawa nafsu kita di dalam diri kita sendiri sehingga kedepannya kita dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dan kita dapat intropeksi diri.     
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Sesungguhnya hari raya Galungan itu adalah hari untuk mengingatkan umat manusia untuk melakukan nilai-nilai moral yang akan membawa kita kedalam kehidupan yang lebih sejahtra dan bahagia. Mengapa diingatkan, karena manusia itu umumnya sering lupa. Dan diingatkan pada hari raya Galungan itu agar kita sebagai manusia untuk terus-menerus berjuang memenangkan nilai moral (Dharma) dalam hidupnya ini. Karena kalau moral Dharma tidak tegak maka hidup manusiapun akan selalu dirundung derita karena Adharma yang meraja lela. Untuk mengatasi penderitaan itu, maka dalam perayaan Galungan divisualkan tahapan yang wajib dilakukan dalam hidup ini, agar kita dapat hidup diatas relnya Dharma. Karena manusia sering lupa dan selalu adanya perobahan generasi, maka visualisasi penguatan hidup agar senantiasa berjalan diatas relnya Dharma dan hal itu agar dapat terus-menerus diingatkan melalui perayaan Galungan sampai Kuningan.

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai
Hari suci Galungan itu kita rayakan setiap Budha Kliwon wuku Dungulan. Mungkin belum banyak perayaan itu dirayakan dengan terlebih dahulu mencocokan perayaan itu dengan teksnya atau dalam pustaka petunjuknya. Dalam Pustaka Sunarigama ada dinyatakan tentang pengertian Galungan dalam bahasa Jawa Kuno. Teks tersebut sbb: Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan, patitis ikang jnyana sandhi galang apadang mariakena byaparaning idep. Inilah teks pustaka Sunarigama yang memberikan kita penjelasan apa itu sebenarnya Galungan. Petunjuk moral dari Galungan inilah yang hampir selalu dilupakan dalam merayakan Galungan. Teks Sunarigama itu semestinya kita selalu pegang sebagai landasan setiap merayakan hari besar keagamaan Hindu terutama hari raya Galungan. Dan ditekankan dalam  rumusan Sunarigama itu adalah Jnyana. Dalam ajaran Samkhya Yoga Darsana dinyatakan bahwa manusia itu dibangun oleh dua unsur yaitu  Purusa dan Predana. Dari Purusa itu menimbulkan Citta atau alam pikiran. Citta itu memiliki empat kekuatan yaitu Dharma, Jnyana, Vairagia dan Aiswarya.

Pendengar Umat Sedharma di manapun berada
Itulah perayaan galungan yang sebenarnya. Jadi sebua perayaan hari raya baik galungan, kuningan, saraswati atau yang lainnya hendaknya kita memaknai hari raya itu tidak tidak baku dalam teks atau dalam cerita-cerita tradisi masyarakat jaman dulu, tetapi kita sesuaikan teks dalam kitab suci dengan konteks kekiniaan atau dalam arti kenyataan realita yagn kita hadapi saat ini, yang mana kehidupan saat ini hampir semua manusia lebih mengejar martialisme, sehingga manusia tidak memandang ornag lain itu ada dan bergerak. Itulah nafsu yang kadang sulit untuk kita kendalikan, sehingga dengan adanya hari raya galungan, hal itu dapat mengingatkan kita semua agar kita dapat mengendalikan hawa nafsu kita yang jahat menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik.  
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...