Minggu, 02 Desember 2018

APA ITU HINDU

APA ITU HINDU


..

Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Dalam Tema kita yaitu APA ITU HINDU.

..

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,

Kita ketahui bersama, bahwasanya agama hindu merupakan agama tertua di dunia ini. Sebagai agama dunia yang telah tua usianya, dan dengan adanya perkembangan dunia selama kurun waktu 5000 tahun, tentunya banyak mengalami proses pengembangan dan pengabdatasian yang patut kita renungkan. Dari perbedaan tempat, letak geografis, bentuk budaya, dan lain sebagainya, sehingga agama hindu menampilkan wajah yang berbeda-beda tetapi secara prinsip intinya tetap sama. Walau pelaksanaannya dapat berbeda, namun secara prinsip intinya sama.  

...........................................

Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,

Agama hindu mengajarkan kepercayaan yang universal atau menyeluruh. Ia memberikan kebebasan kepada penganut-penganutnya untuk menghayati dan merasakan sari-sari ajarannya. Sedangkan penganutnya (kita sebagai umat hindu) tidak hanya menghafalkan apa yang diajarkan oleh kitab sucinya, tetapi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena kebebasan untuk mengalami rasa agama, maka agama hindu adalah agama yang dirasakan oleh seluruh lapisan penganutnya.

Dengan sifatnya yang universal, maka agama hindu bukanlah agama untuk satu golongan atau suatu bangsa. Ia adalah agama untuk siapa saja yang bersedia mengamalkan ajarannya. Yaitu mengajarkan tentang dharma atau kebaikan serta memandang ornag lain seperti kit amemandang diri kita sendiri yang tertuang dalam weda di katakana tat wam asi yaitu kamu adalah saya, saya adalah kamu, dengan demikian bahwasanya kita dapat memandang orang lain selayaknya manusia yang bermartabat sebagai makluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Penanut ajaran agama hindu adalah mereka yang menikmati hidup ini dengan gairah serta menikmati suka dan dukanya dunia ini. Karena kita sebagai manusia ciptaan tuhan hendaknya kita menerima kenyataan dunia ini sebagaimana adanya, serta patuh akan hukum-hukumnya dan berusaha untuk emningkatkan kesejahteraan hidup dengan membebaskan dirinya dari permusuhan atau perselisihan, sehingga terjalinlah sebuah bangsa yang cinta akan kedamaian dengan menerapkan tat wam asi serta saling mengasihi dan mencintai satu sama lain. 

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia

Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwasanya agama hindu adalah agama yang universal serta tidak hanya untuk satu golongan atau kelompok dan dapat beradap tasi dari jaman ke jaman serta dari tempat satu ke tempat lainnya, sehingga ajaran hindu mengikuti gaya atau tradisi dan budaya setempat, seperti di bali, umat hindu di bali melakukan persembahyangan atau beribadah dengan cara lebih banyak mengutamakan upakara atau banten, berbeda dengan di jawa yang lebih mengutamakan tatwa, berdeda juga dengan di Kalimantan, Sulawesi, ambon dan lain sebagainnya. Itulah penerapan dari pada ajaran agama hindu, tetapi dasar dari agama hindu adalah menerapkan ajaran dharma, sehingga agama hindu disebut dengan sanantana dharma.      

 

Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada

Inti dari ajaran atau penerapan agama hindu bukan pada simbul upakara ataupun sejenisnya, bukan juga prosesi ibadahnya, serta bukan dari keturunan, melainkan ajaran agama hindu adalah bagi mereka yang memiliki keyakinan atau yang lebih dikenal dengan panca sradha yaitu percaya dengan adanya btahman atau tuhan, percaya dengan adanya atma atau roh, percaya dengan adanya kukum karma palha atau hukum sebab akibat, percaya dengan adanya samsara atau punar bhawa yaitu kelahiran kembali dan percaya dengan adanya moksa yaitu menyatunya atma dengan Brahman atau mudahnya menyatunya roh kita kepada Tuhan YME (Sang Hyang Widhi Wasa) yang berlandaskan pada iga krangka dasar agama hindu yaitu tatwa (filsafat), susila (etika) dan upakara (ritual). Itulah sebenarnya ajaran agama hindu, jadi dari sekian komponen harus seimbang dan selaras serta tetap mengabadikan ajaran tat wang asi, yang mengajarkan saya adalah kamu, kamu adalah saya jadi tat wam asi itu mengajarkan kita sebagaimanusia untuk saling mencintai dan mengasihi satu sama lain, dan tanpa memandang suku, adat, ras, agama dan golongan atau miskin dan kaya. Karena senantiasa mereka yang diciptakan di bumi ini adalah ciptaan Tuhan YME dan patut kita lindungi dan kita jaga serta kita rawat demi tercapainnya manusia yang bermartabat serta memandang manusia selakaknya manusia yang memilikiharga diri. 

..  

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia

Tujuan agama hindu adalah moksatam jagabdhita ya ca iti dharma yaitu menyatunya roh kita atau atma dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME) sehingga apa bila kita sebagai manusia menginginkan hal itu maka hendaknya kita semasa hidup harus berbuat sesuai ajaran agama baik dari segi panca sradha, tri hita karana atau tat wam asi, sehingga niscaya kita sebagai manusia dapat hidup bahagia dengan berdampingan sesame manusia serta alam dan seisinya.

Apabila kita mau menengok alam ini, jadi bumi serta seisinya ini ibarat taman bunga, ada bunga yang warna merah, ada putuh, ada kuning, ada hijau bahkan ada yang biru, begitu juga binatang yang berbain di taman itu, ada kupu-kupu yang beraneka ragam warna, ada kumbang bahkan ada pula lebah yang terus menerus menghisap madu bunga-buga tersebut. Sehingga lengkaplah semua unsur kehidupan yang ada dalam lingkungan kita jadi apa bila ada orang jahat atau ornag yang kerjaannya mengusik bahkan mengancam ornag lain itu sebenarnya orangnya, seperti halnya bom bali, baik bom satu maupun bom kedua, begitu juga terorisme, itu sebenarnya sifat orang tersebut yang menyimpang dari pada agama, sehingga bukan agama yang mengajarkan hal itu , bahkan sebenarnya baik agama hindu ataupun agama-agama yang ada di bunia ini itu semua negajarkan kebaikan, kebajikan serta saling mengasihi manusia sati dengan manusia yang lainnya serta manusia dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga jelas di dunia ini tidak ada agama yan mengajarkan keburukan melainkan semua agama mengajarkan kebaikan.  

...............................................................

Pendengar umat sedharma yang berbahagia

Jelas bahwasanya semua agama mengajarkan kebaikan, serta agama pula melarang bagi pemeluknya untuk saling menyaikiti satu sama lain, bahkan agama melarang berbuatan yang merugikan orang lain. Itulah sebenarnya agama, yang memiliki arti A dan GAM jadi agama adalah A artinya tidak dan GAM artinya pergi, jadi AGAMA adalah tidak pergi dan tetap ditempat untuk selamanya serta langgeng dan abadi.

...........................................................................

Pendengar Umat Sedharma Yang Saya Cintai

Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.

Lokasamasta sukhino bhawantu.

Semoga seluruh isi alam berbahagia

OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

..

CATUR ASRAMA

CATUR ASRAMA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah CATUR ASRAMA.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Catur asrama atau dalam bahawa san sekerta di sebutkan catur adalah empat dan asrama merupakan tempat, pertapaan atau lapangan hidup kerohanian. Tempat pertapaan adalah suatu lapangan yang dijadikan latihan pengendalia diri untuk memesuki tempat hidup tertentu berupa petunjuk-petunjuk kerohanian. Jadi, catru asrama itu berarti empat tempat lapangan hidup yang di jadikan tempat latihan mengendalikan diridalam dunia kerohanian menurut tingkatan-tingkatan kehidupan.
Di dalam kitab Silakrama ada disebutkan tentang catur asrama yang berbunyi, artinya:
Yang bernama catur asrama ialah brahmacari, grahastha, wanaprastha dan bhiksuka. Demikianlah yang bernama catur asrama. Brahmacari namannya orang yang sedang membiasakan (mempelajari dengan cermat) ilmu pengetahuan (sastra) dan yang mengetahui perihal ilmu huruf (aksara) orang yang demikian pekerjaannya bernama brahmacari. Adapun yang dianggap brahmacari di dalam masyarakat ialah orang yang tidak terikat nafsu keduniawian, seperti beristri atau bersuami. Adapun brahmacari yagn lain (dari itu) disebut brahmacari asrama, artinya memnuntut ilmu petunjuk kerohanian (atmapradesa). Sang yogiswara beliau brahmacari di dalam berbagai ilmu (sastranatara), di dalam pengertian ilmu (sastrajnana). Setelah puas dimasukkannya pengetahuan semuayang dikehendaki beliau, menjadi grahastalah beliau, maka beristrilah beliau dan mempunyai keturunan dan sebagainya, berikutnya memupuk kebajikan yangberhubungan dengan diri pribadi (kayika dharma), dengan kekuatan yang ada padanya (yatha sakti).
Setelah dilakukan dharma grahasta, menjadi wanaprasta eliau, pergi dari desa dan menetap di tempat yang bersih dan suci, terutama di gunung, dan mendirikan pertapaan sebagai tempatnya melakukan pancakrama serta mengurangi nafsu keduniawian serta mengajarkan ajaran kerohanian (dharma). Setelah beliau wanaprastha, bhiksukalah beliau, maka beliau pergi dari pertapaannya, maka beliau tidak terikat oleh sesuatu, serta tidak mengaku memiliki pertapaan, tidak merasa mempunyai murid (sisya/siswa), tidak merasa berpengetahuan, semua itu ditinggalkan beliau.        
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Itulah uraian agastya parwa mengenai system catru asrama. Dari melihat uraian dalam teks tersebut, jelas bahwasanya di dalam peraturan asrama (lapangan hidup yang berdasar petunjuk kerohanian) yang pertama yaitu brahmacari atau brahmacarya, dari brahmacari yang menjadi pokok ialah soal aguron-guron atau soal menuntut ilmu dan mendidik diri untuk mencapai kesempurnaan rohani. Di samping brahmacari yangberarti juga pantangan atau dilarang untuk mengenal sex (sexsual relation) jadi saat kita berposisi sebagai brahmacari maka kita dilarang untuk berhubungan badan atau dalam arti tidak boleh menikah/kawin. Dalam sastra jawa kuno dikatakan brahmacari digolongkan menjadi tiga macam yaitu: sukla brahmacari, swala brahmacari dan Krishna brahmacari.
Dari inti pokok catur asrama adalah atau empat lapangan dalam menjalankan roda kehidupan itu antara lain: brahmacari asrama, grahasta asrama, wanaprastha asrama dan bhiksuki/sandiasin asrama.
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Seperti uraian di atas, bahwasanya brahmacari adalah tingkatan hidup bagi orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini dapat diperjelas secara khusus dalam kitab Silakrama hsl. 8 sebagai berikut:
Brahmacari ngaranya sang sedengmangabhyasa sang hyang sastra, mwang sangwruh ring tingkah sang hyang aksara, sang manhkana kramanya sang brahmacari ngaranya
Yang artinya:
Brahmacari namanya bagi orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan, dan mengetahui perihal ilmu huruf (aksara)
Jelas bahwasanya brahmacari atau brahmacarya, dikenal juga dengan istilah hidup aguron-guron, atau asewaka guru. Dengan istilah jawa kunonya disebut dengan lapangan hidup asrama, yaitu tempat penampungan bagi siswa yang sedang menuntut ilmu. Dalam tingkatan brahmacari ini adalah guru mendidik siswa atau murid dengan petunjuk kerohanian, kebajikan, amal, pengabdian, dan semuannya itu didasari oleh dharma (kebenaran). System brahmacari ini lebih mengutamakan pada pembentukan pribadi-pribadi manusia yang tangguh dan handal serta memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Maka oleh karena itu apabila kita masih dalam tingkatan brahmacari baik siswa atau mahasiswa maka hendaknya kita dapat menuntut ilu itu dengan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya, karena ilmu itu tidak terbatas bahkan setiap kita mengejar ilmu itu maka ilmu itu akan semakin bayak. Ibarak ilmu itu sebuah goa, jadi apabila kita mauk ke dalam goa maka banyak hal yang kita tidak tau dan dengan demikian kita dapat memanfaatkan masa-masa kita sebagai seorang pelajar agar kelak apa yan kita pelajari dapat bermanfaat baik bagi kita sendiri ataupunbagi orang lain yang pastinya untuk pembangunan manusia-manusia nusa dan bangsa Indonesia kea rah yang lebih baik dan maju.    
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Berikutnya tingkatan grahastha dalam catur asrama adalah masa berumah tangga. Masa berumah tangga di sini tidak semata-mata menikah lalu memiliki keturunan, tetapi ada aturan-aturan yagn patut kita kerhatikan, bahwasannya banyak kasus-kasus di lingkungan sekitar kita bahwasanya kawin atau nikah dengan dipaksa oleh orang tua, atau sebalinya kawin tapi tanpa restu ornag tua dan bahkan yang paling parahnya lagi sebelum menikah sudah mengandung duluan dan akhirnya dengan terpaska kedua orang tua mau-tidak mau harus menerima kenyataan itu.
Dalam agama hindu yang tertuang dalam kitab Manawa dharm sastra jenis atau cara perkawinan ada delapan, salah satunya tadi atas dasar suka orang tua merestui, dan ada atas dasar kehendak orang tua sehingga anak mengikuti apa kemauan orang tua dan ada juga dengan cara menculik anak gadis untuk dipasa dinikahi.
Dasar dari sebuah perkawinan adalah untuk memeiliki keturunan agar kelak ada yang meneruskan karma dari kedua ornag tua, berikutnya hak dan kedudukan suami isti dalam pergaulan kehidupan masyarakat, masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum (sesuai aturan), suami sebagai kepala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rumah tangga, suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, dan saling memberikan bantuan secara lahir dan batin.
Dari semua itu masing-masing memiliki tugas pokok dan fungsinya atau kewajiban masing-masing, seperti seorang suami wajib melindungi dan menafkahi anak dan istri, dan lain sebagainya. Kewajiban seorang istri harus pandai membawa diri dan pandai mengatur serta memeihara rumah tangga, supaya baik, harmonis dan ekonomis itu yang pastinya, serta dan lain sebagainnya. Berikutnya kewajiban kita sebagai anak adalah menghormati dan berbhaktikepada oarang tua dengan berperilaku yang menyebabkan orang tua senang dan dapat menumbuhkan cinta kasih lebih mendalam.   
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Berikutnya wanaprastha asaram, apa bila jaman dulu seseorang yang menginjak masa wanaprastha, ia mengasingkan dirikedalam hutan untuk mendapatkan ketenangan hidup, karena di dalam hutan itu jauh dari pengaruh-pengaruh keduniawian, sehingga memungkinkan untuk untuk medapatkan kebahagiaan rohani. Tetapi apabila sekarang hutan sudah mulai punah bahkan sudah rusak karena pembabatan hutan atau illegal loging, sehingga pohon-pohon besar sudah ditebangi dan kita tinggal menerima apabila bencana banjir atau longsor, karena pohon-pohon sebagai penompang itu semua sudah habis di tebangi.
Pendengar umat sedhrama diamnapun berada,
Maksud dari pada masa wanaprastha asrama adalah kita mulai lepas akan pengaruh keduniawian atau simplelnya kita tidak lagi mengurusi urusan-urusan yang meyakngkut harta benda. 
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Masa terakhir dalam catur asrama adalah bhiksuka (sanyasin) yagn dalam kesehariannya hanya meminta-minta dalam artian di sini meminta-minta itu bukan pengemis yang meminta-minta di lampu merah atua pingir jalan. Meminta-minta di sini adalah seluruh pikiran dan berbuatannya hanya dicurahkan untuk memuja sang hyang widhi, sedangkan untuk mempertahankan hidupnya mendapat dari mereka yang mendambakan rasa kasih saying yang abadi. Karena kemantapan rohaninya para bhiksu tahan akan panas, dingin dan lapar, serta tidak terikat dnegan indra.
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Itulah uraian daripada catur asarama, maka kita sebagai manusia tidak hanya lahir, hidup dan mati, tetapi dalam hidup kita banyak memeiliki peran serta tanggung jawab untuk kelangsungan masa depan bangsa serta kelangsungan kelak kita meninggal, karena kelak kita meninggal tidak membawa harta, rupa yang cantik atau yang lainnya, melainkan kelak kita meninggal hanya membawa bekal karma perbuatan kita semasa hidup. Maka mumpung kita diberi umur panjang dan hidup sebagai manusia hendakknya kita manfaatkan untuk berbuat yang baik atau terbaik untuk kita dan orang lain, karena kita tidak bias hidup sendiri. Maka kita harus bersifat atau menjalankan tat wam asi saya adalah kau, kamu adalah saya maka niscaya saling menghargai dan menghirmati di dunia ini akan terjalin dan mudah-mudahan kita terjauhkan dari malapetaka.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

DHARMA

DHARMA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah tentang DHARMA.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Sering kita katakan kita harus berperilaku dan berbuat sesuai dharma, mengarungi kehidupan juga harus sesuai dharma, berperilaku di lingkungan masyarakat harus sesuai dharma, berperilaku di sekolah, tempat kerja dan dimana-mana harus berbuat sesuai dharma, tetapi perlu kita ketahui bersama, dharma tidak hanya untuk berperilaku, tetapi juga untuk berpikir, berbicara dan perasaan pun memiliki kemampuan untuk mengamalkan atau mengajarkan dharma, sehingga kita dapat memahami dharma dengan seutuhnya.

Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Tentang Dharma mungkin Bapak/Ibu pendengar umat sedharma sudah mengetahui apa itu dharma, dan mengapa kita harus merbuat sesuai dharma dan lain sebagainnya, serta sering pula kita ucapkan sedikit-sedikit harus sesuai dharma. Bahwasanya Dharma yang sesungunnya adalah segala yang mendukung manusia untuk mendapatkan kerahayuan. Dengan demikian, dharma mengandung kebajikan, kebenaran, dan hukum. Kita sebagai umat Hindu, tentu mengetahui, bahwasanya kita sebagai uamat Hindu berlandaskan dharma, karena itulah sering pula agama Hindu disebut sebagai sanantana dharma, yang artinya ialah ajaran yang abadi. Karena landasannya dharma, maka agama Hindu menuntun orang untuk mendapatkan kerahayuan dalam hidup ini.
Dengan demikian pula dharma menuntun atau mengarahkan manusia atau mengajarkan pelepasan dari ikatan duka yang selalu merupakan ciri dari hidup ini. Tidak dapat kita pungkiri, bahwasanya dijaman kali yuga ini, hampir semua umat manusia akan lupa dengan dirinya sendiri, serta sudah mulai mengkesampingkan ajaran agama, serta etika dan susila yang sudah mulai pudar dari diri kita, dan banyak lagi perilaku manusia yang menyimpang dari yang sebenarnya, sehingga sulit kita berfikir untuk dapat hidup dengan tenang dan tentram, karena saling bersikutan antara manusia satu dengan manusia lainnya, bahkan yang lebih parah lagi apabila kita hidup di suatu kelompok yang memikirkan dirinya sendiri atau dalam arti bahasa gaulnya itu egois, dengan demikian, sehingga keselarasan dan saling menghormati itu sudah tidak ada lagi, seperti kita  di dalam dunia kerja atau contoh mudahnya dalam satu kantor, kadang kerabat kerja kita iri saat melihat kita sukses atau mendapat posisi yang lebih tinggi (jabatan) dari situlah sehingga terbangun perasaan yang tidak harmonis, sehingga itulah yang muncul apabila kita tidak sadar akan siapasih sebenarnya kita ini, dan mengapasih kita hidup di dunia ini bersama orang-orang lain?, serta kenapa ada orang yang kaya, miskin, rambut kriting, rambut lurus, kulit hitam, kulit putih, serta lain sebagainya?. Itulah serentetan pertanyaan yang sering menghinggapi pikiran kita di saat perbedaan itu muncul. Kondisi itu tercipta bukan semata-mata Tuhan menciptakan hal itu agar kita terus-menerus berkonflik, tetapi yang sebenarnya adalah kita saling melengkapi dan saling mengisi serta saling menghormati, maka ajaran atua perilaku yang saling menghormati itu adalah ajaran dari pada dharma itu sendiri. Jadi jelas bahwasanya dharma merupakan tuntunan untuk kita dapat menghormati serta mengasihi satu sama lain tanpa memandang suku, adat, ras dan golongan atau ciri fisik lainnya.      

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Kita sebagai manusia sangat jauh dari sebuah kesempurnaan. Dan bahkan manusia yang di lahirkan di bumi ini atas dasar kehendak Tuhan YME memang tidak dibuat untuk sempurna pertanyaannya kenapa?, karena apa bila manusia di bumi ini sempurna, maka manusia satu dengan manusia lainnya tidak saling memerlukan serta tidak saling membutuhkan untuk melangsungkan kehidupannya, Maka disini pertanyaanya bagaimana seandainya manusia itu serba bisa? Maka tidak perlu lagi sistem sosial, tidak perlu lagi ada orang berjualan di pasar, tidak perlu lagi ada tukang ojek atau supir taksi dan lain sebagainnya. Dengan demikiana apa tidak kacau sistem yang ada saat ini?. Oleh karena itu, maka saling memerlukan serta saling melengkapi itu harus ada dan mutlak adanya. Untuk menerapkan sistem, dengan demikian supaya satu sama lain tidak saling merugikan dan tidak ada saling curiga, maka ajaran dharma itulah yang penting kita amalkan serta menjadi landasan dan pedoman, sehingga satu-sama lain tidak ada perselisihan melainkan saling menghormati dan toleransi akan terbangun dengan sendirinya.   

Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Mengurip artikel seorang pendharma wacana terkemuka di bali mengatakan manusia itu ibarat seekor burung yang memiliki satu sayap. Jadi seandainya dia mau terbang maka membutuhkan seekor burung lagi agar mereka saling bergandengan untuk bisa terbang. Filosofis burung tersebut sangat errata kaitannya dengan manusia yangtidak pernah sempurnya seutuhnya, karena manusia ada lebih di sisni ada juga kurnag di sana. Maka dengan demikian kita sebagai manusia tidak boleh sombong serta egois dan mengangap diri kita mampu berbuat sesuatu dengan sendiri atau seorang diri, itu mustahil adanya.    

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Kesombongan atau keyakinan berlebihan yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung yang bersayap sebelah, namun memaksa diri untuk terbang.   Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap. Mau belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah. Oleh karena alasan inilah, kita mencoba untuk memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan. Entah itu memeluk anak, memeluk istri, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, memeluk Tuhan atau di kantor memulai kerja dengan memeluk orang lain.
Demikian jelas bahwasanya kita hidup di dunia ini tidak bisa sendiri, sehingga kenapa manusia mendapat julukan makluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri, dari hal tersebut untuk kita tetap harmonis dalam menjalani hidup-hidup ini, maka penting semua itu kita landasi dengan sebuah bingkai kasih saying yaitu dharma. Maka niscaya adakan kita akan bahagia dan harmonis apabila kita selalu berpedoman dan berlandaskan dharma dalam mengarungi hidup ini     

Pendengar Umat Sedharma yang Saya cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

TUJUH KEGELAPAN DALAM DIRI

TUJUH KEGELAPAN DALAM DIRI

..
OM SWASTYASTU, Om Avighnam Astu Namo Sidham, Om anobadrah kratavo yantu visvatah, Saudara pendengar umat Sedharma, berbahagia sekali  malam ini kita dapat berjumpa kembali dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Pendengar sedharma marilah kita haturkan Puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang  Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas segala Asung Kerta Wara Nugraha yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua, Sehingga kita masih diberikan kesempatan dan perlindungan untuk berjumpa kembali dalam acara ini renungan agama Hindu. Pendengar dan umat sedharma, Topik Renungan kita malam ini yaitu “TUJUH KEGELAPAN DALAM DIRI (SAPTA TIMIRA)”, bersama saya Wahyu Diantoro.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Sapta timira terdiri dari kata sapta dan timira. Sapta yang artinya tujuh, timira artinya kegelapan atau kemabukan. Jadi sapta timira adalah tujuh macam kegelapan atau kemabukan. Demikian orang yang dikuasai oleh kegelapan atau kemabukan akan berbuat menyimpang dari ajaran agama. Perbuatan yang melanggar hukum akan membuat orang menjadi sengsara, masyarakat menjadi resah dan terancam. Oleh karena itu, kegelapan atau kemabukan itu hendaknya dihindari. Orang yang tidak mabuk atau gelap oleh sapta timira maka ia disebut orang yang utama dan bijaksana. Antara lain rupa yang tampan atau cantik, kekayaan, kepandaian, keturunan atau kebangsawanan, keremajaan, minuman keras, dan keberanian,. Jadi seseorang yang tidak memamerkan atau memanfaatkan kelebihannya itu untuk sesuatu yang negatif itulah yang disebut orang yang rendah hati, sehingga muncul sebuah kalimat/kata mutiara untuk orang yang seperti itu, di katakana Rendah Hati Hanya Milik Orang Bijak kalimat tersebut tidak dapat kita pungkiri sehingga kodratnya seperti itu.      
       
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Dari pembagian sapta timira, maka yang pertama adalah surupa. Surupa artinya rupa yang tampan atau yang cantik. Jadi kita sebagai manusia ciptaan Tuhan dengan berbagai kekurangan, hendaknya kita tidak sombong dan angkuh karena diberikan sedikit kelebihan. Karena ketampanan dan kecantikan itu adalah anugrah dari Sang Hyang Widi Wasa (TYME). Anugrah tersebut patut kita syukuri. Namun, kecantikan dan ketampanan itu tidak kekal, karena itu semua ada masanya, saat kita masih bayi kita di pandang seorang bayi yang imut, mulai menginjak remaja dan dewasa kita boleh dikatakan tampan dan cantik, tetapi saat kita tua pastilah kita akan kriput dan mungkin ompong, itulah yang dikatakan ketampanan dan kecantikan tidak kekal (abadi).   
Namun dengan wajah yang tampan dan cantik seseorang akan mendapat simpati dari teman-temannya. Apalagi wajah yang tampan atau cantik itu disertai dengan perilaku dan budi pekerti yang baik. Bila ketampanan atau kecantikan itu disertai dengan tingkah laku yang tidak benar, sombong atau angkuh, maka akan mengakibatkan penderitaan. Dan penderitaan yang diakibatkan bukan hanya pada orang lain, tetapi juga pada dirinya sendiri. Maka dari itu manfaatkanlah ketampanan dan kecantikan itu dengan wajar dan disertai perilaku yang baik, sehingga nantinya tidak mencelakakan orang lain maupun dirinya sendiri.     
..      
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Berikutnya adalah dhana yang artinya harta kekayaan. Pertanyaannya, siapasih yang tidak senang dan bahagia apabila memiliki kekayaan dan mendapatkan kekayaan? Dengan kekayaan akan bisa membawa kita kemana saja yang kita suka dan mendapatkan apapun yang kita inginkan dan lain sebagainya. Maka dari itu setiap orang bekerja keras siang dan malam berlomba-lomba untuk memperoleh kekayaan. Lantas untuk apa kekayaan itu? Maka kita jawab dengan hati yang suci sesuai dengan ajaran dharma. Sama halnya dengan kecantikan, Kekayaan itu sifatnya tidak kekal. Dalam ajarna agama Hindu terutama, kita diajarkan untuk beramal atau berdhana punia. Menolong orang yang tidak mampu dan membantu pembangunan tempat suci (pura) adalah perbuatan yang mulia. Orang yang selalu beramal dan berdhana punia hidupnya akan bahagia, dan amalnya itu untuk bekal mencapai sorga. Tetapi sebaliknya apabila dengan kekayaan, mata kita buta/terlena dengan kekayaan, maka sebaliknya sengsara dan malapetaka akan kita dapatkan.      
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Sapta timira yang ketiga adalah guna yang artinya adalah kepandaian. Hidup sebagai manusia penuh dengan pantangan dan tantangan, untuk mengatasinya tentulah sangat memerlukan kepandaian. Dengan kepandaian hidup akan merasa lebih dan mudah untuk melaksanakan sesuatu kegiatan. Agama mengajarkan dan menganjurkan kita untuk terus-menerus belajar dalam hidupnya agar menjadi pandai. Karena orang pandai akan mampu melepaskan dirinya dari lembah kesengsaraan. Tetapi sebaliknya apabila kepandaian itu kita gunakan untuk hal-hal yang negatif atau merugikan dan mencelakakan orang lain, maka kepandaian juga akan mengyengsarakan dan meghancurkan kita. Seperti orang pandai untuk merakit bom, tetapi salah di gunakan untuk menghancurkan gedung dan membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa yang belum tentu berdosa, itulah sebuah kepandaian yang salah digunakan.
Ada sebuah cerita:
Dikisahkan raksasa Niwatakawaca adalah raja di Manimantaka. Ia sangat sakti, kesaktiannya atau kepandaiannya tidak dapat dikalahkan oleh para dewa. Merasa dirinya sakti dan kuat iapun menjadi angkuh dan sombong. Ia mabuk karena kepandaiannya. Bahkan Ia ingin menghancurkan sorga loka.
Lalu Dewa Indra mengutus Arjuna dan Dewi Supraba untuk menyelidiki kesaktian Niwatakawaca. Dewi Supraba adalah seorang bidadari. Bila mereka berhasil menyelidiki kesaktian Niwatakawaca, maka Arjuna dengan mudah untuk membunuhnya.
Dewi Supraba lalu mendatangi Niwatakawaca di istanannya. Dengan tutur kata yang lemah lembut dan kecantikannya, Dewi Supraba berhasil mengoda Niwatakawaca, dan ia pun jatuh cinta pada kecantikan Dewi Supraba. Karena mabuk cinta ia pun lupa diri, segala rahasiannya diceritakan pada Dewi Supraba. Begitu juga dengan rahasia kesaktiannya yang terletak di pangkal lidahnya ia sebutkan. Setelah rahasiannya terbongkar dengan mudah Arjuna membunuhnya, maka matilah Niwatakawaca karena kesaktiannya. Ia mabuk kepandaian dan akhirnya kepandaiannya itu juga yang membunuhnya.
Dari cerita tersebut jelas bahwasanya, seharusnya dengan kepandaian kita dapat membedakan mana yang buruk dan mana yang baik. Sehingga mata kita tidak tertutup oleh kepandaian yang kita miliki sendiri.            
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Berikutnya yang dapat membuat kita gelap atau mabuk adalah keturunan, dalam sapta timira dikenal dengan kata kulina. Dengan keturunan, biasanya kita merasa drajat kita lebih tinggi dan akhirnya menyebapkan kita angkuh, sombong dan membeda-bedakan pergaulan. Maka dengan berbuat seperti itu akan menjadikan kita sengsara, karena kita dijauhi oleh orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu maka janganlah kita membeda-bedakan dalam bergaul serta jangan angkuh dan sombong bagi kita yang setatus sosialnya lebih tinggi. Karena dengan begitu kita akan mendapatkan banyak teman serta disayangi oleh orang-orang di sekitar kita.   
.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Perilaku lain yang membuat kita gelap adalah minuman keras dan keberanian (kemenangan) minum-minuman keras dapat menyesatkan dan merugikan kita, salah satunya dari segi kesehatan, oleh karena itu sebaiknya kita hindari ninum-minuman keras dan kalau bisa kita jauhkan diri dari barang tersebut. Berawal dari situ juga biasanya seseorang yang merasa dirinya hebat dan kuat sering menyepelekan dan bertindak kasar terhadap orang lain, karena mengangap dirinya kuat dan tidak ada yang dapat mengalahkannya. Seperti sebuah cerita yang saya sampaikan tadi sekuat-kuatnya manusia dan sepintar-pintarnya seseorang yang tidak didasari oleh dharma (kebaikan/kebenaran) maka pasti akan terkalahkan oleh dharma yang senantiasa menjunjung tinggi kebaikan dan kebenaran. Itulah kehebatan dan kelebihan sebuah kekuatan dharma.   
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Segala kelebihan yang kita miliki merupakan anugrah bagi kita, tetapi kelebihan itu dapat berdampak positif atau negatif, maka marilah kita yang memiliki kelebihan jangan menjadi angkuh dan sombong, tetapi jadilah padi yang memiliki filosofis semakin berisi semakin merunduk. Maka niscaya kedamaian dan ketentraman akan kita dapatkan. 
.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, semuga apa yang saya sampaikan  dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan dan kebahagiaan lahir bhatin bagi kita semua.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

APA ITU HINDU

APA ITU HINDU

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Dalam Tema kita yaitu APA ITU HINDU.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Kita ketahui bersama, bahwasanya agama hindu merupakan agama tertua di dunia ini. Sebagai agama dunia yang telah tua usianya, dan dengan adanya perkembangan dunia selama kurun waktu 5000 tahun, tentunya banyak mengalami proses pengembangan dan pengabdatasian yang patut kita renungkan. Dari perbedaan tempat, letak geografis, bentuk budaya, dan lain sebagainya, sehingga agama hindu menampilkan wajah yang berbeda-beda tetapi secara prinsip intinya tetap sama. Walau pelaksanaannya dapat berbeda, namun secara prinsip intinya sama.  
...........................................
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Agama hindu mengajarkan kepercayaan yang universal atau menyeluruh. Ia memberikan kebebasan kepada penganut-penganutnya untuk menghayati dan merasakan sari-sari ajarannya. Sedangkan penganutnya (kita sebagai umat hindu) tidak hanya menghafalkan apa yang diajarkan oleh kitab sucinya, tetapi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena kebebasan untuk mengalami rasa agama, maka agama hindu adalah agama yang dirasakan oleh seluruh lapisan penganutnya.
Dengan sifatnya yang universal, maka agama hindu bukanlah agama untuk satu golongan atau suatu bangsa. Ia adalah agama untuk siapa saja yang bersedia mengamalkan ajarannya. Yaitu mengajarkan tentang dharma atau kebaikan serta memandang ornag lain seperti kit amemandang diri kita sendiri yang tertuang dalam weda di katakana tat wam asi yaitu kamu adalah saya, saya adalah kamu, dengan demikian bahwasanya kita dapat memandang orang lain selayaknya manusia yang bermartabat sebagai makluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Penanut ajaran agama hindu adalah mereka yang menikmati hidup ini dengan gairah serta menikmati suka dan dukanya dunia ini. Karena kita sebagai manusia ciptaan tuhan hendaknya kita menerima kenyataan dunia ini sebagaimana adanya, serta patuh akan hukum-hukumnya dan berusaha untuk emningkatkan kesejahteraan hidup dengan membebaskan dirinya dari permusuhan atau perselisihan, sehingga terjalinlah sebuah bangsa yang cinta akan kedamaian dengan menerapkan tat wam asi serta saling mengasihi dan mencintai satu sama lain. 

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwasanya agama hindu adalah agama yang universal serta tidak hanya untuk satu golongan atau kelompok dan dapat beradap tasi dari jaman ke jaman serta dari tempat satu ke tempat lainnya, sehingga ajaran hindu mengikuti gaya atau tradisi dan budaya setempat, seperti di bali, umat hindu di bali melakukan persembahyangan atau beribadah dengan cara lebih banyak mengutamakan upakara atau banten, berbeda dengan di jawa yang lebih mengutamakan tatwa, berdeda juga dengan di Kalimantan, Sulawesi, ambon dan lain sebagainnya. Itulah penerapan dari pada ajaran agama hindu, tetapi dasar dari agama hindu adalah menerapkan ajaran dharma, sehingga agama hindu disebut dengan sanantana dharma.      
 
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Inti dari ajaran atau penerapan agama hindu bukan pada simbul upakara ataupun sejenisnya, bukan juga prosesi ibadahnya, serta bukan dari keturunan, melainkan ajaran agama hindu adalah bagi mereka yang memiliki keyakinan atau yang lebih dikenal dengan panca sradha yaitu percaya dengan adanya btahman atau tuhan, percaya dengan adanya atma atau roh, percaya dengan adanya kukum karma palha atau hukum sebab akibat, percaya dengan adanya samsara atau punar bhawa yaitu kelahiran kembali dan percaya dengan adanya moksa yaitu menyatunya atma dengan Brahman atau mudahnya menyatunya roh kita kepada Tuhan YME (Sang Hyang Widhi Wasa) yang berlandaskan pada iga krangka dasar agama hindu yaitu tatwa (filsafat), susila (etika) dan upakara (ritual). Itulah sebenarnya ajaran agama hindu, jadi dari sekian komponen harus seimbang dan selaras serta tetap mengabadikan ajaran tat wang asi, yang mengajarkan saya adalah kamu, kamu adalah saya jadi tat wam asi itu mengajarkan kita sebagaimanusia untuk saling mencintai dan mengasihi satu sama lain, dan tanpa memandang suku, adat, ras, agama dan golongan atau miskin dan kaya. Karena senantiasa mereka yang diciptakan di bumi ini adalah ciptaan Tuhan YME dan patut kita lindungi dan kita jaga serta kita rawat demi tercapainnya manusia yang bermartabat serta memandang manusia selakaknya manusia yang memilikiharga diri. 
..  
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Tujuan agama hindu adalah moksatam jagabdhita ya ca iti dharma yaitu menyatunya roh kita atau atma dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME) sehingga apa bila kita sebagai manusia menginginkan hal itu maka hendaknya kita semasa hidup harus berbuat sesuai ajaran agama baik dari segi panca sradha, tri hita karana atau tat wam asi, sehingga niscaya kita sebagai manusia dapat hidup bahagia dengan berdampingan sesame manusia serta alam dan seisinya.
Apabila kita mau menengok alam ini, jadi bumi serta seisinya ini ibarat taman bunga, ada bunga yang warna merah, ada putuh, ada kuning, ada hijau bahkan ada yang biru, begitu juga binatang yang berbain di taman itu, ada kupu-kupu yang beraneka ragam warna, ada kumbang bahkan ada pula lebah yang terus menerus menghisap madu bunga-buga tersebut. Sehingga lengkaplah semua unsur kehidupan yang ada dalam lingkungan kita jadi apa bila ada orang jahat atau ornag yang kerjaannya mengusik bahkan mengancam ornag lain itu sebenarnya orangnya, seperti halnya bom bali, baik bom satu maupun bom kedua, begitu juga terorisme, itu sebenarnya sifat orang tersebut yang menyimpang dari pada agama, sehingga bukan agama yang mengajarkan hal itu , bahkan sebenarnya baik agama hindu ataupun agama-agama yang ada di bunia ini itu semua negajarkan kebaikan, kebajikan serta saling mengasihi manusia sati dengan manusia yang lainnya serta manusia dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga jelas di dunia ini tidak ada agama yan mengajarkan keburukan melainkan semua agama mengajarkan kebaikan.  
...............................................................
Pendengar umat sedharma yang berbahagia
Jelas bahwasanya semua agama mengajarkan kebaikan, serta agama pula melarang bagi pemeluknya untuk saling menyaikiti satu sama lain, bahkan agama melarang berbuatan yang merugikan orang lain. Itulah sebenarnya agama, yang memiliki arti A dan GAM jadi agama adalah A artinya tidak dan GAM artinya pergi, jadi AGAMA adalah tidak pergi dan tetap ditempat untuk selamanya serta langgeng dan abadi.
...........................................................................
Pendengar Umat Sedharma Yang Saya Cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

CATUR ASRAMA

CATUR ASRAMA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita pagi ini adalah CATUR ASRAMA.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Catur asrama atau dalam bahawa san sekerta di sebutkan catur adalah empat dan asrama merupakan tempat, pertapaan atau lapangan hidup kerohanian. Tempat pertapaan adalah suatu lapangan yang dijadikan latihan pengendalia diri untuk memesuki tempat hidup tertentu berupa petunjuk-petunjuk kerohanian. Jadi, catru asrama itu berarti empat tempat lapangan hidup yang di jadikan tempat latihan mengendalikan diridalam dunia kerohanian menurut tingkatan-tingkatan kehidupan.
Di dalam kitab Silakrama ada disebutkan tentang catur asrama yang berbunyi, artinya:
Yang bernama catur asrama ialah brahmacari, grahastha, wanaprastha dan bhiksuka. Demikianlah yang bernama catur asrama. Brahmacari namannya orang yang sedang membiasakan (mempelajari dengan cermat) ilmu pengetahuan (sastra) dan yang mengetahui perihal ilmu huruf (aksara) orang yang demikian pekerjaannya bernama brahmacari. Adapun yang dianggap brahmacari di dalam masyarakat ialah orang yang tidak terikat nafsu keduniawian, seperti beristri atau bersuami. Adapun brahmacari yagn lain (dari itu) disebut brahmacari asrama, artinya memnuntut ilmu petunjuk kerohanian (atmapradesa). Sang yogiswara beliau brahmacari di dalam berbagai ilmu (sastranatara), di dalam pengertian ilmu (sastrajnana). Setelah puas dimasukkannya pengetahuan semuayang dikehendaki beliau, menjadi grahastalah beliau, maka beristrilah beliau dan mempunyai keturunan dan sebagainya, berikutnya memupuk kebajikan yangberhubungan dengan diri pribadi (kayika dharma), dengan kekuatan yang ada padanya (yatha sakti).
Setelah dilakukan dharma grahasta, menjadi wanaprasta eliau, pergi dari desa dan menetap di tempat yang bersih dan suci, terutama di gunung, dan mendirikan pertapaan sebagai tempatnya melakukan pancakrama serta mengurangi nafsu keduniawian serta mengajarkan ajaran kerohanian (dharma). Setelah beliau wanaprastha, bhiksukalah beliau, maka beliau pergi dari pertapaannya, maka beliau tidak terikat oleh sesuatu, serta tidak mengaku memiliki pertapaan, tidak merasa mempunyai murid (sisya/siswa), tidak merasa berpengetahuan, semua itu ditinggalkan beliau.        
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Itulah uraian agastya parwa mengenai system catru asrama. Dari melihat uraian dalam teks tersebut, jelas bahwasanya di dalam peraturan asrama (lapangan hidup yang berdasar petunjuk kerohanian) yang pertama yaitu brahmacari atau brahmacarya, dari brahmacari yang menjadi pokok ialah soal aguron-guron atau soal menuntut ilmu dan mendidik diri untuk mencapai kesempurnaan rohani. Di samping brahmacari yangberarti juga pantangan atau dilarang untuk mengenal sex (sexsual relation) jadi saat kita berposisi sebagai brahmacari maka kita dilarang untuk berhubungan badan atau dalam arti tidak boleh menikah/kawin. Dalam sastra jawa kuno dikatakan brahmacari digolongkan menjadi tiga macam yaitu: sukla brahmacari, swala brahmacari dan Krishna brahmacari.
Dari inti pokok catur asrama adalah atau empat lapangan dalam menjalankan roda kehidupan itu antara lain: brahmacari asrama, grahasta asrama, wanaprastha asrama dan bhiksuki/sandiasin asrama.
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Seperti uraian di atas, bahwasanya brahmacari adalah tingkatan hidup bagi orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini dapat diperjelas secara khusus dalam kitab Silakrama hsl. 8 sebagai berikut:
Brahmacari ngaranya sang sedengmangabhyasa sang hyang sastra, mwang sangwruh ring tingkah sang hyang aksara, sang manhkana kramanya sang brahmacari ngaranya
Yang artinya:
Brahmacari namanya bagi orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan, dan mengetahui perihal ilmu huruf (aksara)
Jelas bahwasanya brahmacari atau brahmacarya, dikenal juga dengan istilah hidup aguron-guron, atau asewaka guru. Dengan istilah jawa kunonya disebut dengan lapangan hidup asrama, yaitu tempat penampungan bagi siswa yang sedang menuntut ilmu. Dalam tingkatan brahmacari ini adalah guru mendidik siswa atau murid dengan petunjuk kerohanian, kebajikan, amal, pengabdian, dan semuannya itu didasari oleh dharma (kebenaran). System brahmacari ini lebih mengutamakan pada pembentukan pribadi-pribadi manusia yang tangguh dan handal serta memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Maka oleh karena itu apabila kita masih dalam tingkatan brahmacari baik siswa atau mahasiswa maka hendaknya kita dapat menuntut ilu itu dengan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya, karena ilmu itu tidak terbatas bahkan setiap kita mengejar ilmu itu maka ilmu itu akan semakin bayak. Ibarak ilmu itu sebuah goa, jadi apabila kita mauk ke dalam goa maka banyak hal yang kita tidak tau dan dengan demikian kita dapat memanfaatkan masa-masa kita sebagai seorang pelajar agar kelak apa yan kita pelajari dapat bermanfaat baik bagi kita sendiri ataupunbagi orang lain yang pastinya untuk pembangunan manusia-manusia nusa dan bangsa Indonesia kea rah yang lebih baik dan maju.    
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Berikutnya tingkatan grahastha dalam catur asrama adalah masa berumah tangga. Masa berumah tangga di sini tidak semata-mata menikah lalu memiliki keturunan, tetapi ada aturan-aturan yagn patut kita kerhatikan, bahwasannya banyak kasus-kasus di lingkungan sekitar kita bahwasanya kawin atau nikah dengan dipaksa oleh orang tua, atau sebalinya kawin tapi tanpa restu ornag tua dan bahkan yang paling parahnya lagi sebelum menikah sudah mengandung duluan dan akhirnya dengan terpaska kedua orang tua mau-tidak mau harus menerima kenyataan itu.
Dalam agama hindu yang tertuang dalam kitab Manawa dharm sastra jenis atau cara perkawinan ada delapan, salah satunya tadi atas dasar suka orang tua merestui, dan ada atas dasar kehendak orang tua sehingga anak mengikuti apa kemauan orang tua dan ada juga dengan cara menculik anak gadis untuk dipasa dinikahi.
Dasar dari sebuah perkawinan adalah untuk memeiliki keturunan agar kelak ada yang meneruskan karma dari kedua ornag tua, berikutnya hak dan kedudukan suami isti dalam pergaulan kehidupan masyarakat, masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum (sesuai aturan), suami sebagai kepala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rumah tangga, suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, dan saling memberikan bantuan secara lahir dan batin.
Dari semua itu masing-masing memiliki tugas pokok dan fungsinya atau kewajiban masing-masing, seperti seorang suami wajib melindungi dan menafkahi anak dan istri, dan lain sebagainya. Kewajiban seorang istri harus pandai membawa diri dan pandai mengatur serta memeihara rumah tangga, supaya baik, harmonis dan ekonomis itu yang pastinya, serta dan lain sebagainnya. Berikutnya kewajiban kita sebagai anak adalah menghormati dan berbhaktikepada oarang tua dengan berperilaku yang menyebabkan orang tua senang dan dapat menumbuhkan cinta kasih lebih mendalam.   
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Berikutnya wanaprastha asaram, apa bila jaman dulu seseorang yang menginjak masa wanaprastha, ia mengasingkan dirikedalam hutan untuk mendapatkan ketenangan hidup, karena di dalam hutan itu jauh dari pengaruh-pengaruh keduniawian, sehingga memungkinkan untuk untuk medapatkan kebahagiaan rohani. Tetapi apabila sekarang hutan sudah mulai punah bahkan sudah rusak karena pembabatan hutan atau illegal loging, sehingga pohon-pohon besar sudah ditebangi dan kita tinggal menerima apabila bencana banjir atau longsor, karena pohon-pohon sebagai penompang itu semua sudah habis di tebangi.
Pendengar umat sedhrama diamnapun berada,
Maksud dari pada masa wanaprastha asrama adalah kita mulai lepas akan pengaruh keduniawian atau simplelnya kita tidak lagi mengurusi urusan-urusan yang meyakngkut harta benda. 
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Masa terakhir dalam catur asrama adalah bhiksuka (sanyasin) yagn dalam kesehariannya hanya meminta-minta dalam artian di sini meminta-minta itu bukan pengemis yang meminta-minta di lampu merah atua pingir jalan. Meminta-minta di sini adalah seluruh pikiran dan berbuatannya hanya dicurahkan untuk memuja sang hyang widhi, sedangkan untuk mempertahankan hidupnya mendapat dari mereka yang mendambakan rasa kasih saying yang abadi. Karena kemantapan rohaninya para bhiksu tahan akan panas, dingin dan lapar, serta tidak terikat dnegan indra.
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Itulah uraian daripada catur asarama, maka kita sebagai manusia tidak hanya lahir, hidup dan mati, tetapi dalam hidup kita banyak memeiliki peran serta tanggung jawab untuk kelangsungan masa depan bangsa serta kelangsungan kelak kita meninggal, karena kelak kita meninggal tidak membawa harta, rupa yang cantik atau yang lainnya, melainkan kelak kita meninggal hanya membawa bekal karma perbuatan kita semasa hidup. Maka mumpung kita diberi umur panjang dan hidup sebagai manusia hendakknya kita manfaatkan untuk berbuat yang baik atau terbaik untuk kita dan orang lain, karena kita tidak bias hidup sendiri. Maka kita harus bersifat atau menjalankan tat wam asi saya adalah kau, kamu adalah saya maka niscaya saling menghargai dan menghirmati di dunia ini akan terjalin dan mudah-mudahan kita terjauhkan dari malapetaka.
Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

CATUR PURUSA ARTHA

CATUR PURUSA ARTHA

……………………………..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo yantu wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru), Saudara Pendengar sedharma dimanapun anda berada, selamat malam dan selamat bergabung kembali dalam acara renungan Agama Hindu yang disiarkan melali RRI Nabire, Pertama – tama marilah kita menghaturkan puja dan puji syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), Atas Anugrah kesehatan dan perlindungan yang telah Beliau limpahkan kepada kita semua. Pendengar sedharma Topik kita pagi ini adalah “CATUR PURUSA ARTHA”.
……..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Dalam kita hidup beragama kita memiliki tujuan yang kita ingin capai. Tujuan itu secara umum adalah untuk mencapai kebahagiaan Jasmani dan rohani yang dalam bahasa Weda dinyatakan dengan “Atmanam Sariram Moksartam Jagad hita ya ca iti dharma” yang artinya bahwa tujuan hidup kita adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan memperoleh kebahagiaan atma berlandaskan ajaran Dharma.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Tujuan hidup kita seperti yang telah saya uraikan didepan adalah bersifat umum, tujuan ini kemudian dijabarkan dalam ajaran Catur Purusa Artha yaitu empat tujuan Hidup manusia menurut ajaran Agama Hindu. Seperti penjelasan catur Purusa artha tadi bahwa tujuan hidup manusia ada empat  yang terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Keempat tujuan hidup ini saling berkaitan dan tidak bisa kita capai hanya salah satu dari keempat tujuan hidup ini.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Tujuan hidup pertama disebut Dharma, yaitu kebajikan atau kebenaran. Jadi dharma ini merupakan landasan bagi umat Hindu untuk mencapai tujuan – tujuan hidup yang lain. Pencapaian tujuan hidup ini tidak boleh menyimpang dari ajaran kebenaran yang tertuang dalam kitab suci Weda dan Pustaka suci lainnya yang mengacu pada Kitab Suci Weda.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Tujuan yang kedua disebut Artha atau harta. Jadi untuk mendapatkan harta ini haeus berlandaskan Dharma atau kebajikan, kita tidak dibenarkan mendapatkan harta dengan cara yang menyimpang dari dharma, apalagi mengambil atau merampas harta orang lain untuk kesenangan diri kita pribadi. Dalam menjalani hidup di mayapada ini kita membutuhkan harta untuk memenuhi kebutuhan hidup, jadi harta adalah sarana bagi kita untuk mendapatkan tujuan atau cita – cita yang ingin kita capai. Arta atau kekayaan bukan tujuan akhir, jadi harta yang telah umat sedharma miliki harus difungsikan dengan sebaik – baiknya. Dan menurut Kitab Saracamuscaya harta yang kita miliki harus kita gunakan dalam tiga bidang yaitu, untuk memenuhi kebutuhan hidup, untuk yadnya (kegiatan sosial keagamaan; bersedekah, melaksanakan upacara yadnya dsb) dan untuk mengembangkan usaha untuk mendapatkan artha. Jadi bila harta yang kita miliki harus kita atur dalam tiga hal ini.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Tujuan ketiga disebut Kama yang artinya keinginan. Keinginan ini sangat banyak dan setiap orang memilikinya, bahkan keinginan – keinginan ini tidak pernah habis dari diri kita. Harta/ kekayaan yang kita milikipun tidak akan mampu memenuhi keinginan yang ada dalam pikiran kita, bahkan bila seluruh dunia ini ada dalah genggaman kita belum mampu memenuhi keinginan satu orang saja. Jadi keinginan ini harus kita kendalikan dan harus disesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki.

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Bila keinginan ini tidak kita kendalikan maka ia akan menjadi musuh berat dalam diri kita. Dalam ajaran Agama hindu kita mengenal ajaran Sadripu yaitu enam musuh dalam diri manusia dan musuh yang pertama adalah kama atau keinginan. Jadi bila keinginan ini tidak kita kendalikan maka bisa ia menjadi musuh yang menghancurkan diri kita dan sendiri dan menjerumuskan kita pada kesengsaraan (Naraka). Kitab Bhagawad Gita pun menyatakan bahwa Kama/ keinginan merupakan salah satu pintu yang dapat menjerumuskan kita ke alam Neraka (Penderitaan). Sebagai contoh bapak/ ibu dan pendengar sedharma dapat membuktikan sendiri dengan keinginan – keinginan kita masing – masing bagaimana bila kita punya keinginan yang ingin kita capai, tapi sarana untuk memenuhi keinginan itu tidak ada atau kita tidak memiliki artha untuk membeli barang yang kita inginkan? Pikiran kita jadi gelisah dan pasti kita tidak akan bisa tidur dengan nyenyak karena keinginan itu belum tercapai.

Pendengar sedharma para bhakta terkasih,
Tujuan keempat adalah Moksa yaitu kebahagaiaan rohani. Kebahagiaan ini adalah tujuan akhir dari seluruh kehidupan kita ini. Kondisi ini akan kita capai kita Sang Jiwa yang mendiami badan kita mampu menyatu dengan Jiwa alam Semesta, Pencipta segala yang tercipta. Kondisi bahagia ini dapat kita analogikan seperti orang yang berjalan dipadang pasir yang kehausan ketika mendapat setengguk air dia akan merasa bahagia. Jadi ketika jiwa kita haus akan setengguk air kebahagiaan maka tidak ada jalan lain selain mendekatkan diri kepada Sanghyang Widhi Wasa melalui tuntunan Guru spiritual dan mengikuti petunjuk Beliau. Dan seorang guru kerohaniaan yang sudah mengalami realisasi kebahagiaan rohani tidak akan menyesatkan kita dalam kesenangan duniawi. Karena beliau tidak saja membacakan petunjuk dalam kitab suci tetapi beliau telah membuktikan kebenaran yang tertuang dalam kitab suci.

Pendengar sedharmapara bhakta terkasih,
Keempat tujuan hidup ini adalah saling terkait dan tidak bisa salah satu saja yang dipenuhi, oleh karena itu sebagai kesimpulan dan ajakan bagi kita semua bahwa apapun yang kita lakukan untuk mendapatkan harta, untuk memenuhi keinginan harus berdasarkan ajaran Dharma dan Harta/kekayaan serta keinginan yang kita miliki harus kita arahkan untuk mendapatkan kebahagiaan jasmani dan rohani berlandaskan ajaran kebenaran yang termuat dalam Kitab Weda.

Pendengar sedharma yang berbahagia,
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam acara kita malam ini, semoga dapat bermanfaat bagi pendengar sedharma
“Om Loka samastha sukhino bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
…………..

GALUNGAN

GALUNGAN

..
OM SWASTYASTU, Om Awignamastu Namo Sidham, Om siddhir astu tat astu svaha, Om Sukham bhavantu, purnam bhavantu, Manggalam astu, tat astu svaha. Saudara Sedharma yang berbahagia Selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Mengawali jumpa kita pagi ini, marilah kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kita dapat berjumpa kembali dalam acara santapan rohani agama Hindu. Pendengar sedharma Topik kita pagi ini adalah tentang “GALUNGAN”.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Sebentar lagi kita akan merayakan hari besar yang menyimbulkan kebaikan melawan kejahatan atau kemenangan dharma melawan adharma yang dirayakan setiap 120 hari sekali atau setahun dua kali yang sering disebut dengan hari raya galungan. Sebagai umat hindu hari raya galungan sering juga disebut hari pawedalan jagat atau otonan gumi. 
       
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Hari galungan memiliki banyak cerita sehingga menimbulkan banyak pengertian, sehingga hari raya galingan tidak hanya semata-mata dharma melawan adharma dan kemenagan di pihak dharma. Ada beberapa versi pnegertian dari pada galungan itu sendiri. Banyak orang mengartikan galungan itu berasal dari kata Gulat yang berarti pergulatan. Berdasar atas pengertian ini dapat dikatakan bahwa galungan adalah merupakan pergulatan dharma melawan adharma dengan kemenangan berada pada pihak dharma, sehingga galungan dapat diartikan sebagai hari peringatan kemenangan dharma melawan adharma.
Di lain sisi banyak orang juga mengartikan galungan berasal dari kata Galunggung yang berarti tonggak peringatan pertemuan astawarna dengan pancawarna secara bulat atau Ngwindu dalam kurun waktu tertentu. Sehingga dalam pelaksanaannya upacara tonggak peringatan itu disimbulkan dengan penjor, sedangkan penjor tersebut, itu melambangkan atau simbol persembahan terhadap Tuhan yang bersemayam di puncak-puncak gunung tertinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gunning adalah merupakan tongak-tonggak daripada alam semesta.
Berbeda lagi dalam prespektif atau pemahaman kita terhadap galingan itu sendiri. Dalam sebagian mayarakat juga mengartikan galungan berasal dari kata galung yang berarti pertarungan, yaitu member kesan kepada kepada kita bahwa perayaan galungan ada hubungannya dengan perang. Keadaan perang abadi antara kebenaran dengan kejahatan, antara sura melawan asura tetapi menjadi tema sehingga semua symbol dalam yadnya mengandung lambing perang.         
..      
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Dari sudut pandang tradisi, masyarakat memiliki Pemahaman yang berbeda pula, baik di bali yaitu di Indonesia dengan di India. Apabila di di Indonesia atau di bali, mengaitkan perayaan galungan atau perayaan galungan berkaitan dengan runtuhnya kerajaan mayadanawa. Di samping itu, ada yagn menghubungkan dengan raja jayapangus menerima wahyudari bgatari durgha tatkala beliau bersemadi, supaya hari raya galungan itu dirayakan oleh masyarakat bali.
Berbeda halnya dengan pemahaman tradisi galungan di india. Tradisi di india mengaitkan sejarah perayaan galungan dengan terjadinya peperangan antara dewa-dewa melawan dhanawa/raksasa di mana dewi durgha memegang peranan penting sebagai pahlawan yang menyelamatkan dewa-dewa selama 10 hari, karena itu galungan di india dikenal dengan durgha puja atau nawa ratri atau wijaya dasami.   
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Dari pemahaman masyarakat baik dalam pemahaman budaya dan secara umum akan perayaan galungan yang saya sampaikan tadi, itu tidak menjadi sebuah perbedaan di antara kita semua, terutama bagi umat hindu di seluruh dunia. Saat ini yang penting dan perlu kita ketahui dan pahami, sejauh mana kita dapat menghayati dan melaksanakan hari raya galungan itu sendiri.
Tetapi yang perlu kita ketahui secara umum bahwasanya galungan adalah sebuah perayaan atau sukuran atas kemenangan dharma melawan adarma. Contoh kecilnya musuh dalam diri kita sendiri. Itulah musuh yang paling sulit kita lawan dan atau kita hindari. Bahkan apabila kita menjauhinya maka dia akan mendekat kita, begitu juga sebaliknya, apabila kita mendekatinya dia akan menjauhi kita. Sehingga perayaan galungan tidak hanya kita rayakan dengan foya-foya atau dengan acara yang meriah-ruah dan happy-happy, tetapi yang perlu kita pahami adalah sejauh mana kita dapat melawan musuh dalam diri kita sendiri. Dan saat ini baik saat perayaan galungan atau bukan perayaan galungan, hendaknya kita dapat melawan atau menaklukkan hawa nafsu kita di dalam diri kita sendiri sehingga kedepannya kita dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dan kita dapat intropeksi diri.     
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Sesungguhnya hari raya Galungan itu adalah hari untuk mengingatkan umat manusia untuk melakukan nilai-nilai moral yang akan membawa kita kedalam kehidupan yang lebih sejahtra dan bahagia. Mengapa diingatkan, karena manusia itu umumnya sering lupa. Dan diingatkan pada hari raya Galungan itu agar kita sebagai manusia untuk terus-menerus berjuang memenangkan nilai moral (Dharma) dalam hidupnya ini. Karena kalau moral Dharma tidak tegak maka hidup manusiapun akan selalu dirundung derita karena Adharma yang meraja lela. Untuk mengatasi penderitaan itu, maka dalam perayaan Galungan divisualkan tahapan yang wajib dilakukan dalam hidup ini, agar kita dapat hidup diatas relnya Dharma. Karena manusia sering lupa dan selalu adanya perobahan generasi, maka visualisasi penguatan hidup agar senantiasa berjalan diatas relnya Dharma dan hal itu agar dapat terus-menerus diingatkan melalui perayaan Galungan sampai Kuningan.

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai
Hari suci Galungan itu kita rayakan setiap Budha Kliwon wuku Dungulan. Mungkin belum banyak perayaan itu dirayakan dengan terlebih dahulu mencocokan perayaan itu dengan teksnya atau dalam pustaka petunjuknya. Dalam Pustaka Sunarigama ada dinyatakan tentang pengertian Galungan dalam bahasa Jawa Kuno. Teks tersebut sbb: Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan, patitis ikang jnyana sandhi galang apadang mariakena byaparaning idep. Inilah teks pustaka Sunarigama yang memberikan kita penjelasan apa itu sebenarnya Galungan. Petunjuk moral dari Galungan inilah yang hampir selalu dilupakan dalam merayakan Galungan. Teks Sunarigama itu semestinya kita selalu pegang sebagai landasan setiap merayakan hari besar keagamaan Hindu terutama hari raya Galungan. Dan ditekankan dalam  rumusan Sunarigama itu adalah Jnyana. Dalam ajaran Samkhya Yoga Darsana dinyatakan bahwa manusia itu dibangun oleh dua unsur yaitu  Purusa dan Predana. Dari Purusa itu menimbulkan Citta atau alam pikiran. Citta itu memiliki empat kekuatan yaitu Dharma, Jnyana, Vairagia dan Aiswarya.

Pendengar Umat Sedharma di manapun berada
Itulah perayaan galungan yang sebenarnya. Jadi sebua perayaan hari raya baik galungan, kuningan, saraswati atau yang lainnya hendaknya kita memaknai hari raya itu tidak tidak baku dalam teks atau dalam cerita-cerita tradisi masyarakat jaman dulu, tetapi kita sesuaikan teks dalam kitab suci dengan konteks kekiniaan atau dalam arti kenyataan realita yagn kita hadapi saat ini, yang mana kehidupan saat ini hampir semua manusia lebih mengejar martialisme, sehingga manusia tidak memandang ornag lain itu ada dan bergerak. Itulah nafsu yang kadang sulit untuk kita kendalikan, sehingga dengan adanya hari raya galungan, hal itu dapat mengingatkan kita semua agar kita dapat mengendalikan hawa nafsu kita yang jahat menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik.  
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

KARMA PHALA

KARMA PHALA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire bersama saya Wahyu Diantoro. Dalam Tema kita yaitu KARMA PHALA.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Karma Phala atau Hukum Karma Phala adalah hukum sebab akibat, aksi dan reaksi, gampangnya Karma Phala itu buah hasil perbuatan, apa yang kita lakukan akan mendatangkan buah/hasil. Jadi dalam kehidupan yang terus bergerak atau melakukan sesuatu pastilah kita akan mendapat karma, entah karma yang baik atau karma yang buruk. Jadi apa bila kita berbuat baik maka karma baik pula yang akan kita dapat, tetapi apabila kita berbuat buruk maka kita juga akan mendapatkan karma buruk.
Contoh:
Kita menanam mangga, maka maggalah yang akan tumbuh, kita menanam jagung, maka jagung pula yang akan tumbuh. Maka dari itu tanamlah kebajikan, benih kesucian agar hidup mendapat santi (kedamaian) dalam berpikir, berbicara dan berbuat. Berfikir, berbicara dan berbuatlah yang positif jangan sampai bertentanggan dengan hukum negara maupun hukum agama (Hindu), dari segi bicara misalnya membawa pengaruh besar aksi dan reaksinya.
...........................................
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Jelas bahwasanya hukum karma tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari, entah kita berbuat baik atau berbuat buruk. Jadi segala perbuatan kita itu ada ganjarannya. Dalam konsep agama Hindu, Hukum Karma di bagi menjadi tiga, antara lain Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala dan Kriyamana Karma Phala.

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Sancita Karma Phala adalah hasil perbuatan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmatinya, sehingga hasil perbuatannya itu akan menjadi benih yang sangat menentukan pada kehidupan sekarang, itulah yang dikatakan Sancita Karma Phala. Dengan demikian setiap kelahiran seseorang ke dunia ini telah membawa Phala dari karmanya masing-masing dari kehidupannya yang lalu. Bila seseorang menyadari hal ini, maka seseorang tidaklah menyesal dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan ini.
 
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Prarabda Karma Phala merupakan karma yang dilakukan oleh seseorang pada kehidupan sekarang ini, dan Phalanya dinikmati pula dalam kehidupan ini, sehingga tiada sisanya lagi untuk dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Jadi gampangnya sekarang kita berbuat maka sekarang pula kita menikmatinya. Itulah yang dinamakan Prarabda Karma Phala.
..  
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Karma yang ketiga adalah Kriyamana Karma Phala. Kriyamana Karma Phala merupakan hasil perbuatan seseorang yang belum sempat dinikmati pada waktu hidupnya, dan akan dinikmati pada masa penjelmaan yang akan datang atau di kelahiran berikutnya.
Itulah pembagian karma dalam agama Hindu, sehingga setiap kita melakukan sesuatu pasti akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan perbuatan yang ita lakukan.   
..
Pendengar Umat Sedharma Yang Saya Cintai
Itulah karma yang terjadi dalam siklus kehidupan makluk hidup atau manusia. Dari pembagian Karma Phala ini, saya harap para pendengar dan umat sedharma sekalian lebih paham dan mengerti akan hasil perbuatan kita.
Dalam Nitisastra III, II.
Udyoga naasti daaridryam
Japato nasti pataakam
Mauna cakaaha naasti
Naasti jagarato bhayam
       Artinya:
Tidak akan ada kemiskinan, bila rajin bekerja
Tidak akan ada malapetaka, bila rajin berjapa (berdoa)
Tidak akan ada perkelahian, bila berdiam diri
Tidak akan ada bahaya, bila senantiasa behati  hati.

Sloka tersebut sangat jelah bahwasanya kenapa ada reaksi, ya karena adanya aksi, apa bila kita makan maka kita akan kenyang begitu juga sebaliknya apabila kita lapar maka kita harus makan agar perutnya terisi oleh makanan.
...............................................................
Jadi pendengar umat sedharma yang berbahagia
Marilah kita bekerja yang semangat, tapi ingat DUIT yaitu : Doa, Usaha, Iman dan Takwa (Sraddha Bhakti) maka Awighenam astu akan membahagiakan semua pihak. Bahwasanya segala sesuatu yang kita perbuat maka akan berpengaruh besar dalam hidup.
...............................................
Pendengar Umat Sedharma Sekalian
Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, baik disengaja ataupun tidak disengaja, baik atau buruk, benar atau salah, disadari ataupun diluar kesadaran. Menurut hukum sebab akibat, maka segala sebab pasti akan menimbulkan akibat. Demikian sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau phala itu sendiri. Hukum sebab akibat inilah yang disebut hukum Karma Phala.
Sekali lagi hasil perbuatan kita yang disegaja atau tidak disengaja, sadar atau tidak sadar, maka akan menimbulkan efek, yang mana efek itu namanya Karma Phala.
Di dalam veda disebutkan  Karma Phala Ika Palaing Gawe Hala Ayu, artinya Karma Phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma itu sendiri. Maka marilah kita berbuatlah baik, agar kita semua mendapatkan karma yang baik pula, sehingga kita terhindar dari malapetaka.
...........................................................................
Pendengar Umat Sedharma Yang Cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

PENERAPAN TRI HITA KARANA

PENERAPAN TRI HITA KARANA

..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namasidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, puja dan puji syukur kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (TYME), karena kita dapat berjumpa dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire bersama saya Wahyu Diantoro. Adapun Tema kita pagi ini adalah PENERAPAN TRI HITA KARANA.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Sebelum saya menyampaikan banyak tentang penerapan Tri Hita Karana, hendaknya kita bersama-sama memahami apa itu Tri Hita Karana. Dalam agama Hindu mengenal adanya tiga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan (sang pencipta), manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Tiga hubungan tersebut itulah yang di kenal dengan Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana merupakan suatu konsep atau ajaran dalam agama Hindu yang selalu meninitik beratkan bagaimana antara sesama bisa hidup secara rukun dan damai, Tri Hita Karana biasa di artikan Secara simpel berarti tiga penyebab kesejahteraan atau yang lebih dikenal dengan tiga hubungan yang harmonis. Yang mana Tri yang artinya tiga, Hita yang artinya sejahtera, dan Karana yang artinya penyebab. Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan dan itu bersumber pada keharmonisan hubungan Tri Hita Karana adalah tiga macam hal yang menyebabkan terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran. adapun tiga hal tersebut adalah Parhayangan, Pawongan, dan Palemahan.   
 
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Sering kita melupakan arti dari kerharmonisan dan saling menghormati, sehingga satu sama lain saling merugikan serta tidak pernah mempedulikan satu sama lain. Belum lama kita bersama telah merasakan dan menyaksikan betapa hebatnya kekuasaan Tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa), hanya dengan hitungan detik Beliau dapat menglululantahkan alam jagat raya ini, seperti bencana Wasior kemudian di sambung dengan tsunami di Sumatra dan terakhir bencana merapi di Jawa Tengah. Itu semua merupakan teguran kepada kita, agar kiranya kita selalu mengingat dan memuja kebesaran Tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa) serta saling mengasihi satu sama lain.
Dalam Bhagawad Gita (IX.14) dikatakan bahwa :
“Satatam kirtayatom mam
Yatantas ca drsha vrtatah
Namasyantas ca mam bhatya
Ni tyayuktah upsate.
Yang artinya adalah :
Berbuatlah selalu hanya untuk memuji-Ku dan lakukanlah tugas pengabdian itu dengan tiada putus-putusnya. Engkau yang memujaku dengan tiada henti-hentinya itu serta dengan kebaktian yang kekal adalah dekat degan-Ku.
Disamping itu rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa akan timbul dalam hati manusia berupa sembah, puji-pujian, doa penyerahan diri, rasa rendah hati dan rasa berkorban untuk kebaikan. Kita sebagai umat manusia yang beragama dan bersusila harus menjunjung dan memenuhi kewajiban, antara lain cinta kepada kebenaran, kejujuran, keikhlasan dan keadilan.
Dengan demikian jelaslah begaimana hubungan antara Sang Hyang Widi dengan alam semesta ini, khususnya antara beliau dengan manusia. Maka dengan demikian hubungan ini harus dipupuk dan ditingkatkan terus kearah yang lebih tinggi dan lebih suci lahir bhatin. Sesuai dengan swadharmaning umat yang religius, yakni untuk dapat mencapai moksartam jagad hita ya ca itri dharma, yakni kebahagiaan hidup duniawi dan kesempurnaan kebahagiaan rohani yang langgeng (moksa), maka sesuai dengan tujuan agama Hindu satyam evam jayate na anteram (kebenaran selalu menang).  

Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Tri Hita Karana yang menegaskan hubungan harmonis antara manusia dengan manusia inilah yang sering kita lewatkan dan kita kesampingkan. Padahal hal ini penting untuk kita jaga, kita rawat dan kita junjung. Kita sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendiri dan kita saling membutuhkan maka hendaknya kita dapat menghargai satu sama lain dan mencintai perbedaan, serta kiraya kita harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing orang, sehingga apa bila kita semua bisa saling menghargai dan menghormati, maka niscaya perdamaian di atas dunia ini akan terlaksana. Kita bersama menyadari, konflik sesama manusia yang terjadi muka bumi ini tidak pernah ada henti-hentinya itu terjadi tidak hanya dengan sendirinya, melainkan ada asap maka ada api, jadi konflik serta bencana sosial yang terjadi pasti ada sebab dan penyebabnya. Bencana sosial yang terjadi di timur tengah yang sampai akhir ini belum usai itu tidak semata-mata terjadi dengan sendirinya, melainkan peran komunikasi serta koordinasi yang tidak dapat terbangun sehingga konflik itu terjadi. Maka inti dari hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia adalah komunikasi.     

Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Sering pula kita remehkan peran dari pada alam itu sendiri, sehingga kita seolah tidak peduli dan selalu mengorbankan alam untuk kepentingan dan napsu serakah kita semata. Sehingga akibatnya bencana banjir di kota-kota besar serta erosi dan tanah longsor itu karena kita tidak bisa merawat dan melindungi alam itu sendiri. Kadang kita semua meyepelekan membuang sampah di selokan atau sungai sehingga selokan dan sungai itu tersumbat dan mengakibatkan banjir, begitu juga dengan kita menebang pohon sembarangan dan tidak menanamkan lagi, sehingga longsor tidak dapat kita hindrai. Itulah sebab kenapa kita harus menjaga dan menyayangi alam di sekeliling kita. Sebelum Tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa) menciptakan manusia, Beliau menciptakan alam terlebih dahulu, kenapa Tuhan menciptakan alam dahulu? Karena untuk menunjang kehidupan manusia, tetapi yang perlu diingat oleh kita bersama, kita dapat mengunakan atau memanfaatkan isi alam tetapi jaganlah kita serakah utuk mengunakan itu semua.      

Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Jelas bahwasanya hubungan atau relasi dari tiga unsur itu penting dan harus kita jaga, sehingga kita hidup di alam yang serba nyata dan merupakan titipan dari pada ida sang hyang widi wasa. Maka haruslah kita bersama-sama menjalin hubungan yang baik kepada Sang pencipta Ida Sang Hyang Widi Wasa, kepada sesama manusia, serta hubungan yang baik dan saling menjaga antara kita dengan alam dan seisinya. Sehingga niscaya keharmonisan akan terjalin diantara kita sesama dan tidak ada bencana, konflik sesama kita dan masalah-masalah lain yang bersumber dari manusia itu sendiri

Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang hyang Widhi senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .
..

PENGENDALIAN DIRI

PENGENDALIAN DIRI

..
OM SWASTYASTU, Om Awignamastu Namo Sidham,Om siddhir astu tat astu svaha, Om Sukham bhavantu, purnam bhavantu, Manggalam astu, tat astu svaha. Saudara Sedharma yang berbahagia Selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu RRI Nabire. Mengawali jumpa kita pagi ini, marilah kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kita dapat berjumpa kembali dalam acara santapan rohani agama Hindu. Saudara sedharma Topik kita pagi ini yaitu PENGENDALIAN DIRI” bersama saya Wahyu Diantoro.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Pengendalian diri merupakan upaya kita sebagai manusia untuk selalu inropeksi diri serta menjaga dan menyeimbangkan setabilitas taraf hidup manusia. Kita sebagai rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, adat, ras dan agama itu sagat rawan konflik atau perseteruan, maka dari itu penting untuk kita bersama-sama mengendalikan diri kita agar kita paham dan mengerti arti dari kehidupan ini.
       
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Kita sebagai rakyat Indonesia yang didasasari dengan nilai pancasila dan norma-norma dalam kehidupan, maka dalam kebersamaan hidup ini mengajak kita untuk membuka diri, mengendalikan diri, mawas diri dan mentaati norma-norma hidup bersama-sama.
Maka untuk kita dapat hidup bersama-sama dengan sesama manusia maka hendaknya kita harus:
Bersikap terbuka. Yang dimaksud terbuka disini adalah kita bisa menerima semua orang tanpa melihat latar belakang orang tersebut, sehingga jalinan persaudaraan dan relasi akan terbangun dengan kokoh.
Bersedia mendengarkan pandangan orang lain. Kita sebagai manusia dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan maka hendaknya kita manusia yang sekaligus sebagai makluk sosial dan tidak biasa hidup sendiri, maka penting untuk kita saling melengkapi, dari yang kurang menjadi lebih, dari yang tidak punya menjadi punya dan lain sebagainnya, sehingga dengan pemikiran dan pandangan orang banyak maka sebuah pandangan akan semakin maju dan lebih berwawasan luas.
Menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Sebagai makluk sosial dan untuk mewujudkan kerukunan umat beragama maka penting untuk kita musyawarah dan mufakat dalam mengabil keputusan yang berimbas kepada kita semua, sehingga dalam musyawarah dan mufakat tersebut haruslah kita menghormati dan menghargai pendapat orang lain demi kelangsungan sebuah bingkai kekeluargaan pada kita semua.
Menghormati keinginan dan cita-cita orang lain. Tidak bisa kita pungkiri, keinginan dan cita-cita manusia pasti maunya tinggi dan lebih, itu karena manusia memiliki ego dan sangat besar pula ego seorang manusia. Sehingga dengan demikian untuk kita bisa mengendalikan diri, maka kita harus bisa pula untuk mengendalikan ego kita, walau kadang keinginan dan cita-cita kita tidak seimbang, dengan demikian kita wajib menghormati keinginan dan cita-cita setiap orang. Berikutnya
Menghormati kepentingan orang lain. Sebagai manusia tidaklah lepas dari sebuah kepentingan, tetapi dalam mewujudkan pengendalian diri maka hendaknya pula kita harus menempatkan kepentingan, terutama kepentingan pribadi di atas kepentingan umum, sehingga kita sebagai sub dari pada sosial itu sendiri dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Selanjutnya dalam upaya membuka diri untuk kepentingan pengendalian diri, maka kita harus menghargai hasil karya orang lain. Sebagai mujud pengendalian diri serta kelebihan dan kekurangan setiap manusia maka hendaknya kita manusia harus bisa mengendalikan diri, dan dengan demikian maka kita juga wajib untuk menghargai dan dapat memandang hasil karya yang diciptakan oleh seseorang, karena karya cipta itu sangat mahal harganya.                     
..      
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Dalam manawa dharma sastra V,109 disebutkan:
Adbhir gatrani suddhynti manah satyena suddhyati,
Vidyatapobhyam bhutatman buddhir jnanena suddhyati.
Artinya:
Tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran (satya), atma disucikan dengan tapa brata, buddhi disucikan dengan ilmu pengetahuan atau siraman rohani.
Maka dari mantra tersebut telah menegaskan bahwasanya semua atau segala perbuatan haruslah berdasar pada kebenaran dan kebaikan untuk semua orang. Begitu juga dalam kita berbuat sesuatu, itu semua berdasar pada pikiran lalu di transfer ke perkataan dan pasti di implementasikan (dilakukan), jadi awal atau sumber dalam kita melakukan segala hal dan aktivitas itu semua berdasar pada pikiran. Dengan demikian maka agar perilaku dan sifat kita baik haruslah kita selalu berfikir yang baik dan positif sehingga agar pikiran kita dapat mempengaruhi perilaku kita.  
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Manusia sebagai makluk monodualisme yang terdiri dari jasmani dan rohani, manusia juga sebagai makluk individu dan makluk sosial, sebagai makluk individu manusia dituntut untuk mengakui akan kebesaran Ida Sang Hyang Widi Wasa (TYME) yang diakuinya sebagai Sang pencipta. Manusia hendaknya bertakwa, yaitu dengan menjalankan printah dan menjauhi larangan-Nya. Demikian manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan, dan kelak setelah manusia itu meninggal akan kembali kepada-Nya dengan berbekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang mereka dapatkan selama hidupnya atau dengan kata lain manusia meninggal akan berbekal karma (perbuatan baik dan buruk). Sebagai makluk individu, manusia selain hidupnya suka berkompetisi, manusia juga akan mengalami sendiri kelahiran, kehidupan dan kematiannya yang kemudian kita kenal dalam agama Hindu dengan istilah Tri Kona (lahir, hidup dan mati). Itulah pentingnya untuk kita dalam kehidup ini hendaknya mampu untuk mengendalikan diri baik dari amarah dan dengki.   
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Seperti yang sudah saya jelaskan bahwasanya kita sebagai manusia kelak akan meninggal, dan di alam yang beda tersebut yang menjadi bekal kita bukanlah harta kekayaan, orang tua, istri/suami atau yang lainnya, melainkan kita hanya berbekal karma yang telah kita perbuat semasa masih hidup di dunia ini. Jadi yang akan di tanyakan hanyalah seberapa banyak perbuatan baik kita semasa hidup dan sebesar apa perbuatan buruk kita semasa hidup pula. Oleh karena itu apa salahnya apabila mumpung kita masih diberi kesempatan untuk menghirup nafas dan dapat melihat matahari dari timur, kenapa tidak kita untuk menabur sebanyak-banyaknya kebaikan dan menanam seluas-luasnya kebajikan. Itu semua dapat terlaksana apabila kita dapat mengendalikan diri kita. Jadi ibaratnya kita sendiri yang menahkodai diri kita sendiri untuk berbuat yang baik. 

Pendengar Umat Sedharma yang cintai
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

KEUTAMAAN MANUSIA

KEUTAMAAN MANUSIA



OM SWASTYASTU, Om Awignamastu Namo Sidham, Om siddhir astu tat astu svaha, Om Sukham bhavantu, purnam bhavantu, Manggalam astu, tat astu svaha. Saudara Sedharma yang berbahagia Selamat malam dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu RRI Nabire. Mengawali jumpa kita malam ini, marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa (Tuhan yang Maha Esa) karena atas asung kerta wara nugraha-Nya  kita dapat berjumpa kembali dalam acara renungan agama Hindu dengan Topik kita malam ini yaitu KEUTAMAAN MANUSIA” bersama saya Wahyu Diantoro.
..
Saudara Sedharma yang kami muliakan,
Manusia merupakan mahluk yang tertinggi, diantara mahluk-mahluk yang lainnya yang ada di dunia ini. Pertanyaannya, kenapa manusia dikatakan mahluk yang paling tinggi dan utama?, kita pasti paham, karena manusia di bekali lebih diantara tumbuh-tumbuhan dan binatang. Karena manusia dapat bergerak, berbicara dan logika. Maka dari itu kita sebagaimanusia yang memiliki logika adalam mengambil sesuatu maka hendaknya kita harus dapat mengontrol segala aktifitas dan tingkah laku kita. Atau dalam agama hindu dikenal dengan sebutan, Tri Kaya Parisudha. Tri kaya parisuda adalah ajaran mendasar bagi umat Hindu. Dan ajaran ini adalah tuntutan etika moral bagi setiap umat Hindu. Tri kaya PariSudha mengandung arti tiga perbuatan yang harus disucikan. Ketiga perbuatan itu meliputi perbuatan melalui pikiran, ucapan dan tindakan yang harus disucikan. Bila setiap orang melaksanakan ajaran dengan sungguh-sungguh, maka tidak akan ada degradasi moral maupun kekacauan didunia ini.

Pendengar sedharma yang berbahagia,
Pada jaman kaliyuga seperti sekarang ini, manusia lebih mengutamakan untuk mengejar material dari pada spiritual, sehingga terjadi penurunan mental dan moral. Untuk itu Tri Kaya Parisuda perlu dihayati dan dilakukan serta mengangkat kembali untuk dijadikan pegangan dan pedoman dalam kita menjalani hidup ini.
Sebenarnya tri kaya parisuda merupakan sebuah ajaran yang bersifat universal atau menyeluruh karena ajaran ini mengajak kita agar selalu berpikir yang baik atau yang disebut (Manacika), berkata-kata atau berbicara yang baik yaitu (wacika), dan berbuat yang baik adalah (kayika).
Saudara sedharma, Tri Kaya Parisuda bersama dengan konsep-konsep yang luhur lainnya, telah membentuk insan-insan dengan karakter atau sifat yang memenuhi persyaratan untuk dapat dipercaya dan diandalkan dalam kehidupan kita atau manusia dalam sehari-hari. Dalam kenyataan hidup yang serba matrialistik maka desakan serta hantaman dalam dunia kerja memaksa kita untuk berbuat yagn merugikan orang lain, baik dari segi pikiran, perkataan dan perbuatan yang tidak sewajarnya. Serta tidak bisa kita pungkiri bahwasanya telah terjadi pergeseran moral dan mental yang cenderung mengejar kebutuhan-kebutuhan duniawi dengan menggunakan jalan pintas, dan akibatnya pembelajaran ke arah yang salah pada zaman yang lalu, sehingga menumbuhkan 'budaya' KKN yang sampai saat ini sulit kita hidari atau brantas. Disadari atau tidak, Tri Kaya Parisuda ternyata telah terpinggirkan oleh peruatan atau pemikiran tersebut.
Pertanyaannya kenapa hal itu bias terjadi. Bias kita lihat bersama, Ini dapat dilihat dari pelajaran budi pekerti yang telah menghilang dari kurikulum di sekolah. Demikian juga dengan hilangnya kebiasaan memberi cerita. Seperti halnya serita tantri sebagai pengantar tidur, seperti yang dilakukan generasi pendahulu kepada anak cucunya, yang sekarang nyaris tak pernah terdengar lagi.

Pendengar umat sedharma yang berbahagia.
Pembelajaran tersebut ternyata telah meniru cara-cara yang berlaku di zaman kolonial dalam pola hubungan vertikal antara penjajah Belanda, para raja (terutama di Jawa), dan rakyat indonesia. Jadi penekanan dari atas ke bawah terjadi represi atau penindasan dalam berbagai bentuk dan berjenjang, sementara dari bawah ke atas terjadi pemberian upeti dalam berbagai bentuk pula, hal itu juga terjadi secara berjenjang. sehingga pergeseran moral dan mental tersebut terjadi secara menyeluruh dan dari jaman ke jaman dan sampai saat ini hal itu masih terjadi.
Saudara sedharma di manapun berada.
Cara berpikir dibentuk oleh pembelajaran dan pengalaman di masa lalu, berkembang menjadi pola-pola tertentu yang kemudian tertanam dalam pikiran bawah sadar. Inilah yang disebut sikap dasar/sikap intrinsik atau mind-set pemahaman simpelnya adalah pola pikir. Sikap dasar/cara berpikir ini menentukan kecenderungan pola seseorang dalam berkata-kata maupun berbuat. Jadi, dalam konsep Tri Kaya Parisuda, berpikir yang baik (Manacika) merupakan komponen yang paling penting dan bersifat paling sentral yaitu yang paling utama.
...........................................................
Para pendengar  dan umat sedharma.
Sekarang banyak pemimpin, terutama pemimpin yang menghendaki terjadinya perubahan ke arah yang positif, serta mendorong berbagai upaya untuk mengubah mind-set dan pola pikir manusia ke arah yang lebih baik. Mereka sangat sepakat dengan kaidah yang dilontarkan oleh William James, seorang psikolog terkemuka dari Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa revolusi terbesar generasi sekarang adalah bahwa manusia dapat mengubah aspek ekstrinsik kehidupannya dengan mengubah sikap intrinsik alam pikirannya. Artinya bila seseorang ingin mengubah kehidupannya (misalnya dari menderita menjadi bahagia, dari gagal menjadi sukses, bahkan dari miskin menjadi makmur atau kaya, dan lain sebagainya), ia harus mulai dengan mengubah cara-cara berpikir yang telah tertanam dalam pikiran bawah sadarnya. Pemanfaatan teknik-teknik dan metode terbaru yang telah membuahkan perubahan-perubahan dan bermakna dalam skala yang lebih luas, telah menggugah keberanian William James untuk menyebut perubahan tersebut sebagai revolusi terbesar generasi sekarang.
Saudara sedharma yang saya cintai.
Berpikir yang baik menurut kacamata lama, mungkin terbatas pada pengertian seperti berpikir positif, berpikir jernih, bebas dari pikiran kotor, dengki, sirik, dendam, marah dan lain sebagainya. Sekarang, cakupan pengertian tersebut mungkin sudah harus diperluas dengan hal-hal yang berkembang, seiring dengan perkembangan zaman. Dalam konteks berpikir ada beragam variasi yang dapat digunakan untuk memperkaya pengertian berpikir yang baik tersebut.  Pertama, berpikir dari sudut pandang yang berbeda-beda yang dapat memperluas cara pandang seseorang. Kedua, berpikir berdasarkan fakta menggunakan hukum sebab akibat yang dapat meningkatkan kemampuan dalam melihat berbagai situasi serta memperkirakan berbagai kemungkinan. Ketiga, berpikir secara lateral/kolateral yang dapat mengembangkan kreativitas/daya cipta. Keempat, berpikir bahwa setiap orang diberi anugerah oleh-Nya berupa potensi yang sama, untuk menjadi apa pun yang mereka benar-benar inginkan di kemudian hari. Kelima, berpikir bahwa di dalam pikiran bawah sadar, tersimpan nalar supra atau inteligensia kreatif yang dapat membantu setiap orang mewujudkan cita-citanya. Demikian jelas bahwasanya keutamaan dan kelebihan manusia dalam berfikir, sehingga kita sebagai manusia hendaknya dapat memanfaatkan hal tersebut untuk membuat sebuah tali persaudaraan dan perdamaian serta memelihara alam sejagat raya ini agar kita manusia yang memeliki kelebihan dibandingkan makluk hidup yang ada di dunia ini dapat menjalankan ajaran-ajaran agama.

Pendengar sedharma di manapun berada.
Pertanyaannya Dapatkah hal-hal atau ajaran-ajaran agama seperti ini digunakan dalam upaya revitalisasi dan aktualisasi Tri Kaya Parisuda? Pertanyaan yang bersifat masih sangat terbuka ini mungkin mampu menggugah cendekiawan-cendikiawan Hindu untuk memberi sumbangan atau kontribusi yang lebih besar bagi perkembangan kehidupan dan kesejahteraan umat manusia di alam jagat raya ini. Itulah pertanyaan yang harus kita wacanakan dan kita sosialisasikan agar kita semua dapat saling menghormati dan menyayangi sesama manusia.
.................................................................
Pendengar umat sedharma yang saya cintai.
Demikian yang bias saya sampaikan pada kesempatan malam ini, semoga bisa memberi manfaat bagi kehidupan umat sedharma, akhirnya saya ucapakan selamat berpisah dan kita akan bertemu kembali di lain kesempatan.
Om Loka Samasta sukhino bhawantu”
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
Om Santih, Santih, Santih Om
..

SRADHA

SRADHA


..
OM SWASTYASTU, Om Awignamastu Namo Sidham, Om siddhir astu tat astu svaha, Om Sukham bhavantu, purnam bhavantu, Manggalam astu, tat astu svaha. Saudara Sedharma yang berbahagia Selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam acara Santapan Rohani Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Mengawali jumpa kita pagi ini, marilah kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kita dapat berjumpa kembali dalam acara santapan rohani agama Hindu. Pendengar sedharma Topik kita pagi ini yadalah “SRADHA ATAU KEYAKINAN”.
..
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia,
Keyakinan atau yang lebih dikenal dalam agama Hindu adalah sradha. Kita sebagai manusia yang beragama maka pastilah kita memiliki keyakinan dan kepercayaan yang intinya kita percaya dengan adanya TYME atau Ida Sang Hyang Widi Wasa. Dalam kitab suci agama Hindu (Weda) dikatakan tujuan agama Hindu disebut dengan istilah Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma, yang artinya agama adalah bertujuan untuk mencapai moksa (kebahagiaan) rohani dan jagadhita (kesejahtraan) hidup untuk semua makhluk. Begitu juga Agama Hindu memiliki kerangka dasar atau aspek-aspek agama, yang jumlahnya ada tiga yaitu: Tattwa (Filsafat), Susila (Ethika), dan Upacara (Ritual) atau yang lebih dikenal dengan tiga krangka dasar agama Hindu. Ketiga kerangka daras agama Hindu tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang utuh dengan yang lainya.
Dalam agama Hindu, tattwa juga termasuk salah satu kepercayaan. Dan Kepercayaan itu juga dikenal dengan istilah sradha.dengan demikian Ada lima macam keyakinan yang dianut oleh umat Hindu yang disebut dengan Panca Sradha. Jadi panca sradha berarti lima macam keyakinan/kepercayaan atau keimanan yang harus dipedomani oleh setiap umat Hindu dalam hidup dan kehidupannya. 
       
Pendengar Umat Sedharma yang Saya Cintai,
Panca sradha atau lima keyakinan dalam agama Hindu itu antara lain:
Percaya dengan Sang Hyang Widhi (Brahman)
Percaya dengan adanya Atma (Atman)
Percaya dengan adanya Karma Phala (Karman)
Percaya dengan adanya Punarbhawa (Samsara) dan yang terakir
Percaya dengan adanya Moksa.
Pertama, percaya dengan adanya Sang Hyang Widi atau Widhi Tattwa. Tujuan agama Hindu adalah mencapai kesejahtraan duniawi dan kebahagiaan rohani. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dengan cara empat jalan yang disebut catur marga. Di antara keempat jalan itu, bhakti marga bhakti yoga yaitu sujud kepada Tuhan adalah jalan yang termudah. Dengan jalan bhakti tidak memerlukan kebijaksanaan yang tinggi atau jenana. Oleh sebab itu maka sebagian besar umat manusia dapat melaksanakan cara tersebut. Demikian untuk menimbulkan rasa bhakti kita kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang berwujud sukma, maka kita harus yakin dahulu dengan adanya Tuhan. Keyakinan dengan adanya Tuhan disebut Widhi Sradha. Seseorang tidak mungkin akan dapat sujud bhakti kepada Tuhan apabila kita tidak percaya akan adanya Tuhan. Oleh karena itu maka terlebih dahulu perlu kita harus memiliki “Sradha atau keyakinan.           
..      
Pendengar Umat Sedharma yang Berbahagia
Berikutnya percaya dengan adanya Atman atau Atma Tatwa. Atma atau dalam bahasa sehari-hari adalah nyawa (roh). Jadi makluk hidup di dunia ini yang diciptakan oleh Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) pasti memiliki nyawa, roh atau atman, termasuk manusia juga memiliki atman. Jadi segala makluk hidup yang memiliki atma maka ia bisa bergerak dan hidup. Oleh karena itu apa bila kita percaya dengan adanya Tuhan maka kita juga percaya dengan apa yang menjadi ciptaannya, seperti alam dan seisinya. 
.
Pendengar Umat Sedharma dimanapun berada
Panca sradha yang ke tiga adalah percaya adanya Hukum Karma Phala (Karma Phala Tattwa). Seperti yang saya sampaikan minggu lalu dalam siaran yang sama dengan topik hukum karma. Bahwasanya Karma Phala merupakan hukum sebab akibat, jadi kita berbuat pasti akan ada imbalannya. Contohnya, seandainya kita mencubit seseorang maka kita akan dicubit pula, baik dari seseorang itu sendiri atau orang lain yang akan mencubit kita. Jelas bahwasanya segala gerak atau aktivitas dalam hidup ini, maka akan menghasilkan sesuatu yang disesuaikan dengan karma wasana kita masing-masing.      
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Punarbhawa atau samsara yang lebih dikenal dalam kehidupan sehari-hari dengan kata ringkarnasi atau kelahiran kembali. Kita sebagai umat Hindu yang memiliki keyakinan atau kepercayaan, maka punarbhawa merupakan salah satu dari pada lima sradha dalam agama Hindu.
Punarbhawa ini termasuk butir keyakinan dari panca sradha yang merupakan ajaran agama Hindu yagn tidak dapat kita pungkiri pula. Punarbhawa berasal dari kata Punar dan Bhawa. Kata Punar berarti kembali dan kata Bhawa artinya menjelma atau lahir. Jadi, Punarbhawa adalah kelahiran kembali, atau berulang kembali menjelma di mayapada yang berhubungan dengan tubuh manusia, dalam halnya kita mengalami proses lahir, hidup dan mati. Dan datangnya silih berganti dalam rantai lingkaran proses tersebut.
Menurut darsana Hindu bahwasanya atma yang masih dibungkus oleh sarira yaitu sthula sarira atau sukma sarira, selama itu atma tetap dipengaruhi oleh unsur maya. Dengan adanya pengaruh maya ini maka menyebabkan atma itu menjadi awidya dan tetap terikat oleh hukum karma. Dengan demikian Hukum karma tidak saja berpengaruh pada kehidupan di mayapada tetapi sampai juga di akhirat atau tidak terbatas serta berkelanjutan. Kita ketahui bahwasanya karma itu beraneka ragam. Oleh karena itu phalanya menjadi beraneka ragam pula yang harus menyertainya dan harus diterima oleh subyeknya atau kita sebagai manusia yang memiliki karma itu sendiri. Mungkin pula diterima semasih hidup di mayapada ini dan mungkin pula diterima di akhirat nanti setelah mengalami kehidupan di akhirat, kemudian menjelma membali itulah yang disebut sasmsara. Dengan demikian jelas bahwasanya hubungan karma phala dengan samsara itu sendiri.           

Pendengar Umat Sedharma yang saya cintai
Percaya dengan adanya moksa, atau dalam arti bersatunya atma dengan brahmana sehingga akan tercapai keadaan yang Sat Cit Ananda yaitu kebahagiaan yang abadi, itulah hal yang dinamakan moksa. Moksa merupakan salah satu bagian dari panca srada yang merupakan pokok keimanan dalam agama Hindu. Dalam agama Hindu istilah moksa disamakan artinya dengan mukti atau kelepasan. Jadi moksa merupakan tujuan tertinggi dalam hidup setiap manusia, yang pencapaiannya didasarkan pada cinta kasih dan ketidak terikatan. Hal ini sangat sulit, maka itu pencapaian yang mesti ditempuh adalah melalui usaha dan niat yang sunguh-sungguh yang didasarkan pada kitab suci serta dalam hidup ini harus berjalan sesuai dharma.      

Pendengar Umat Sedharma di manapun berada
Itulah lima kepercayaan bagi umat Hindu, atau dalam weda disebut dengan panca srada. Jadi dari kelima hal tersebut tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lainnya, melainkan satu sama lainnya saling berkaitan dan berkesinambungan. Dari percaya adanya Brahman atau Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) kemudian percikan terkecil dari Brahman adalah Atman, Atman tidak dapat dipisahkan dengan Karma atau Karma Phala. Dari Karma Phala Maka kita akan terlahirkan kembali ke dunia ini, itu yang dikatakan dengan Samsara (Ringkarnasi) dan apa bila karma kita baik dalam kehidupan, maka kita biasa bersatu dengan Brahman itulah yang dikatakan moksa yaitu tujuan akhir umat Hindu atau dalam bahasa sansekertanya adalah  Moksatam Jagathita Ya ca Iti Dharma”. Pendengar umat sedharma yang saya bangakan itulah pilar atau keyakinan dalam agama Hindu. Jadi kita sebagai umat hindu maka wajib dan harus mempercayai panca sradha sebagai pedoman hidup ini.    
.
Pendengar Umat Sedharma yang berbahagia
Demikian yang dapat saya sampaikan, kiranya bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menganugrahkan kesehatan bagi umatnya.
Lokasamasta sukhino bhawantu.
Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM .

TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA

  TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...