..
Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (Ya Tuhan semoga segala kebajikan datang dari semua arah), Pendengar sedharma yang berbahagia, Angayu bagiya kita haturkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena kita masih berkesempatan berjumpa pada acara Renungan Agama Hindu yang disiarkan melalui RRI Nabire. Adapun Tema kita malam ini adalah “NILAI MORAL DARI GALUNGAN”.
Pendengar Sedharma yang Berbahagia,
Perbedaan Galungan Nara Mangsa dan bukan Nara Mangsa adalah terletak pada jenis upacaranya. Kalau Galungan Nara Mangsa tidak melakukan Upacara Galungan sebagaimana biasanya. Upacarnya tidak menggunakan tumpeng Galungan, tidak memenjor, tidak nyemblih hewan untuk upacara Galungan, dst. Kalau Nara Mangsa menggunakan upacara Bhuta yadnya dengan segahan cacahan keladi dst. Cuma itu pentunjuknya. Jadinya lebih banyak menyangkut wujud fisik upacara bukan perbedaan nilai sucinya. Sedangkan nilai moralnya yang dinayatakan dalam Lontar Sunarigama sebagai petunjuk. Saudara Sedharma yang saya banggakan,
Sesungguhnya hari raya Galungan itu adalah hari untuk mengingatkan umat manusia untuk melakukan nilai-nilai moral yang akan membawa mereka hidup lebih sejahtra dan bahagia. Mengapa diingatkan, karena manusia itu umumnya sering lupa. Yang diingatkan pada hari raya Galungan itu adalah untuk terus menerus berjuang memenangkan nilai moral (Dharma) dalam hidupnya ini. Karena kalau moral Dharma tidak tegak, maka hidup manusiapun akan selalu dirundung derita karena Adharma yang merajalela. Untuk mengatasi penderitaan itu maka dalam perayaan Galungan divisualkan tahapan yang wajib dilakukan dalam hidup ini agar kita dapat hidup diatas relnya Dharma. Karena manusia sering lupa dan selalu adanya perobahan generasi, maka visualisasi penguatan hidup agar senantiasa berjalan diatas relnya Dharma terus menerus diingatkan melalui perayaan Galungan sampai Kuningan.
Pendengar Sedharma Dimanapun Anda Berada,
Hari suci Galungan itu kita rayakan setiap Budha Kliwon, wuku Dungulan. Mungkin belum banyak perayaan itu dirayakan dengan terlebih dahulu mencocokan perayaan itu dengan teksnya dalam pustaka petunjuknya. Dalam Pustaka Sunarigama ada dinyatakan tentang pengertian Galungan dalam bahasa Jawa Kuno. Teks tersebut sbb: “Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan, patitis ikang jnyana sandhi galang apadang mariakena byaparaning idep”. Inilah teks pustaka Sunarigama yang memberikan kita penjelasan apa itu sebenarnya Galungan. Petunjuk moral dari Galungan inilah yang hampir selalu dilupakan dalam merayakan Galungan. Teks Sunarigama itu semestinya kita selalu pegang sebagai landasan setiap merayakan hari besar keagamaan Hindu yang disebut Galungan itu. Yang ditekankan dalam rumusan Sunarigama itu adalah Jnyana.
Pendengar Sedharma yang saya Cintai,
Dalam ajaran Samkhya Yoga Darsana dinyatakan bahwa manusia itu dibangun oleh dua unsure, yaitu Purusa dan Predana. Dari Purusa itu menimbulkan Citta atau alam pikiran. Citta itu memiliki empat kekuatan yaitu Dharma, Jnyana, Vairagia dan Aiswarya. Dan dalam rumusan Galungan itu dinyatakan: patitis ikang Jnyana sandhi. Ini artinya pada hari Raya Galungan Jnyana (ilmu pengetahuan suci) inilah yang diarahkan agar bersatu atau bersinergi dalam Sunarigama disebut dengan istilah Jnyana sandhi. Kondisi diri yang disebut Jnyana Sandhi itulah yang akan mendatangkan kekuatan rohani. Jnyana Sandhi itu adalah terserap dan teraplikasinya ilmu pengetahuan suci yang disebut Jnayana itu dalam diri setiap umat secara integratif. Kekuatan rohani sebagai akibat dari adanya Jnyana sandhi itu dinyatakan dalam Sunarigama diatas sebagai galang apadang. Rohani yang galang apadang itulah diri pribadi yang cerah, karena dicerahkan oleh Jnyana sandhi itu. Diri yang galang apadang inilah sesungguhnya kekuatan Dharma yang harus dibangun dalam diri oleh umat dalam merayakan Galungan. Inilah sesungguhnya amanat Galungan. Dengan rohani yang galang apadang inilah kita melenyapkan (mariakena) kekuatan yang Adharma. Kekuatan Adharma dalam diri manusia itu dinyatakan dalam Sunarigama sebagai biyaparaning idep. Biyaparaning idep itu adalah alam pikiran yang kacau. Alam pikiran yang kacau itulah sebagai sumber perbuatan Adharma. Jadinya alam pikiran yang kacau inilah yang harus dilenyapkan dalam merayakan Galungan. Dharma akan tegak apa bila alam pikiran yang kacau itu terus menerus dihilangkan. Inilah yang terus menerus diingatkan setiap hari raya Galungan. Jadinya bukan saat Galungan saja kita menegakan Dharma tetapi harus terus menerus.
Saudara Sedharma dimanapun berada,
Merayakan Galungan dengan berbagai variasi tentunya boleh dan syah saja. Sepanjang variasi tersebut bertujuan untuk menajamkan dan menguatkan pemaknaan hari raya Galungan tersebut sesuai dengan Tattwanya. Kalau variasi itu justru sebaliknya lebih menonjolkan hura-hura mengumbar nafsu duniawi, tentunya Adharma yang lebih unggul. Bahkan keunggulan Adharma saat Galungan lebih menonjol kalau dibandingkan dengan hari-hari biasa. Buktinya kecelakaan lalu lintas karena mabuk dan kebut-kebutan umumnya selalu meningkat kalau dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Pendengar sedharma
Sebenarnya hari raya galungan itu hanya sebuah momen untuk menunjukkan bahwa Dharma di dalam diri kita lebih unggul dari pada Adharma. Jagi untuk menegakkan dharma tidak hanya pada saat Galungan, semainkan setiap hari kita harus mengamalkan Dharma. Dalam arti kita tiap hari kita harus berfikir, berbicara dan berbuat yang baik, serta tidak menyakiti mahlunk lainnya, baik manusia, tumbuhan ataupun binatang.
Pendengar sedharma yang saya cintai,
Demikian yang dapat saya sampaikan, tentang nilai moral pada Hari Raya Galungan. Dan semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, dan saya atas nama PHDI Kab. Nabire mengucapkan selamat menyambut hari raya Galungan. Akhir kata: Om Loka Samasta Sukhino Bhawantu
Ya Tuhan Semoga seluruh isi alam berbahagia
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Sabtu, 24 November 2018
NILAI MORAL DARI GALUNGAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA
TINDAKAN SEDERHANA PENUH MAKNA Om Swastyastu, Om Awignam Astu Namosidham, Om Anobadrah Kratavo Yantu Wisvatah (ya Tuhan semoga pikiran ya...
-
SEJARAH PURA SP. C (PURA SURYA BHUANA) NABIRE Desa bumi mulia, atau yang lebih di kenal dengan SP. C merupakan rentetan UPT dari SP.A dan ...
-
SEJARAH PURA SP. 2 (PURA PUJA TRI SAKTI) NABIRE Pada sekitar tahun 1982 merupakan tahun kedatangan warga transmigrasi UPT (Unit Pemukim...
-
SEJARAH PURA BATALYON (PURA GIRI WIRA BHAKTI) NABIRE Berdirinya suatu tempat ibadah, pasti memiliki cerita penyebab kenapa harus di ban...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar